66
pemiliknya hendak dialihkan atau dilepaskan hak atas tanahnya.
2.3 Aspek penetapan hak atas tanah
Hak atas tanah merupakan bentuk penyebutan terhadap hubungan hukum antara manusia baik
perseorangan, secara sendiri-sendiri atau bersama- sama, maupun badan hukum. Penggunaan istilah
”hak” dalam konsep hak atas tanah didasarkan pada pertimbangan yaitu: Pertama, untuk memberikan
ciri bentuk
penyebutan terhadap
pemberian kewenangan untuk penggunaan dan memanfaatkan
tanah serta sekaligus membedakan dengan istilah ”izin” sebagai bentuk penyebutan atas hubungan
hukum antara orang dengan sumber daya alam lainnya seperti hutan, tambang, air, dan ikan.
Antara ”hak” dengan ”izin” memang mengandung kesamaan
makna yaitu
kewenangan untuk
mempunyai danatau
menggunakan dan
memanfaatkan sumber daya agraria.
Kedua, adanya perbedaan sifat dan implikasi
dari kewenangan sebagai makna dari ”hak” dan ”izin”. Penggunaan istilah ”hak” memberikan sifat
kebendaan atau zakelijkrecht pada hak atas tanah, se
dangkan ”izin” memberikan sifat personal atau persoonlijkrecht pada izin pemanfaataan sumber
daya alam lainnya. Implikasi dari penggunaan istilah ”hak” bahwa pada dasarnya tanah itu dapat
dipunyai, digunakan, dan dimanfaatkan oleh orang atas dasar alas hak yaitu hak atas tanah tertentu.
Di samping itu, sifat kebendaan dalam hak atas tanah selalu melekat pada tanahnya sehingga hak
atas tanah tersebut terus berlangsung ketika hak atas tanahnya dialihkan. Sebaliknya, implikasi
istilah ”izin” adalah, bahwa pada dasarnya kayu dan kawasan
hutan atau
bahan tambang
atau komersialisasi air atau penangkapan ikan, dalam
takaran tertentu tidak boleh dipunyai danatau dimanfaatkan atau digali atau dilakukan, kecuali
diperkenankan oleh negara melalui pemberian kewenangan dalam bentuk izin. Di samping itu,
kewenangan yang terkandung dalam ”izin” hanya melekat pada subyek yang diberi izin dan tidak
melekat pada bendanya, sehingga izin tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Izin berakhir jika orang
atau badan hukum pemegang izin meninggal dunia atau bubar, atau izin yang bersangkutan tidak
diperpanjang lagi.
Sesuai dengan prinsip Pasal 2 ayat 2 huruf b UUPA, penetapan macam hak atas tanah dan subyek
yang dapat mempunyai masing-masing macam hak atas tanah serta pemberian atau pendistribusiannya
merupakan kewenangan negara. Negara boleh
67
menambah atau mengurangi macam hak atas tanah, yang dilakukan melalui peraturan perundang-
undangan. Negara harus merancang kebijakan pendistribusiannya
agar semua
orang dapat
mempunyai dan memanfaatkan tanah. Penetapan macam hak atas tanah dan subyeknya tidak dapat
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan hukum
berdasarkan atas
keinginan atau
kemauannya.
2.4 Aspek penetapan bentuk hubungan hukum antar