12
2 pemanfaatan Ruang Di bawah atau Di atas Tanah tidak
berhubungan langsung dengan pemanfaatan permukaan bumi atau tanahnya;
3 tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup; dan
4 tidak bertentangan dengan tata ruang dan wilayah.
Selain persyaratan tersebut, pemanfaatan ruang di atas maupun di bawah tanah harus memenuhi persyaratan yang
bersifat komulatif seperti syarat administratif termasuk di dalamnya hak atas tanah dan aspek perizinan.
22
Pemanfaatan ruang di atas tanah dan ruang di bawah tanah diberikan
Pemerintah kepada perseorangan maupun badan hukum.
23
2. Hak menguasai negara
Negara diberikan otoritas dalam penguasaan tanah melalui hak menguasai negara yang bersumber dari UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Negara sebagai penguasa harus memiliki semangat mengabdi kepentingan umum sense of public
service dan masyarakat harus memiliki kewajiban tunduk kepada penguasa the duty of civil obedience, keduanya harus
dididik agar memiliki kesadaran kepentingan umum public spirit.
24
Hak menguasai negara tersebut dipertegas oleh UUPA sebagai antitesis terhadap hak domein.
Penghapusan asas domein setelah berlakunya UUPA digantikan deng
an pemberian tempat bagi asas “hak menguasai dari n
egara.” Asas ini diangkat dan dikembangkan dari ketentuan Pasal 33 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang dalam UUPA ditempatkan dalam Pasal 2 dengan rumusan sebagai berikut:
“1 Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal ini, bumi,
air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pada tingkatan tertinggi dikuasai
oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
2 Hak menguasai dari negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk:
a. mengatur
dan menyelenggarakan
peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air,
dan ruang angkasa tersebut; b.
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan
ruang angkasa; c.
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan
hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. 3
Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut pada ayat 2 pasal ini digunakan untuk
mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
22
Ismail Alrip, Farida Patittingi, Faisal Abdullah, Pengaturan Pemanfaatan..., Loc., Cit.
23
Arie S. Hutagalung, Risalah Rapat..., Loc., Cit.
24
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung: PT. Alumni, 2006, hal. 9.
13
masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
4 Hak
menguasai dari
negara tersebut
di atas
pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra
dan masyarakat
hukum adat,
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional, menurut
ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah.” Penetapan hak menguasai dari negara sangat berlainan
dengan asas domein yang berlaku sebelum adanya UUPA. Perbedaan yang sangat mendasar adalah bahwa pada asas
domein, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, tujuannya adalah untuk keuntungan kolonialisme Belanda. Hal ini dapat
dikaji dari klaim pemerintah kolonial atas tanah yang tidak bisa dibuktikan sebagai hak eigendom oleh warga negara sebagai tak
bertuan dan dinyatakan sebagai domein atau milik negara. Asas Hak Menguasai Negara tersurat tujuan secara jelas untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
25
Dapat dikatakan pula bahwa UUPA memberikan suatu sikap untuk mencapai tujuan
Pasal 33 ayat 3 UUD Tahun 1945 tidak pada tempatnya, jika negara bertindak sebagai pemilik tanah. Menurut penjelasan
UUPA, negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat memang bukan pemilik, melainkan bertindak selaku badan
penguasa yang pada tingkatan tertinggi menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya. Lebih tepat apabila negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat bangsa bertindak selaku penguasa
yang diberi wewenang untuk pada tingkatan tertinggi melakukan wewenang, seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat 2
UUPA.
26
Ketentuan Hak Menguasai Negara ini, jika dilihat dari Memori Penjelasan UUPA angka II2 memberi kesimpulan bahwa
dasar pemikiran yang dipergunakan mengenai hubungan hukum antara negara dengan bumi, air, dan ruang angkasa adalah
hubungan di mana negara dianggap sebagai personifikasi seluruh rakyat, seperti yang dikemukakan oleh Notonagoro.
27
Notonagoro merumuskan, salah satu bentuk hubungan tersebut, yaitu hubungan antara negara langsung dengan bumi dan
sebagainya tidak sebagai subyek perorangan, dan tidak dalam kedudukannya sebagai negara yang memiliki, akan tetapi
sebagai negara yang menjadi personifikasi rakyat seluruhnya, sehingga dalam konsepsi ini negara tidak terlepas dari rakyat,
negara hanya menjadi pendiri, pendukung daripada kesatuan- kesatuan rakyat.
28
25
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011, hal. 182.
26
Maria S.W. Sumardjono, Puspita Serangkum: Aneka Masalah Hukum Agraria, Yogyakarta: Andi Offset, 1982, hal. 11.
27
Ibid., hal. 12.
28
Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria di Indonesia, Jakarta: CV. Pancuran Tudjuh, hal. 81.
14
Hak Menguasai Negara tidak secara inheren sudah melekat dengan sendirinya pada negara sebagai organisasi kekuasaan
seluruh rakyat. Wewenang dari hak menguasai Negara diberikan oleh rakyat yang bersatu sebagai bangsa Indonesia agar
dilaksanakan
untuk mewujudkan
tujuan sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Dalam pelaksanaannya,
wewenang tersebut didelegasikan kepada daerah-daerah dan masyarakat
hukum adat
sebagai pelaksanaan
asas medebewind.
29
Berlandaskan ketentuan Pasal 2 ayat 2 UUPA, arti menguasai adalah “mengatur” dan “menyelenggarakan” yang oleh
Mahkamah Konstitusi
melalui putusannya
memberikan ketegasan lingkup makna ”menguasai” yaitu membuat
kebijakan, mengatur, mengurus, mengelola, dan mengawasi. Wewenang
tersebut berkaitan
dengan :
a penggunaanperuntukan use, persediaan reservation, dan
pemeliharaannya maintainance atas bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia NKRI; b penentuan dan pengaturan macam hak atas tanah; c penentuan dan pengaturan hubungan-hubungan
hukum antar orang danatau badan hukum yang berobyekkan tanah. wewenang tersebut harus ditujukan pada upaya
mencapai kemakmuran rakyat secara maksimal. Hak menguasai dari negara ini merupakan hak rakyat pada tingkat negara.
30
B. Praktik Empiris