Obyek Reforma Agraria Penerima Reforma Agraria

92 redistribusi, seyogianya dilihat dalam konteks peraturan perundang-undangan yang ada. Pada saat pucuk pimpinan BPN RI dipegang oleh Joyo Winoto, BPN RI pada tahun 2005 – 2009 mengklaim telah melaksanakan Reforma Agraria dalam bentuk pensertipikatan tanah legalisasi aset, yang notabene pada masa yang lalu sudah ditetapkan sebagai tanah obyek landreform, tetapi belum dituntaskan pensertipikatannya. Kegiatan legalisasi aset ini sebenarnya bukan hal yang istimewa karena hal itu antara lain tugas pokok dan fungsi BPN RI. Reforma Agraria yang diklaim oleh BPN RI sebenarnya bukan distribusi atau redistribusi tanah tetap i “pensertipikatan tanah”. Hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai aset reform. Walaupuntetap dibanggakan sebagai Reforma Agraria, hal itu merupakan “pseudo” Reforma Agraria. Reaksi sejumlah aktivis agraria bahkan menyebut legalisasi aset oleh BPN RI tersebut sebagai “Reforma Agraria palsu” 87 . Terkait dengan penyusunan RUU Pertanahan, penjabaran Reforma Agraria dimaknai sebagai berikut 88 . 1 Penguatan hak rakyat atas tanah melalui distribusi dasn redistribusi tanah obyek Pembaruan Agraria disertai pemberian akses permodalan, pasar, dsb. 2 Penyelesaian konflik pertanahanagraria. 3 Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak masyarakat hukum adat secara nyata. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan secara simultan dan dijabarkan dalam perumusan Rancangan Undang-Undang tentang Pertanahan. Terkait dengan hal ini, bandingkan dengan rangkaian aktivitas Reforma Agraria yang dimuat dalam kertas posisi usulan Konsorsium Pembaruan Agraria KPA kepada Presiden Republik Indonesia Tahun 2002 89

f. Obyek Reforma Agraria

90 Dalam rangka reformasi aset, ketersediaan tanah negara untuk didistribusikan atau diredistribusikan merupakan prasyarat. Tanah Obyek Reforma Agraria TORA adalah Tanah Negara yang berasal dari 1 Tanah negara bekas tanah terlantar; 2 Tanah kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi; 3 Tanah dari sumber lain, yang berasal dari: 1. tanah negara bebas; 2. tanah negara bekas hak barat; 87 Lihat, antara lain Noer Fauzi Rachman, Land Reform dari Masa Ke Masa, Penerbit Tanah Air Beta, Yogyakarta, 2012, hlm. 113. 88 Maria Sumardjono, UU Agraria: Menyelesaikan Pekerjaan Rumah, op.cit. 89 KPA, “Komite Nasional untuk Pembaruan Agraria”, usulan KPA kepada Presiden Republik Indonesia, 2002. 90 Uraian tentang tanah Obyek Reforma Agraria, penerima TORA, akses reform, hak dan kewajiban penerima TORA, serta sanksinya, disarikan daridraft “RPP tentang Reforma Agraria” yang disiapkan oleh BPN RI. 93 3. tanah negara berasal dari tanah timbul; 4. tanah negara bekas swapraja; 5. tanah negara berasal bekas pertambangan mineral, batubara, dan panas bumi; 6. tanah negara berasal dari pelepasan kawasan hutan; 7. tanah negara berasal dari tukar menukar atau perbuatan hukum keperdataan lainnya dalam rangka Reforma Agraria; atau 8. tanah yang diserahkan oleh pemegang haknya kepada negara untuk reforma agraria.

g. Penerima Reforma Agraria

Subyek yang memenuhi persyaratan subyek penerima Reforma Agraria adalah sebagai berikut. a. Warganegara Indonesia; b. Berusia 18 delapan belas tahun atau lebih atau berstatus suamiistri; c. Miskin danatau menganggur; dan d. Bertempat tinggal atau bersedia bertempat tinggal di kecamatan lokasi TORA. Adapun prioritas penerima RA untuk pertanian adalah: a penggarap tanah pertanian; b buruh tani; c pekerja tetap dibidang pertanian; atau d petani yang memiliki kurang dari 0,5 hektar. Sedangkan prioritas penerima RA untuk non pertanian adalah: a penyewa tanah yang tidak memiliki tanah; b pekerjaburuh di bidang non pertanian yang tidak memiliki tanah; c pedagang informal yang tidak memiliki tanah; atau d pekerja sektor informal yang tidak memiliki tanah.

h. Akses Reform