84
2 Tanah tidak boleh dijadikan komoditas
Tanah merupakan sumberdaya yang langka dan terbatas secara kuantitatif dan kualitatif. Di satu pihak,
keberadaannya sangat diperlukan untuk berlangsungnya kehidupan setiap orang dan di pihak lain terdapat
kelompok masyarakat tertentu yang menjadikannya sebagai komoditas.
Tindakan tersebut hanya memberikan keuntungan kepada pemiliknya yang tidak peduli terhadap kerugian
yang dapat dialami oleh kelompok masyarakat yang lain. Menjadikan tanah sebagai komoditas dapat mendorog
terjadinya penguasaan sumberdaya agraria yang bersifat spekulatif.
Penggunaan tanah
yang berorientasi
hanya pada
kepentingan pemiliknya akan dan telah menyebabkan terjadinya kenaikan harga tanah yang tidak terkendali.
Bagi masyarakat lapisan atas kenaikan harga tanah tidak berdampak negatif, namun bagi masyarakat lapisan
menengah-bawah kenaikan harga tanah secara terus- menerus
itu mempunyai
dampak negatif
karena ketidakmampuan untuk membeli dan mempunyai tanah
yang harganya
terus meningkat.
Maka terjadilah
kesenjangan yang berarti semakin sulitnya mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Fungsi ekologis
sumberdaya agraria
menggariskan keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya agraria
dengan daya
dukung lingkungannya
agar terjaga
keberlanjutannya untuk berbagai kegiatan dan utuk kepentingan generasi sekarang maupun yang akan
datang
78
. Dalam kaitan ini eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya agraria dengan tujuan pemenuhan
kebutuhan jangka pendek yang sudah jelas dampak negatifnya, tidak dapat ditenggang lagi.
e. Penggunaan dan pemanfaatan tanah.
Agar kepentingan yang beragam terhadap penggunaan dan pemanfaatan tanah dapat berlangsung secara tertib, maka
penggunaan dan pemanfaatan tanah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang sudah ditetapkan, yang
kemudian dijabarkan dalam pengaturan yang lebih rinci oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sebagai pelaksanaan
asas-asas pemerintahan yang baik, maka penyusunan rencana tersebut harus melibatkan peran serta masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pemberian hak atas tanah, perlu diperhatikan juga prinsip untuk tidak boleh mengabaikan
akses publik
terhadap tanah
yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal itu, maka berlaku larangan bagi negara untuk memberikan hak atas tanah jika tanah tersebut
itu sangat
penting untuk
akses dan
kepentingan masyarakatpublik. Sebaliknya, negara sebagai pengemban
78
Ibid.
85
“trustee kepentingan publik, mempunyai kewajiban untuk menguasai dan mengelola tanah tersebut semata-mata untuk
kemanfaatan publik. Termasuk dalam kriteria ruang publik yang tidak boleh diberikan dengan hak atas tanah antara lain
pantai,
sungai, taman
kota, pedestrian,
tempat penggembalaan ternak dan danau.
Di samping peruntukannya bagi ruang publik, bidang tanah yang berdasarkan Rencana Tata Ruang ditetapkan sebagai
situs purbakala, cagar alam, dan konservasi tidak dapat diberikan dengan sesuatu hak atas tanah. Demikian juga
terhadap
bidang tanah yang secara topografis dan geologis dapat membahayakan kehidupan manusia, flora dan
fauna yang dilindungi maupun lingkungan setempat, tidak dapat diberikan sesuatu hak tanah.
Mengingat pola penggunaan tanah yang semakin timpang karena alih fungsi tanah pertanian menjadi non pertanian
dan ketidakseimbangan pola penggunaan tanah antar wilayah dengan berbagai dampak negatifnya yang telah berlangsung
selama ini, maka rencana umum penggunaan tanah harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1 melindungi tanah-
tanah pertanian; 2 meningkatkan rasio penggunaan tanah; 3 menyediakan penggunaan tanah untuk berbagai keperluan
di berbagai wilayah; 4 melindungi dan memajukan lingkungan ekologis dan menjamin keberlanjutan penggunaan
tanah
79
.
6. Hak atas tanah.