79
tercapainya keseimbangan antara kepentingan masyarakat hukum adat yang bersangkuatan dan kepentingan nasional.
2. Kriteria objektif keberadaan hak ulayat
Tolok ukur atau kriteria objektif untuk menentukan bahwa hak ulayat masih berlangsung adalah sebagai berikut.
1 adanya masyarakat hukum adat yang memenuhi ciri
tertentu sebagai subyek hak; 2
adanya wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai lingkungan
hidup dan
tempat mencari
nafkah Lebensraum masyarakat hukum adat yang merupakan
obyek hak; 3
hubungan keterkaitan dan ketergantungan masyarakat hukum adat dengan wilayahnya; dan
4 adanya kewenangan untuk mengatur secara bersama-
sama pemanfaatan tanah, perairan, tanaman, serta binatang-binatang yang berada di wilayah masyarakat
hukum yang bersangkutan, berdasarkan hukum adat yang berlaku dan ditaati oleh masyarakatnya
75
. Penentuan
kriteria itu
tidak dimaksudkan
untuk membatasi pengakuan terhadap masyarakat hukum adat,
tetapi merupakan hal yang wajar dalam setiap “klaim” hubungan antara seorang atau sekelompok masyarakat
dengan sumberdaya agraria tertentu. Dalam setiap hubungan itu pasti ada subyek yang mengklaim, obyek yang diklaim
dan petunjuk bahwa ia mempunyai klaim atas obyek tersebut wewenang tertentu.
Subyek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat tertentu yang dapat bersifat genealogis atau teritorial, dan
bukan orang perseorangan dan bukan kepala persekutuan adat. Kepala persekutuan adat adalah pelaksana kewenangan
masyarakat hukum adat, dalam kedudukannya selaku petugas masyarakat hukum yang bersangkutan.
Obyek hak ulayat adalah wilayah berupa lingkungan hidup tempat masyarakat hukum adat itu mengusahakan dan
mengambil hasil untuk kehidupan sehari-hari. Dengan demikian ada hubungan, keterikatan dan ketergantungan
menyangkut hukum adat dengan wilayahnya dan bahwa pemanfaatan hasil dari tanah, perairan, tanaman dan
binatang yang berada di wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutan adalah untuk memenuhi keperluan hidup
sehari-hari dan bukan untuk tujuan komersial.
Kewenangan mengatur secara bersama-sama pemanfaatan tanah, perairan, tanaman, dan binatang itu dalam wilayah
masyarakat hukum adat dilaksanakan menurut hukum adat, yaitu norma-norma yang hidup dalam masyarakat hukum
adat yang masih berlaku, dipatuhi dan mempunyai sanksi.
Pengakuan dan perlindungan hak ulayat, dilakukan melalui identifikasi diri masyarakat hukum adat dan verifikasi
75
Maria Sumardjono, Kebijakan Pertanahan, antara Regulasi dan Implementasi, cetakan kelima, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009, hlm 68.
80
yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan peran serta semua pihak terkait. Keberadaan
masyarakat hukum
adat beserta
hak ulayatnya
itu dikukuhkan dalam Peraturan Daerah.
Hak ulayat tidak bersifat eksklusif karena di samping mempunyai hak atas tanahwilayahnya yang melahirkan
kewenangan masyarakat hukum adat untuk mengatur penggunaan tanahnya, disamping hak sebagaimana dipunyai
oleh setiap warga negara, masyarakat hukum adat juga mempunyai kewajiban, yakni ikut menjaga lingkungan dan
tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian hak atas tanah di atas hak ulayat