Batas Bawah Pendapatan L

103 Coefficient Variation yang lebih besar dari 0.5 menunjukan bahwa usaha peternakan ayam broiler CV AB Farm akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode pada masa yang akan datang ceteris paribus. Risiko yang besar disebabkan oleh harga sapronak pakan, DOC, pemanas meningkat, sedangkan harga kontrak harga jual relatif rendah bila dilihat dari penerimaan penjualan ayam, akibatnya biaya produksi yang tinggi dan penerimaan yang rendah menyebabkan pendapatan yang diperoleh rendah, walaupun Prestasi Produksi masih relatif baik dengan mortalitas 4,53 standar 4,00 dan FCR 1,79 standar 1,73. Risiko tersebut berlanjut pada periode selanjutnya dengan tingkat mortalitas sangat tinggi pada periode keenam 11,75 standar 4,66 dan periode ketujuh 26,567 standar 4,00, serta FCR sangat tinggi pada periode keenam 2,17 standar 1,82 dan periode ketujuh 2,88 standar 1,73, sehingga biaya pakan menjadi sangat tinggi. Pada periode keenam waktu pemeliharaan relatif lama sehingga biaya sapronak menjadi tinggi, sedangkan penerimaan rendah karena berat badan ayam berkurang akibat mortalitas yang tinggi, sama halnya dengan periode ketujuh, dengan adanya kasus kekerdilan menyebabkan pertumbuhan terhambat sehingga berat badan ayam sangat rendah yang menyebabkan penerimaan penjualan sangat rendah, sementara konsumsi pakan sangat tinggi, sehingga biaya produksi tinggi.

6.3.5. Batas Bawah Pendapatan L

Nilai batas bawah pendapatan menunjukan nilai nominal pendapatan bersih terrendah yang mungkin diterima oleh peternak. Apabila nilai L sama dengan atau lebih dari nol, maka peternak tidak akan mengalami kerugian. Akan tetapi jika nilai L lebih rendah dari nol maka peternak akan mengalami kerugian. Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh CV AB Farm adalah sebesar Rp -111.107.708. Nilai tersebut menunjukan bahwa kemungkinan risiko terrendah atau kerugian terrendah yang akan dihadapi CV AB Farm setiap periodenya pada masa yang akan datang adalah sebesar Rp -111.107.708 ceteris paribus. Besarnya nilai batas bawah pendapatan tersebut disebabkan oleh rata-rata pendapatan yang diperoleh bernilai negatif yang berarti rata-rata keuntungan selama tujuh periode pengamatan bernilai negatif sehingga CV AB Farm merugi, 104 selain itu standard deviation yang dihasilkan sangat besar sehingga menghasilakan nilai batas bawah pendapatan yang sangat besar. Hal tersebut karena rendahnya hasil panen yang diperoleh wabah penyakit yang mengakibatkan tingginya tingkat mortalitas periode dua, empat, lima, enam, tujuh dan terjadinya kasus kekerdilan akibat DOC yang kurang berkualitas periode tujuh, serta berfluktuasinya harga sapronak periode lima, biaya produksi yang tinggi dan penerimaan yang rendah menyebabkan pendapatan yang diterima CV AB Farm secara agregat bernilai negatif yang berarti usaha yang dijalankan CV AB Farm merugi, sehingga dengan asumsi ceteris paribus nilai bawah pendapatan CV AB Farm sangat tinggi, oleh sebab itu dibutuhkan teknik budidaya ayam broiler untuk meningkatkan keuntungan CV AB Farm pada masa yang akan datang. 6.4. Analisis Pengaruh Risiko terhadap Pendapatan 6.4.1. Pendapatan Berdasarkan Indeks Prestasi Standar Risiko pada peternakan CV AB Farm dipengaruhi oleh fluktuasi hasil produksi yang dijalankan oleh CV AB Farm. Risiko produksi diukur melalui penyimpangan yang terjadi antara hasil aktual Prestasi Produksi berat badan, FCR, tingkat mortalitas dan umur panen yang menyimpang dari hasil produksi standar berdasarkan Prestasi Produksi yang seharusnya dicapai. Pengukuran pengaruh risiko terhadap pendapatan dapat dihitung melalui konversi biaya produksi dan penerimaan hasil produksi dari aktual Prestasi Produksi yang dibandingkan dengan standar Prestasi Produksi yang semestinya dicapai. Dengan begitu dapat dilihat seberapa besar seharusnya pendapatan CV AB Farm jika produksinya sesuai dengan Indeks Prestasi Produksi standar. Penerimaan hasil panen didapat dari penerimaan penjualan ditambah bonus pasar, sedangkan penerimaan penjualan didapat dari perkalian jumlah akhir ayam yang dipelihara, rata-rata berat badan saat panen, dan harga kontrak. Seperti pada periode pertama, jumlah ayam awal periode Chick In adalah 15.650 ekor, dengan rata-rata umur panen 38,50 hari maka standar mortalitas adalah 4,15, sehingga pada akhir periode ayam yang dipanen berjumlah 15.001 ekor. 105 Tabel 30. Penerimaan Hasil Panen Berdasarkan Indeks Prestasi Produksi Standar P er io d e Jumlah Awal Ekor Umur Panen Hari Mortalitas Standar Jumlah Akhir Ekor Berat Panen Kg Harga Kontrak Rp Bonus Pasar Rp;a Penerimaan Penjualan Rp;b Penerimaan Hasil Panen Rp;a+b 1 15.650 38,50 4,15 15.001 2,10 9.625 1.660.935 302.764.971 304.425.906 2 15.425 40,48 4,55 14.723 2,26 10.400 346.206.332 346.206.332 3 16.000 34,69 3,70 15.408 1,85 10.500 12.493.654 299.300.400 311.794.054 4 16.000 39,94 4,55 15.272 2,26 11.300 10.897.665 390.188.910 401.086.575 5 16.000 37,57 4,00 15.360 2,02 12.200 5.459.651 377.594.880 383.054.531 6 15.000 42,68 4,95 14.258 2,43 12.450 430.451.747 430.451.747 7 13.608 36,80 4,00 13.064 2,02 11.800 310.615.119 310.615.119 Sumber : CV AB Farm, 2009 Penerimaan penjualan karung pakan setiap periodenya berfluktuatif, besarnya penerimaan penjualan karung pakan tergantung konsumsi pakan pada periode tersebut. Penerimaan penjualan karung pakan didapat dari jumlah karung pakan dikali harga jual karung seharga Rp. 700karung. Karung tersebut dijual kepada pengurus kandang, untuk mengemas pupuk kandang. Pada CV AB Farm pupuk kandang tidak masuk sebagai penerimaan penjualan akan tetapi menjadi hak pegawai kandang yaitu kepala kandang dan anak kandang, dari penjualan pupuk kandang tersebut pengurus kandang membayar pembelian karung pakan kepada CV AB Farm. Tabel 31. Penerimaan Penjualan Karung Pakan Periode Rata-rata Pakan Kg Jumlah AyamEkor Jumlah Pakan Kg Jumlah Karung Bh Penerimaan Rp 1 3.51 15,001 52,652 1,053 737,126 2 3.86 14,723 56,831 1,137 795,640 3 3.00 15,408 46,224 924 647,136 4 3.86 15,272 58,950 1,179 825,299 5 3.34 15,360 51,302 1,026 718,234 6 4.20 14,258 59,882 1,198 838,341 7 3.34 13,064 43,633 873 610,858 Sumber : CV AB Farm, 2009 Sedangkan untuk mencari koefisien biaya produksi didapat dari komponen biaya variabel, karena besaran biaya variabel dipengaruhi oleh seberapa banyak ayam yang dipelihara. Biaya variabel di CV AB Farm yang mempengaruhi secara signifikan diantaranya pakan, DOC, obat, vaksin, vitamin dan bahan kimia 106 OVK, bahan bakar pemanas dan tenaga kerja. Akan tetapi melalui analisa yang dilakukan penulis, dari biaya variabel tersebut, tidak semua biaya mengalami perubahan ketika jumlah ayam yang dipelihara memiliki tingkat mortalitas standar. Seperti pemberian OVK yang tidak terpengaruh oleh kematian ayam dengan tingkat mortalitas standar, karena pemberian OVK cenderung mengikuti jumlah populasi awal dan vaksin setiap kemasannya yang digunakan untuk 1.000 dosis, kecuali pada periode kedua, vaksin yang digunakan berkurang satu vial begitupun dengan pemanas. Sehingga yang menjadi koefisien biaya produksi adalah biaya pakan dan biaya tenaga kerja, karena jumlah ayam yang dipelihara mempengaruhi seberapa besar pakan yang diberikan, dan berat ayam yang dipanen mempengaruhi perhitungan bonus pemeliharaan, karena bonus pemeliharaan didapat dari perkalian berat badan ayam saat panen dikalikan Rp 100. Tabel 32. Biaya Pakan Berdasarkan Indeks Prestasi Standar Periode Jumlah Awal Ekor Umur Panen Hari Mortalitas Standar Jumlah Akhir Ekor; a Pakan Kg; b Harga Pakan Rp; c Biaya Pakan Rp; d = a x b x c 1 15.650 38,50 4,15 15.001 3,51 4.100 215.817.887 2 15.425 40,48 4,55 14.723 3,86 4.500 255.473.496 3 16.000 34,69 3,70 15.408 3,00 4.500 207.799.992 4 16.000 39,94 4,55 15.272 3,86 4.800 282.666.394 5 16.000 37,57 4,00 15.360 3,34 5.400 276.784.128 6 15.000 42,68 4,95 14.258 4,20 5.500 329.673.476 7 13.608 36,80 4,00 13.064 3,34 5.300 231.051.210 Sumber : CV AB Farm, 2009 Biaya Pakan berdasarkan Indeks Prestasi Produkasi Standar berfluktuasi yang nilainya tergantung populasi ayam yang dipelihara, lamanya waktu budidaya dan harga pakan. Seperti pada periode pertama, dengan populasi awal 15.650 ekor yang dipanen pada hari ke 38,50 maka tingkat mortalitas standar pada masa tersebut adalah 4,15, sehingga jumlah ayam yang dipanen adalah 15.001 ekor, sedangkan standar rata-rata pakan yang dikonsumsi pada umur 38,50 hari adalah 3,51 kg dan harga pakan periode tersebut adalah Rp 4.100 sehingga biaya pakan pada periode tersebut dapat dihitung dengan mengalikan populasi akhir saat dipanen, rata-rata pakan yang dikonsumsi, harga pakan yang berlaku. 107 Biaya Tenaga Kerja berdasarkan Indeks Prestasi Produksi Standar nilainya berfluktuasi, besarnya tergantung berat badan ayam saat panen. Seperti pada periode pertama, pada saat panen jumlah ayam adalah 15.001 ekor dan berat rata- rata ayam saat panen 2,10 kg masa panen 38,50 hari, sehingga berat ayam saat panen didapat dari jumlah ayam saat panen dikalikan dengan rata-rata berat badan dikalikan Rp 100 faktor pengali bonus panen sehingga didapat besaran bonus panen pada periode tersebut, adapun komponen biaya tenaga kerja terdiri dari bonus panen ditambah uang makan pekerja sebesar Rp 7.000hariorang, sehingga dengan jumlah tenaga kerja tiga orang dan proses produksi selama 60 hari maka besarnya uang makan setiap periode sebesar Rp 1.260.000. Tabel 33. Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan Indeks Prestasi Produksi Standar Periode Rata-Rata Pakan Kg Jumlah Ayam Ekor Total Berat Badan Ayam Kg Bonus Panen Rp Uang Makan Rp Biaya Tenaga Kerja Rp 1 2,10 15.001 31.456 3.145.610 1.260.000 4.405.610 2 2,26 14.723 33.289 3.328.907 1.260.000 4.588.907 3 1,85 15.408 28.505 2.850.480 1.260.000 4.110.480 4 2,26 15.272 34.530 3.452.999 1.260.000 4.712.999 5 2,02 15.360 30.950 3.095.040 1.260.000 4.355.040 6 2,43 14.258 34.574 3.457.444 1.260.000 4.717.444 7 2,02 13.064 26.323 2.632.332 1.260.000 3.892.332 Sumber : CV AB Farm, 2009 Biaya OVK, Pemanas dan lain-lain berdasarkan Indeks Prestasi Produksi standar adalah sebagai berikut. Tabel 34. Pengeluaran Biaya OVK, Pemanas dan Lain-Lain Berdasarkan Indeks Prestasi Produksi Standar Biaya Produksi Rp.Periode Periode Harga OVK Pemanas Lain-lain Total Biaya 1 3.393.209 3.000.000 2.707.000 9.100.209 2 3.446.323 3.000.000 2.707.000 9.153.323 3 4.181.520 3.000.000 2.707.000 9.888.520 4 4.067.034 3.360.000 2.707.000 10.134.034 5 3.897.588 3.552.000 2.707.000 10.156.588 6 4.441.615 3.343.900 2.707.000 10.492.515 7 5.104.746 3.540.600 2.707.000 11.352.346 Sumber : CV AB Farm, 2009 108 Biaya OVK, Pemanas dan lain-lain berdasarkan Indeks Prestasi Produksi standar, secara umum masih sama dengan pengeluaran biaya Indeks Prestasi Produksi pada CV AB Farm karena dari segi jumlah pemakian OVK, Pemanas dan lain-lain tidak terpengaruh oleh pengurangan jumlah ayam berdasarkan standar mortalitas, kecuali penggunaan vaksin pada periode kedua yang awalnya 16 vialdosis dikurangi menjadi 15 vialdosis karena jumlah ayam yang dipelihara awalnya 15.425 ekor berkurang menjadi 14.723 ekor akan tetapi jumlahnya tidak signifikan, hanya berkurang Rp. 6.214. 6.4.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Rasio RC Berdasarkan Indeks Prestasi Produksi Standar Tabel 35. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Rasio RC Berdasarkan Indeks Produksi Prestasi Standar Selama Periode Pengamatan rupiah Periode Total Biaya Penjualan Ayam Bonus Pasar Penjualan Karung Pakan 1 276.323.706 302.774.559 1.660.935 737.126 2 315.540.726 346.202.511 795.640 3 275.448.992 299.300.400 12.493.654 647.136 4 358.363.427 390.188.910 10.897.665 825.299 5 352.945.756 377.594.880 5.459.651 718.234 6 398.183.435 430.466.843 838.341 7 298.127.885 310.655.728 610.858 Total 2.274.933.926 2.457.183.831 30.511.905 5.172.633 Periode Total Penerimaan c Pendapatan c-a+b RC Rasio ca+b Keterangan 1 305.172.620 28.848.914 1,10 R1 2 346.998.151 31.457.425 1,10 R1 3 312.441.190 36.992.198 1,13 R1 4 401.911.874 43.548.447 1,12 R1 5 383.772.765 30.827.009 1,09 R1 6 431.305.184 33.121.749 1,08 R1 7 311.266.586 13.138.701 1,04 R1 Total 2.492.868.369 217.934.442 1,10 R1 Sumber : CV AB Farm, 2009 Imbangan Penerimaan dan Biaya Rasio RC berdasarkan Indeks Prestasi Produksi standar selama periode pengamatan nilainya berfluktuatif, hal ini karena pendapatan yang diperoleh pada produksi berdasarkan Indeks Prestasi Produksi standar pun berfluktuatif, peluang keuntungan tinggi terjadi lima kali pada periode 109 kedua sampai periode keenam, dan peluang keuntungan sedang terjadi satu kali yaitu pada periode pertama, serta peluang keuntungan rendah terjadi satu kali yaitu pada periode ketujuh. Keuntungan tinggi diperoleh jika selisih penerimaan dengan biaya produksi tinggi, dengan hasil panen yang tinggi dan biaya produksi yang rendah maka keuntungan bisa dioptimalkan, begitupula dengan keuntungan sedang. Adapun keuntungan rendah masih terjadi, walaupun dalam Indeks Prestasi Produksi standar, hal ini karena biaya produksi yang tinggi dan harga jual yang kurang tinggi sehingga pendapatan CV AB Farm rendah, ini menunjukan bahwa dalam sistem kemitraan fluktuasi harga sapronak dan fluktuasi harga jual mempengaruhi pendapatan peternak walaupun Prestasi Produksi telah optimal.

6.4.3. Pengaruh Risiko Terhadap Pendapatan