82
permasalahan agraria. Kondisi ini diangkat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesiasebagai dasar
untuk mengembangkan prinsip baru yaitu menghargai keanekaragaman
dalam kerangka
kesatuan hukum
pluralisme dalam unifikasi hukum
76
. Dengan prinsip ini dimaksudkan agar norma-norma, prinsip-
prinsip dan lembaga-lembaga yang ada dan berlaku di masing-masing daerah atau masyarakat hukum adat
berkenaan dengan penguasaan dan pengelolaan tanah diakui dan diberi peluang uintuk dikembangkan serta digunakan
sebagai bagian dari hukum positif. Namun demikian, sebagai konsekuensi
dari negara
kesatuan, pengakuan,
pengembangan dan penggunaannya harus didasarkan pada kebijakan umum di bidang pertanahan yang dibentuk oleh
Pemerintah yang
dituangkan dalam
UU dan
PP. Penjabarannya dalam ketentuan lebih operasional diserahkan
kepada Pemerintah Daerah. Dalam penjabarannya inilah, Pemerintah
Daerah harus
memperhatikan dan
mengakomodasi kondisi sosial dan norma-norma pengelolaan pertanahan yang dihayati oleh masyarakat. Demikian pula
dibuka kemungkinan untuk menyerahkan kewenangan mengatur pemanfaatan tanah kepada pemerintahan desa
atau masyarakat-masyarakat hukum adat. Keberagaman pengaturan pertanahan diakui dan dilindungi oleh undang-
undang nasional pertanahan sepanjang hal tersebut tidak melanggar hak asasi pihak lain dan tidak bertentangan
dengan
prinsip-prinsip dan
ketentuan-ketentuan yang
digariskan dalam undang-undang
77
b. Asas pemisahan horisontal
Pemilikan atas tanah, tidak serta merta diikuti dengan pemilikan bangunan, tanam-tanaman, dan benda-benda yang
berkaitan dengan tanah, yang berada di atas maupun di bawahnya. Namun demikian, sesuai degan kenyataan dan
perkembangan
kebutuhan masyarakat,
asas ini
juga membuka kemungkinan bahwa kepemilikan atas tanah dan
bangunan, tanam-tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah di atas atau di bawahnya menjadi
satu dengan syarat bila secara fisik tanah dengan bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah itu
merupakan kesatuan dan dimiliki oleh subyek hak yang sama.
c. Penentuan batas penguasaan tanah.
Dalam rangka menjamin keadilan dalam akses untuk memperoleh dan memanfaatkan tanah, Pemerintah perlu
menentukan batas
minimum dan
batas maksimum
penguasaan dan pemilikan tanah. Penentuan batas minimum
76
Terkait dengan pluralisme hukum dapat dibaca Kurnia Warman, Hukum Agraria Dalam Masyarakat Majemuk, Huma-van Vollenhoven Institute-KITLV, Jakarta,
2010.
77
Maria Sumardjono,UU Agraria: Menyelesaikan Pekerjaan Rumah, dalam Endang Suhendar et.al. ed Menuju Keadilan Agraria, Yayasan Akatiga, Bandung, 2002.
83
didasarkan pada ketentuan kehidupan yang layak, sedangkan penentuan batas maksimum didasarkan pada ketersediaan
kawasan budi daya di setiap KabupatenKota.
d. Fungsi sosial dan ekologi hak atas tanah
Penguasaan tanah
yang semata-mata
hanya untuk
kepentingan individu itu melanggar asas fungsi sosial. Melalui fungsi sosial,kewenangan yang ditimbulkan oleh suatu hak
atas tanah tidak bersifat mutlak, tetapi relatif. Tanah harus digunakan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian hak
atas tanahnya dan tidak boleh tidak digunakan terlebih apabila hal tersebut merugikan kepentingan pihak lain atau
masyarakat.
Dalam pengertian
fungsi sosial,
harus diupayakan
adanya keseimbangan
antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat. Implikasi dari prinsip fungsi sosial adalah sebagai berikut:
1 Tanah tidak boleh ditelantarkan
Penelantaran tanah merupakan tindakan membiarkan atau tidak menggunakan tanah sesuai dengan sifat atau
tujuan pemberian hak tanahnya. Penelantaran mungkin tidak mendatangkan kerugian apapun bagi pemegang hak
karena yang bersangkutan mungkin kurang memerlukan keberadaan tanah itu bagi dirinya atau memang tidak
mempunyai keinginan untuk segera menggunakannya. Namun demikian penelantaran jelas akan mendatangkan
kerugian bagi masyarakat berupa: a semakin langkanya akses terhadap tanah sebagai sumberdaya yang langka
bagi
anggota masyarakat
yang benar-benar
memerlukannya sementara mereka yang mempunyainya tidak memanfaatkannya secara optimal; b mengurangi
jumlah produk atau hasil dari tanah yang merupakan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu penelantaran
tanah harus dinyatakan bertentangan dengan fungsi sosial dan untuk itu negara harus diberi kewenangan
membatalkan hak atas tanah untuk kemudian dapat diberikan kepada pihak lain yang sungguh-sungguh
memerlukan
dan mempunyai
kemampuan untuk
mengusahakannya. Konsekuensi larangan penelantaran tanah secara à
contrariomemberikan kewajiban kepada pemegang hak atas tanah untuk menggunakan atau mengusahakannya
secara intensif sesuai dengan kewajiban yang telah ditetapkan. Intensitas penggunaan atau pemanfaatan itu
akan memperkuat hubungan hukum antara subyek hak dengan hak atas tanah yang diberikan. Hubungan hukum
yang kuat itu menjadi dasar bagi keberlangsungan atau dipertahankannya hak tersebut. Sebaliknya, ketidak-
intensifan
penggunaan atau
pengusahaan tanah
berakibat melemahnya, bahkan dapat mengarah pada hapusnya hubungan hukum tersebut.
84
2 Tanah tidak boleh dijadikan komoditas
Tanah merupakan sumberdaya yang langka dan terbatas secara kuantitatif dan kualitatif. Di satu pihak,
keberadaannya sangat diperlukan untuk berlangsungnya kehidupan setiap orang dan di pihak lain terdapat
kelompok masyarakat tertentu yang menjadikannya sebagai komoditas.
Tindakan tersebut hanya memberikan keuntungan kepada pemiliknya yang tidak peduli terhadap kerugian
yang dapat dialami oleh kelompok masyarakat yang lain. Menjadikan tanah sebagai komoditas dapat mendorog
terjadinya penguasaan sumberdaya agraria yang bersifat spekulatif.
Penggunaan tanah
yang berorientasi
hanya pada
kepentingan pemiliknya akan dan telah menyebabkan terjadinya kenaikan harga tanah yang tidak terkendali.
Bagi masyarakat lapisan atas kenaikan harga tanah tidak berdampak negatif, namun bagi masyarakat lapisan
menengah-bawah kenaikan harga tanah secara terus- menerus
itu mempunyai
dampak negatif
karena ketidakmampuan untuk membeli dan mempunyai tanah
yang harganya
terus meningkat.
Maka terjadilah
kesenjangan yang berarti semakin sulitnya mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Fungsi ekologis
sumberdaya agraria
menggariskan keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya agraria
dengan daya
dukung lingkungannya
agar terjaga
keberlanjutannya untuk berbagai kegiatan dan utuk kepentingan generasi sekarang maupun yang akan
datang
78
. Dalam kaitan ini eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya agraria dengan tujuan pemenuhan
kebutuhan jangka pendek yang sudah jelas dampak negatifnya, tidak dapat ditenggang lagi.
e. Penggunaan dan pemanfaatan tanah.