9 Rp.12.900 yang jatuh pada tanggal 25 Desember Hari Natal. Adapun harga
pasar terrendah dan harga kontrak terrendah terjadi pada periode ketujuh sebesar Rp.5.900 yang jatuh pada tanggal 26 Desember 2008, setelah hari Natal.
Pada prinsipnya ketika peternak telah melakukan mitigasi risiko melalui sistem kemitraan dengan harga kontrak untuk harga sapronak dan harga jual
ayam, seharusnya peternak bisa memperoleh pendapatan optimal. Untuk mendapatkan pendapatan yang optimal CV AB Farm harus mengelola risiko
dengan baik agar Prestasi Produksi sesuai dengan target standar, sehingga mendapatkan hasil panen yang optimal serta mendapatkan harga jual yang baik.
Pengukuran risiko ditunjukan pula untuk merumuskan alternatif manajemen risiko yang bisa diterapkan oleh CV AB Farm.
Bedasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat risiko produksi dan risiko harga yang dihadapi peternakan ayam broiler CV AB Farm ?
2. Bagaimana tingkat pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm ? 3. Bagaimana pengaruh risiko terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV
AB Farm ? 4. Bagaimana alternatif strategi dalam mengatasi risiko produksi dan risiko harga
pada peternakan ayam broiler CV AB Farm ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah : 1. Menganalisis risiko produksi dan risiko harga pada CV AB Farm
2. Menganalisis tingkat pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm 3. Menganalisis seberapa besar pengaruh risiko terhadap pendapatan peternakan
ayam broiler CV AB Farm 4. Menganalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko produksi dan risiko
harga peternakan ayam broiler pada CV AB Farm
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini ditunjukan untuk membantu CV AB Farm dalam menganalisa seberapa besar risiko produksi dan risiko harga serta mengukur
10 pengaruh risiko terhadap pendapatan yang menyebabkan fluktuasi pendapatan.
Dengan analisa tersebut diharapkan dapat membantu CV AB Farm dalam memutuskan strategi apa yang akan diambil untuk menghadapi risiko produksi
ayam broiler, sehingga peternak mendapatkan pendapatan yang optimal dan dapat mengembangkan usahanya. Selain itu penelitian ini untuk mensinergiskan dan
mengaplikasikan teori yang telah didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan di lapang.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk penulis ketika merintis usaha ayam broiler pada masa yang akan datang dan diharapkan
penelitian ini dapat berguna bagi peternak yang akan memulai usaha ataupun yang sedang menjalankan usaha peternakan ayam broiler terkait dengan penanganan
risiko produksi dan risiko harga agar pendapatan peternak dapat optimal. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk bahan
masukan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis risiko produksi dan risiko harga peternakan ayam broiler pada CV AB Farm. Pengukuran risiko produksi dan
risiko harga menggunakan probabilitas, varian, standar deviasi, koefisien varian serta mengukur risiko produksi dengan metode Z-Score sehingga dapat terlihat
besaran risiko usaha ayam broiler ini. Analisis pendapatan peternak diukur dengan analisis pendapatan. Sedangkan untuk melihat seberapa besar risiko
produksi mempengaruhi pendapatan peternak dilihat dari seberapa besar penyimpangan Indeks PrestasiPerformance Numerical yang diperoleh peternak
terhadap Indeks Prestasi Produksi standar, lalu dihitung biaya variabel dan penerimaan peternak berdasarkan Indeks Prestasi Produksinya, dan dihitung pula
berapa biaya variabel dan penerimaan berdasarkan Indeks Prestasi Produksi standar pada umur rata-rata panen saat itu. Indeks Prestasi Produksi yang ideal
adalah Indeks Prestasi Produksi yang sesuai dengan standar umur panen, produksi ayam broiler dikatakan mempunyai risiko produksi jika Indeks Prestasi
Produksinya kurang dari standar. Karena salah satu parameter yang umum digunakan untuk mengukur tingkat prestasi produksi ayam broiler adalah Indeks
Prestasi Produksi peternak.
11 Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari CV AB Farm selama tujuh periode terakhir mulai dari bulan November 2007 sampai dengan bulan Februari 2009 pada saat CV AB Farm bermitra dengan
Mitra Unggas, karena sebelumnya CV AB Farm bermitra dengan perusahaan inti yang lain. Data primer berupa analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis
risiko produksi.
12
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Agribisnis Peternakan Ayam
Broiler
Agribisnis peternakan mulai dikenal dan berkembang di Indonesia sekitar pertengahan tahun 1980. Agribisnis peternakan merupakan sebuah sistem
pengelolaan ternak secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari pembuatan manufacture dan penyaluran distribution sarana
produksi ternak sapronak, kegiatan usaha produksi budidaya, penyimpanan dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran produk peternakan yang
didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan pemerintah. Rahardi, 2008.
Gambar 3. Konseptualisasi Sistem Agribisnis Ayam Ras
Sumber : Saragih, 2000
Subsistem Agribisnis pangan asal unggas terdiri dari empat sistem yaitu;
2.1.1. Subsistem Agribisnis Hulu
Sistem agribisnis hulu adalah kegiatan yang menghasilkan sarana produksi peternakan unggas dan perdagangannya Saragih, 2000, atau kegiatan ekonomi
yang menghasilkan sarana produksi peternakan bibit, pakan, obat-obatan, vaksin dan peralatan perlengkapan. Jumlah usaha pada agribisnis hulu ayam broiler
mengalami peningkatan dengan meningkatnya permintaan produk peternakan. Indonesia saat ini memiliki industri pembibitan ayam ras sekitar 109 perusahaan
dengan kapasitas produksi 600 juta ekor DOC per tahun, 60 perusahaan pakan
Subsistem Agribisnis Hulu Ayam Ras
- Industri Pembibitan - Industri Pakan
- Industri ObatVaksin - Industri Peralatan
Subsistem Agribisnis Budidaya Ayam Ras
- Usaha Ternak Ayam potong
Subsistem Agribisnis Hilir Ayam Ras
- Industri Pengolahan - Kegiatan Perdagangan
Subsistem Agribisnis Penunjang Ayam Ras
- Transportasi - KreditModal
- Asuransi - Penelitian dan Pengembangan
- Kebijaksanaan Pemerintah
13 ternak dengan kapasitas produksi 5 juta ton per tahun dan industri obat-obatan
ternak sekitar 34 perusahaan Rahardi, 2008.
2.1.1.2. Industri Pembibitan Ayam Broiler
Pada subsistem agribisnis hulu ayam broiler, diantaranya adalah bibit ayam atau DOC Day Old Chick, yang berawal dari pembibitan ayam bibit ibu
nenek Great Grand Parent Stock, lalu pembibitan ayam bibit nenek Grand Parent Stock, kemudian pembibitan ayam bibit induk Parent Stock, dan ayam
broiler yang dibudidayakan saat ini adalah Final Stock atau Commercial Stock. Ayam broiler atau ayam ras pedaging merupakan ayam hasil rekayasa genetik
yang termasuk galur Gallus Domestikus, yang dikembangkan untuk menghasilkan daging yang optimal.
Unggas Domestikan menurut Amrullah 2004 terbagi menjadi empat ordo, yaitu ordo Corinitae vertebrata bertulang lunas, ordo Aniseriformes itik
dan Angsa, dan Columbiformes burung tekukur dan merpati serta Galliformes ayam, kalkun, ayam mutiara dan burung kuauo. Ordo yang paling besar
peranannya dalam bidang perekonomian saat ini adalah ordo Galliformes, dan spesies Galiformes terbagi menjadi tiga famili yaitu Phasianidae ayam dan
burung kuauo, Numinidae kalkun, ayam mutiara asal Afrika dan Melleagridae kalkun asal Amerika adapun strain atau galur ayam yang saat ini ada merupakan
ayam yang berasal dari satu bangsa, ayam yang mempunyai tipe ringan berasal dari bangsa White Leghorn, tipe medium berasal dari bangsa Rhode Island Red,
Australorp dan Barred Playmounth Rock sedangkan tipe berat berasal dari bangsa New Hampshire, White Playmounth Rock dan Cornish.
Ayam broiler yang saat ini banyak dibudidayakan menurut Amrullah 2004 termasuk bangsa Cornish yang berasal dari ayam sedarah jantan Male
Line yang mempunyai ciri badannya yang besar dengan pertumbuhan yang cepat dan mempunyai konversi pakan yang efisien. Hasil persilangannya dapat berupa
galur murni Pure Strain, silang galur Strain Cross, silang bangsa Breed Cross, atau hibrida dalam bangsa ayam Inbreed Hybrid. Umumnya Galur murni
digunakan sebagai tetua galur-galur komersial, dan umumnya diambil dari nama breeder yang mengembangkannnya.
14 Perkembangan genetik ayam broiler dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan cukup pesat dengan perkembangan berat badan ayam broiler meningkat hampir dua kali lipat dengan konsumsi pakan yang lebih efisien.
Perkembangan teknik pembibitan sejalan dengan perbaikan mutu genetik yang dilakukan oleh para ahli genetik agar memiliki keunggulan sifat seperti
pertumbuhan cepat, produksi telur tinggi, efisiensi pakan tinggi, dan tahan terhadap penyakit. Sifat yang unggul ini akan digabungkan menjadi satu dalam
satu galur melalui program seleksi dalam breed dan menyilangkannya Fadillah, 2007.
Potensi jumlah anak ayam menetas dari setiap strain berbeda, untuk setiap broiler strain Cobb, Hubbard dan Hybro dari setiap induk Grand Parent Stock
dapat menghasilkan 35 sampai 40 ekor DOC Parent Stock selama masa produksi. Strain Lohman dan Ross dari setiap induk Grand Parent Stock dapat
menghasilkan DOC Parent sebanyak 40 sampai 45 ekor dan untuk setiap strain Cobb, Hubbard dan Hybro setiap induk Parent Stock dapat menghasilkan 135
ekor DOC Final Stock selama masa produksi. Adapun untuk strain Lohman dan Ross setiap induk Parent Stock dapat menghasilkan DOC Final Stock sebanyak
150 ekor. Berikut adalah data produsen DOC di Indonesia pada 2007. Tabel 7. Produsen DOC di Indonesia Berdasarkan Strain Ayam Tahun 2007
No. Perusahaan
Galur Strain
1 CV. Missouri
Cobb 2
PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm Cobb, Ross
3 PT. Cibadak Indah Sari Farm
Ross 4
PT. Cipendawa Farm Enterprice Hubbard
5 PT. Galur Palasari Cobbindo
Cobb 6
PT. Multi Breeder Adirama Indonesia Lohmann
7 PT. Peternakan Ayam Manggis
Hybro 8
PT. Wonokoyo Farm Hubbard
Sumber: Data BPS 2007 dalam Poultry Indonesia, Juli 2007
Dari tabel 7 di atas dapat terlihat strain ayam yang dibudidayakan sebagian besar adalah strain Cobb, Ross, Hubbard, Lohman dan Hybro. Hal ini
15 karena strain tersebut mempunyai keunggulan genetika yang terus dikembangkan
oleh produsennya. Perkembangan genetika strain ayam menyebabkan dinamisnya persaingan industri penyedia DOC. Pada tahun 2002 strain ayam yang menjadi
primadona adalah Hubbard, tahun 2004 dan 2005 adalah Ross namun saat ini bergeser ke Cobb. Berikut adalah produksi DOC dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2008 dan prediksi produksi DOC tahun 2009. Tabel 8. Produksi DOC Tahun 2005-2009 dalam juta ekor per minggu
Tahun Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Agust
2005 24,0
23,8 23,5
24,1 25,5
25,8 27,8
28,8 2006
26,1 25,5
30,6 24,3
26,6 26,2
22,5 23,5
2007 22,4
23,8 22,8
21,1 21,4
20,8 21,2
24,8 2008
26,6 28,9
24,8 23,9
23,8 24,7
25,1 29,1
2009 25,9
25,5 23,3
25,3 28,9
30,4 31,1
26,4
Tahun Sep
Okt Nop
Des Total
Per-mgg
2005 29,0
29,4 28,9
27,9 1.274,0
24,5 2006
23,6 23,5
24,1 23,2
1.198,8 23,1
2007 24,5
23,4 25,3
26,3 1.111,2
23,1 2008
23,7 23,2
24,3 22,6
1.202,8 24,5
2009 22,3
23,8 21,9
21,1 1.223,6
24,5
Sumber : 2005 – 2006 - Poultry Indonesia, Juli 2007 Januari 2009 2008 – 2009 - Infovet, Maret 2009
Adapun Industri yang bergerak di dalam subsektor agribisnis hulu penyedia sarana produksi ternak Day Old Chick didominasi oleh perusahaan-perusahaan
besar yang terintegrasi
3
, seperti pada Gambar 4. Dari Gambar 4 terlihat PT. Charoen Pokhpand mempunyai pangsa pasar DOC
sebesar 37 , PT. Japfa Comfeed dengan anak perusahaannya PT. Multi Breeder Adirama Indonesia mempunyai pangsa Pasar 27 , PT. Wonokoyo 10, PT.
Malindo 9 , PT. Sierad Produce 8, PT. Chield Jedang 6 , PT. Panca Patriot 3.
3
Mulyantono B. April 2007. Survey Farm 100. Poultry Indonesia: 27
16 Gambar 4. Pangsa Pasar Tujuh Perusahaan DOC Nasional Tahun 2008
Sumber : Poultry Indonesia, April 2009
Indonesia saat ini masih mengimpor DOC Grand Parent Stock dan DOC Parent Stok karena belum mempunyai teknologi genetika yang mampu
menciptakan strain ayam yang unggul dan masih terbatasnya perusahaan pembibit yang mempunyai lisensi pemeliharaan DOC tersebut. Menurut Direktur
Pembibitan Direktorat Jenderal Peternakan impor DOC Grand Parent Stock GPS dan DOC Parent Stok PS adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Impor Grand Parent Stock dan Parent Stock Broiler
Uraian Strain
2006 2007
2008 GPS
Ross, Cobb, Hubbard, Hybro PG+,
Lohman Meat 400.021
361.460 370.036
PS
Hubbard, Cobb, Ross, Hybro PG+, Hubbard JA 57,
Hubbard Flex, AA Plus 515.020
621.494 84.190
Sumber : Direktur Pembibitan, April 2009
Pada tabel di atas, terlihat bahwa impor Grand Parent Stock pada tahun 2007 menurun dan kembali meningkat pada tahun 2008, sedangkan tren Parent Stock
Broiler setiap tahunnya menunjukan penurunan karena kebijakan Direktorat Pembibitan yang membatasi impor untuk meningkatkan produksi dalam negeri
4
. Banyaknya perusahaan tidak diimbangi dengan pengaturan populasi.
Permintaan DOC meningkat pada hari-hari besar keagamaan dan hari besar nasional sedangkan perusahaan pembibit tidak bisa menyediakan DOC dalam
jumlah yang cukup, maka akan terjadi over demand yang menyebabkan terjadinya
4
Gunawan. April 2007. Bukan Faktor Penentu. Poultry Indonesia: 18
Pangsa Pasar Tujuh Perusahaan DOC Nasional
CP 37
Japfa 27
Malindo 9
Sierad 8
CJ 6
W onokoyo 10
Patriot 3
17 peningkatan harga DOC. Ketika jumlah DOC nasional tinggi sedangkan
permintaan terhadap DOC tetap, menyebabkan over supply sehingga harga DOC turun. Akan tetapi biasanya akan ada kebijakan pemusnahan telur Hatching Eggs
atau aborsi pada DOC yang akan memangkas suplai DOC di pasaran sehingga DOC di pasar berkurang dan harga akan kembali naik. Adapun harga DOC Final
Stock selama lima tahun terakhir di Kabupaten Bogor Lampiran 1 yang bisa mewakili harga daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Sukabumi
dan Cianjur Jabodetabeksuci dapat dilihat dalam Gambar 5.
Gambar 5. Harga DOC Final Stock Tahun 2004-2009
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bogor 2009 Data Bulan Januari - Maret
Dari grafik terlihat bahwa harga DOC sangat berfluktuatif. Pada tahun 2005 harga terrendah adalah Rp. 1.500 dan harga tertinggi Rp. 10.500, pada tahun
2006 harga terrendah Rp. 1.500 dan harga tertinggi Rp. 4.500 pada tahun 2007 harga terrendah Rp. 1.500 dan harga tertinggi Rp. 4.500 pada tahun 2008 harga
terrendah Rp. 300 dan harga tertinggi Rp. 5.000 dan pada tiga bulan terakhir pada tahun 2009 harga terrendah Rp. 4.125 dan harga tertinggi Rp. 5.000. Pembentukan
harga DOC masih dipengaruhi oleh ketersediaan penawaran dan permintaan. Ketika suplai DOC melimpah, sementara penawaran tetap atau menurun maka
akan menyebabkan turunnya harga, begitupun sebaliknya.
Ha rg a D O C F in a l S to c k T a h u n 2 0 0 5 s a m p a i 2 0 0 9
- 1.500
3.000 4.500
6.000 7.500
9.000 10.500
12.000
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51
Tah u n H
a rg
a R
u p
ia h
Harga D O C Broiler FS Batas Baw ah Harga D O C Broiler FS Batas Atas
18
2.1.1.2. Industri Pakan Ternak
Biaya pakan ternak merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan, sehingga ada dua faktor penentu yang harus secara tepat diketahui, yaitu 1
Pengetahuan mengenai kandungan zat makanan yang tersedia dan 2 Besarnya kebutuhan ternak akan zat makanan. Dengan dua syarat ini maka pemberian
pakan secara tepat dan efisien dapat terjamin Amrullah, 2004. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pakan ternak maka industri pakan ternak mempunyai
pasar yang baik sebagai salah satu penyedia sarana produki ternak dalam sistem agribisnis hulu. Adapun Produksi pakan nasional dapat dilihat pada Gambar 6.
berikut.
Gambar 6. Konsumsi Pakan Nasional
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS 2008 Estimasi
Dari data di atas pada tahun 2004 produksi pakan tercatat sebanyak 6,83 juta ton, tahun 2005 sebanyak 7,1 juta ton, tahun 2006 sebanyak 7,2 juta ton,
tahun 2007 sebanyak 7,6 juta ton. Produksi pakan nasional tahun 2008 mencapai sekitar 8,13 juta ton per tahun dan ditargetkan jumlah tersebut akan terus bertahan
sampai tahun 2009. Peningkatan produksi pakan meningkat seiring membaiknya situasi
perekonomian dan iklim investasi agribisnis peternakan yang memacu industri peternakan dari hulu sampai hilir, dengan adanya peningkatan konsumsi pangan
hasil ternak. Produksi pakan nasional dihasilkan dari produksi pakan perusahaan yang bergerak dalam industri pakan nasional.
K onsumsi P akan N asional
6,83 7,1
7,2 7,6
8,13 8,13
2 4
6 8
1 0
2 0 0 4 2 0 0 5
2 0 0 6 2 0 0 7
2 0 0 8 2 0 0 9
Ta hun P
ro d
u k
s i
d a
la m
j u
ta t
o n
19 Produksi pakan dari perusahaan pakan nasional selama tahun 2008 dapat
dilihat dalam tabel produksi pakan sebelas perusahaan pakan nasional di bawah. Tabel 10. Produksi Pakan Sebelas Perusahaan Pakan Nasional Tahun 2008
No. Pabrik Pakan
Produksi ton
1 PT. Japfa Comfeed Indonesia
2.007.000 2
PT. Charoen Pokhpand Indonesia 1.935.322
3 PT. Wonokoyo
573.420 4
PT. Sierad 501.750
5 PT. Chiel Jedang Feed
501.750 6
PT. Gold Coin 430.072
7 PT. Global Feed
358.393 8
PT. Panca Patriot 286.714
9 PT. Cargill Indonesia
286.714 10
PT. Sinta Feedmill 215.036
11 PT. Guyofeed
71.679
Sumber: Poultry Indonesia, April 2009
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa produsen terbesar pakan ternak di Indonesia adalah PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan produksi pakan sekitar
2.007.000 ton dan, pada urutan kedua PT. Charoen Pokhpand Indonesia dengan produksi pakan sebesar 1.935.322 ton, pada urutan ketiga terdapat PT. Wonokoyo
dengan produksi pakan 573.420 ton, pada urutan keempat sampai dengan kesembilan ditempati oleh PT. Sierad, PT. Chiel Jedang Feed, PT. Gold Coin PT.
Global Feed, PT. Panca Patriot, PT. Cargill Indonesia, PT. Sinta Feedmill, PT. Guyofeed dengan produsi pakan yang tertera pada tabel di atas.
Dengan demikian pangsa pasar pakan ternak secara nasional terbagi menjadi beberapa bagian
5
, yang menunjukan bahwa pangsa pasar 28 dikuasai oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Charoen Pokhpand Indonesia menguasai
27 pasar, PT. Wonokoyo menguasai delapan persen pasar, PT. Sierad dan PT. Chiel Jedang Feed menguasai tujuh persen pasar, PT. Gold Coin menguasai enam
persen pasar, PT. Global Feed menguasai lima persen pasar, PT. Panca Patriot dan
5
Mulyantono B. Aporil 2007. Survey Farm 100. Poultry Indonesia:28
20 PT. Cargill Indonesia menguasai empat persen pasar, PT. Sinta Feedmill
menguasai tiga persen pasar, PT. Guyofeed menguasai satu persen pasar. Seperti terlihat dalam Gambar 10 berikut.
Gambar 7. Pangsa Pasar Sebelas Perusahaan Pakan Nasional Tahun 2008
Sumber: Poultry Indonesia, April 2009
Peningkatan permintaan pakan ternak tidak diimbangi dengan peningkatan bahan baku pakan di dalam negeri, sehingga bahan baku pakan impor
menyebabkan harga pakan sangat berfluktuatif mengikuti harga bahan baku pakan dunia. Bahan baku pakan impor seperti jagung dan MBM menyebabkan harga
yang dibayar peternak untuk mendapatkan pakan menjadi lebih tinggi. Berikut kebutuhan bahan baku pakan tahun 2004-2009
Tabel 11. Kebutuhan Bahan Baku Pakan Tahun 2004-2009 juta ton
Bahan Baku 2004
2005 2006
2007 2008
2009
Jagung 3,48
3,53 3,64
3,81 4,07
4,07 Bungkil Kedelai
1,51 1,53
1,49 1,52
1,62 1,62
Dedak 1,02
1,06 1,09
1,14 1,21
1,21 Pollard
0,68 0,71
0,73 0,76
0,81 0,18
Tepung Ikan 0,34
0,35 0,36
0,38 0,40
0,40 MBM PMM
0,34 0,35
0,36 0,38
0,40 0,40
Premix 0,04
0,04 0,04
0,05 0,05
0,05
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 Estimasi
Pangsa Pasar Sebelas Perusahaan Pakan Nasional
CP 27
Japfa 28
Sierad 7
Sinta 3
Global 5
Wonokoyo 8
CJ 7
Gold Coin 6
Patriot 4
Cargill 4
Guyofeed 1
21 Dengan kurangnya pasokan bahan baku pakan domestik, membuat industri
pakan masih mengimpor bahan baku, sehingga pakan ternak yang diproduksi oleh pabrik pakan masih sangat rentan terhadap gejolak harga bahan baku pakan dunia.
Peningkatan permintaan jagung menaikkan harga pakan, karena sekitar 51,4 bahan baku pakan adalah jagung, 18 bungkil kedelai, 7 corn gluten meal, 5
MBM, 2 CPO, 16 dedak, 0,6 premix. Kebutuhan bahan baku pakan nasional saat ini tidak mencukupi, sehingga
industri pakan masih mengimpor kekurangannya, adapun impor bahan baku pakan ternak selama lima tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 12 berikut.
Tabel 12. Impor Bahan Baku Pakan Ternak Tahun 2004-2008 ribu ton
Bahan Baku 2004
2005 2006
2007 2008
Jagung 1.088,9
423 1.769,3
650 157,9
Bungkil Kedelai 1.633
1.852,7 2.116,1
2.223 1.532,9
Tepung Ikan 58,3
82,8 88,9
110 53,5
Meat Bone Meal MBM 405,4
39.5 128,2
250 150
Crude Gluten Meal CGM 115,5
199.3 187,1
187,1 197,9
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS 2008 Data Januari – Maret
Dari tabel di atas terlihat bahwa impor jagung dari tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami penurunan karena stok jagung nasional meningkat, namun pada
tahun 2006 stok jagung kembali menurun sehingga dilakukan impor. Hal yang sama terjadi pada tahun 2006 ke tahun 2007, impor dilakukan karena jagung
nasional berfluktuasi secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sehingga tidak dapat menjamin ketahanan bahan baku.
Bungkil kedelai memiliki tren meningkat secara kuantitas dari nilai impor, hal ini karena Indonesia sudah tidak lagi memproduksi kedelai dalam
jumlah besar, karena pada waktu itu, mengimpor lebih murah daripada memproduksi sendiri. Akan tetapi ketika harga kedelai dunia meningkat maka
Indonesia terkena imbasnya, sama halnya dengan tepung ikan yang memiliki tren meningkat. Adapun Meat Bone Meal MBM terjadi impor besar-besaran pada
tahun 2004 dan mengalami penurunan impor pada tahun 2005 karena terkait isu penyakit mulut dan kuku serta sapi gila pada Negara eksportir, Crude Gluten Meal
22 CGM meningkat dari tahun 2004 ke tahun 2005 dan mengalami stagnasi pada
tahun 2006 dan 2007. Adapun harga pakan selama lima tahun terakhir di Kabupaten Bogor
Lampiran 1 yang bisa mewakili harga daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Sukabumi dan Cianjur Jabodetabeksuci dapat dilihat dalam
Gambar 8.
Gambar 8. Harga Pakan Tahun 2004-2009
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2009 Data Bulan Januari - Maret
Harga pakan dari tahun ketahun menunjukan tren peningkatan setiap bulannya. Dari data di atas harga pakan batas atas dan batas bawah merupakan
harga terrendah dan harga teringgi yang terjadi setiap bulannya, harga pakan starter terrendah tahun 2005 adalah Rp. 2.475 dan harga tertinggi Rp. 3.300,
sedangkan untuk pakan finisher harga terrendah dan tertinggi masing-masing Rp. 2.460 dan Rp. 3.350. Pada tahun 2006 harga pakan starter terrendah Rp. 2.750
dan tertinggi Rp. 3.388 untuk pakan finisher harga terrendah dan tertinggi masing- masing Rp. 2.720 dan Rp. 3.158. Pada tahun 2007 harga pakan starter terrendah
Rp. 2.750 dan tertinggi Rp. 3.600 untuk pakan finisher harga terrendah dan tertinggi masing-masing Rp. 2.420 dan Rp. 3.570.
Pada tahun 2008 harga pakan starter terrendah Rp. 2.400 dan tertinggi Rp. 5.000 untuk pakan finisher harga terrendah dan tertinggi masing-masing Rp.
3.350 dan Rp. 4.850. Sedangkan tiga bulan terakhir pada tahun 2009 harga pakan
Ha r g a P a k a n T a h u n 2 0 0 5 s a m p a i 2 0 0 9
2.400 2.900
3.400 3.900
4.400 4.900
5.400
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51
T ahun H
a rg
a R
u p
ia h
Ha rg a P a ka n S ta rte r B a ta s B a wa h Ha rg a P a ka n S ta rte r B a ta s A ta s
Ha rg a P a ka n F inishe r B a ta s B a wa h Ha rg a P a ka n F inishe r B a ta s A ta s
23 starter terrendah Rp. 5.100 dan tertinggi Rp. 5.325 untuk pakan finisher harga
terrendah dan tertinggi masing-masing Rp. 5.062 dan Rp. 5.500 peningkatan harga pakan sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga bahan baku pakan yang
sebagian besar masih impor sehingga harga pakan domestik merujuk pada harga bahan baku pakan dunia. Peningkatan harga pakan tersebut dapat menyebabkan
turunnya pendapatan yang diterima peternak jika tidak diimbangi oleh naiknya harga ayam, karena alokasi biaya pakan mencapai hampir 80 pada agribisnis
ayam broiler.
2.1.1.3. Industri Obat dan Vaksin
Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai untuk hewan dengan tujuan menetapkan diagnosa, mencegah, menyembuhkan dan memberantas penyakit
hewan; mengurangi, menghilangkan gejala penyakit hewan; membantu menenangkan, mematirasakan, etanasia dan merangsang hewan; menghilangkan
kelainan atau memperelok tubuh hewan; memacu perbaikan mutu produksi hasil hewan; memperbaiki reproduksi hewan, terdiri atas: sediaan biologic, farmasetik,
premik dan sediaan alami termasuk hasil rekayasa genetik sedangkan perusahaan obat hewan adalah orang atau badan hukum yang mendapatkan izin usaha obat
hewan dari pejabat yang berwenang untuk melakukan produksi, penyediaan dan atau peredaran obat hewan
6
. Pengendalian penyakit ternak menjadi salah satu bagian dalam produksi
ternak. Ternak yang baik dan sehat menghasilkan produksi yang optimal, penyakit menular bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau tungau sedangkan penyakit tidak
menular seperti luka, patah tulang dan kekurangan vitamin, hal tersebut dapat dilihat dari gejala yang timbul pada ternak dan sebagai pencegahannya maka
harus ada pengendalian penyakit dengan vaksin maupun dengan obat-obatan seperti antibiotik, antiseptik, dan desinfektan Rahardi, 2008. Dengan adanya
masalah tersebut membuka peluang industri obat dan vaksin berkembang mengikuti perkembangan agribisnis sektor on-farm.
Pada tahun 2006 menurut Harianto 2006
7
pertumbuhan kebutuhan obat hewan rata-rata delapan persen per tahun yang melampaui industri perunggasan
6.
Raharjo, Y. November 2006. Beberapa Sisi Pergerakan Obat Hewan. Infovet:11
7
Harianto G. Juli 2006. Industri Obat Hewan, Ketat Bersaing tapi Menjanjikan. Trobos:34
24 yang ada di angka enam persen, yang meliputi sediaan bilogik 840 produk lokal
114 dan impor 726, sediaan farmasetik 2.115 produk lokal 971 dan impor 1.114, sediaan premiks 655 produk lokal 289 dan impor 3.650 dan lain-lain 149
produk lokal 23 dan impor 126, sehingga total sediaan 3.759 produk, dengan pertumbuhan delapan persen per tahun maka diharapkan setiap tahun sediaan
bertambah 276 produk, adapun kontribusi jenis vaksin sangat signifikan dalam meningkatkan angka pertumbuhan industri obat. Dengan pertumbuhan lima
persen saja industri obat akan mampu meraup pasar domestik sebesar 1,3 milyar. Industri obat dan vaksin cenderung lebih dinamis dalam persaingan
usahanya karena setiap perusahaan berlomba-lomba merebut hati peternak dengan menyediakan pelayanan terbaik, menawarkan efisiensi, layanan purna jual dengan
diklat-diklat bagi peternak, ketersediaan produk disetiap tempat, ketepatan waktu pengiriman yang semua itu bertujuan untuk meningkatkan loyalitas konsumen.
Berikut adalah pangsa pasar sembilan perusahaan obat nasional selama tahun 2008
8
.
Gambar 9. Pangsa Pasar Sembilan Perusahaan Obat Nasional Tahun 2008
Sumber: Poultry Indonesia, April 2009
PT. Medion merupakan pemimpin pasar dengan menguasai 39 pasar obat nasional karena jangkauan distribusi yang luas dan produknya menyebar
cukup merata disemua skala usaha peternakan, pada urutan kedua ditempati oleh PT. Sanbe Farma dengan menguasai 18 pasar obat nasional, pada urutan ketiga
dan keempat ditempati oleh PT. Surya Hidup Satwa dan Mensana Aneka Satwa
8
Mulyantono B. April 2008. Survey Farm 100. Poultry Indonesia:27
P a n g s a P a s a r S e m b ila n P e ru s a h a a n O b a t N a s io n a l
S a n b e 1 8
Me d io n 3 9
S HS 1 1
Me n s a n a 1 1
A g r in u s a 7
Ro min d o 7
In d o v e tr a c o 3
A g r o 3
Pima ima s 1
25 masing-masing menguasai sebelas persen pasar obat nasional, pada urutan kelima
dan keenam ditempati oleh PT. Agrinusa Unggul Jaya dan PT. Romindo masing- masing menguasai tujuh persen pasar obat nasional. Pada urutan ketujuh dan
kedelapan ditempati oleh PT. Indovetraco Makmur Abadi dan PT. Agro Makmur Sentosa masing-masing menguasai tiga persen pasar obat nasional, pada urutan
terakhir ditempati oleh PT. Pimaimas dengan menguasai satu persen pasar obat nasional.
2.1.1.4. Industri Peralatan
Peningkatan populasi ayam broiler menyebabkan meningkatnya
kebutuhan sarana produksi ternak berupa peralatan yang digunakan untuk mendukung produksi baik berupa alat utama seperti perkandangan, tempat pakan,
tempat minum, tendon air, kipas angin, sistem pemanas kandang yang berbahan bakar gas, minyak tanah maupun batubara.
Peralatan kandang pada umumnya mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menunjang produksi, namun peralatan kandang dapat dibagi menjadi
peralatan yang manual dan otomatis, pada kandang yang menganut sistem terbuka open house umumnya menggunakan peralatan manual, sedangkan kandang
dengan sistem tertutup close house menggunakan peralatan yang serba otomatis, sehingga biaya peralatan dan perawatan alat menjadi lebih tinggi, akan tetapi
kondisi lingkungan menjadi lebih terkontrol. Peralatan penunjang lainnya yaitu sistem sanitasi yang berguna untuk
biosekuriti bagi peternakan, yang umumnya bekerja dengan menyemprotkan desinfektan. Peralatan dalam industri peternakan merupakan biaya investasi yang
dikeluarkan di awal usaha yang nilainya cukup besar.
2.1.2. Subsistem Agribisnis On-Farm
Subsistem Agribisnis On-Farm adalah kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi ternak untuk menghasilkan produk primer daging, susu, dan telur konsumsi Rahardi, 2008. Sebagai sektor on-farm Peternakan
ayam broiler dari tahun ketahun menunjukan peningkatan walaupun pada tahun 2005 sempat mengalami pertumbuhan yang negatif akan tetapi secara umum
produksi ayam broiler mengalami kenaikan seperti tabel berikut.
26 Tabel 13. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2004-2008
Tahun Jumlah dalam ribu ekor
Pertumbuhan
2004 841.1
2005 779.1
-7.96 2006
861.3 9.54
2007 942.8
8.64 2008
992.7 5.03
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 Angka Sementara
Peningkatan produktivitas ayam broiler tidak terlepas dari rekayasa genetik yang dilakukan para ahli, sehingga dalam manajemen pemeliharaannya
ayam broiler mendapat perhatian khusus, adapun tahapan pemeliharaan yang dilakukan pada sektor on-farm terdiri dari tiga tahap, yaitu; pra produksi, produksi
dan pasca produksi.
2.1.2.1. Pra Produksi
Tahap pra produksi mencakup manajemen persiapan kandang, yang akan ditempati oleh anak ayam, dan mengestimasi berapa ayam yang akan dipelihara
yang disesuaikan dengan luasan kandang. Masa persiapan kandang mempunyai andil yang besar terhadap keberhasilan pemeliharaan ayam, kegagalan pada masa
pemeliharaan ini akan mengakibatkan peningkatan ancaman serangan bibit penyakit. Adapun manajemen persiapan kandang menurut Info Medion 2009
dan Poultry Indonesia 2009 meliputi: 1. Masa Kosong Kandang
Pada masa akhir pemeliharaan semua ayam dikandang dikeluarkan dan seluruh aktivitas produksi berhenti. Masa ini dikenal dengan masa istirahat
kandang atau masa kosong kandang. Pemeliharaan broiler diatur dengan all in all out ayam masuk dan keluar secara bersamaan yang bertujuan memotong siklus
penyakit, sehingga meminimalkan serangan penyakit pada periode berikutnya. Kegiatan awal yang perlu dilakukan guna mempersiapkan kandang
diantaranya; a Mengeluarkan sisa pakan; sisa pakan tidak dapat digunakan untuk pemeliharaan periode selanjutnya, karena telah disimpan terlalu lama sehingga
mungkin berjamur atau mengandung spora jamur, selain itu kontaminasi penyakit
27 mungkin sekali terjadi. b Litter dan kotoran; sisa kotoran ayam baik berupa
feses, sisa litter, bulu maupun debu baik yang menempel pada celah yang sulit dijangkau maupun di kolong kandang dan sekitar lingkungan kandang, hendaknya
dikeluarkan dengan cara disapu. Setelah itu dilakukan penyemprotan air bertekanan dengan memakai jetspray menggunakan desinfektan sampai seluruh
bagian kandang basah atau terkena cairan desinfektan sampai kepori-pori dinding yang bertujuan membasmi bibit penyakit. Selain itu menghilangkan kotoran di
lantai dengan cara menggosoknya menggunakan sabun sehingga feses ayam yang mengandung minyak dan lemak dapat terangkat. c Mencuci semua peralatan
kandang dengan desinfektan serta mencuci tirai kandang, jika kondisi tirai kandang sudah tidak memungkinkan untuk digunakan lagi maka tirai diganti
dengan yang baru. 2. Perbaikan Kandang
Kondisi kandang perlu mendapatkan perhatian saat persiapan kandang, terutama atap, dinding maupun lantai harus dikontrol, kondisi tanah di bawah
kandang yang berperan menyerap air dari feses juga perlu diberikan perlakuan khusus, seperti penambahan kapur. Selain membunuh penyakit, penambahan
kapur ini juga dapat mengembalikan pH tanah menjadi netral dan juga meningkatkan daya serap tanah terhadap air
3. Persiapan Kandang Kandang yang telah dibersihkan secara menyeluruh dan diperbaiki lalu
dilakukan desinfeksi atau fumigasi kembali untuk menekan siklus bibit penyakit. Setelah kandang bersih dari kotoran dan bibit penyakit kemudian lantai kandang
diberi litter atau alas, baik berupa sekam padi, potongan kayu, sebuk gergaji dan lain-lain yang berfungsi sebagi penyerap air yang berasal dari tumpahan tempat
minum maupun dari kotoran, sehingga lantai tetap kering dan tidak lembab, dengan begitu maka ayam akan terbebas dari kelembaban yang dapat
menyebabkan penyakit. Pada hari pertama sampai dengan hari kelima litter tersebut dialasi oleh koran, agar anak ayam tidak memakan litter dan mencegah
terjadinya luka atau terjepit pada kaki ayam. Peralatan baik berupa tabung pakan maupun galon air minum kembali
dipasang sesuai dengan kebutuhan dan jumlah ayam yang setiap waktu ditambah
28 mengingat kepadatan ayam akan terus bertambah. Selanjutnya mempersiapkan
dinding pembatas yang terbuat dari karton, papan, seng, bilik atau yang lainnya, agar luasan kandang dapat terkontrol dan anak ayam tidak terpencar, dengan
begitu anak ayam dapat mengkonsumsi ransum dan air dengan baik serta mencegah terbuangnya energi yang digunakan untuk berlari-lari, selain itu
dinding pembatas berguna sebagai penghantar panas bagi anak ayam sehingga anak ayam mendapatkan suhu yang optimal pada malam hari.
Persiapan kandang selanjutnya adalah menyiapkan tirai kandang pada kandang sistem terbuka yang ditutup rapat pada umur seminggu dan setelah umur
dua minggu tirai dibuka sepertiga bagian, pada umur tiga minggu tirai dibuka duapertiga bagian dan dibuka seluruhnya setelah melewati tiga minggu. Setelah
semua selesai maka kandang diistirahatkan selama 14 hari dihitung mulai saat kandang didesinfeksi. Menjelang dua atau tiga hari sebelum kedatangan DOC,
kandang kembali didesinfeksi dan empat jam sebelum kedatangan DOC, brooding atau pemanas dinyalakan.
2.1.2.2. Produksi
Manajemen pemeliharaan mencangkup pemeriksaan kuantitas dan kualitas DOC dan proses pemeliharaannya, pemberian pakan dan air minum, periode
pemanasan atau brooding, proses vaksinasi, pengobatan dan vitamin, pengawasan tingkat mortalitas dan kontrol kandang dan masa panen.
1. DOC Day Old Chick Pada hari pertama kedatangan DOC, peternak sebaiknya memeriksa
kuantitas DOC kesesuaian antara surat jalan dengan ril DOC yang diterima serta memeriksa kualitas DOC karena semakin baik kualitas DOC akan mempengaruhi
produktivitas saat pemeliharaan. DOC yang tidak berkualitas diafkir agar tidak menjadi beban biaya. Adapun indikator DOC yang tidak berkualitas antara lain;
kakinya kering, omphalitis, berasal dari induk muda, atau badan tidak seragam. Sedangkan DOC yang berkualitas antara lain; 1 Bebas dari penyakit terutama
pullorum, omphalitis, dan jamur 2 DOC terlihat aktif 3 Kakinya besar dan basah seperti berminyak 4 Bulu cerah dan penuh 5 Pantatnya tidak kotor atau
tidak terdapat pasta putih 6 Berat tidak kurang dari 37 gram 7 Sudah divaksin mareks untuk breeder. Ketika DOC masuk kedalam kandang, maka suhu kandang
29 harus sesuai dengan kebutuhan DOC, dan DOC sebaiknya diberi air gula agar
DOC bisa memperoleh energi dengan cepat. Fadillah, 2007 2. Pakan dan Minum
Pada saat DOC tiba dilakukan pemberian air gula untuk mengurangi stres akibat perjalanan, setelah tiga sampai empat jam DOC diberi minum, setelah itu
diberikan pakan secara adlibitum namun harus diperhatikan agar pemberian pakan disesuaikan dengan standar konsumsi pakan agar pakan tidak terlalu banyak
ditaruh dalam tempat pakan, akan tetapi diatur agar pakan yang dikonsumsi selalu pakan baru agar pakan terhindar dari jamur. Dalam proses konsumsi ini sebaiknya
melihat standar pemberian pakan sehingga pemberian pakan di kandang intensitas atau sesering mungkin sehingga kuantitasnya tepat, dalam satu minggu
ditargetkan berat badan ayam bisa meningkat sampai empat kali lipatnya. Pada minggu pertama pakan diberikan sebanyak 166 gram dengan target
bobot badan 170 gram, dan kumulatif pakan untuk minggu kedua, ketiga, keempat dan kelima pakan yang diberikan mencapai masing-masing 537 gram, 1.114 gram,
1.932 gram dan 2.997 gram, adapun bobot yang harus dicapai selama minggu kedua sampai minggu kelima adalah 400 gram, 825 gram, 1.300 gram dan 1.850
gram. Sehingga masing-masing FCR Feed Conversion Ration selama lima minggu adalah 0,197, 0,986, 1,363, 1,378, 1,532. Pakan yang diberikan adalah
pakan starter dan pakan finisher. Kebutuhan air minum untuk ayam broiler minimal dua kali lipat dari jumlah pakan, sehingga peternak harus memperhatikan
takarannya agar tidak terjadi dehidrasi pada ayam karena kekurangan air minum, dan tidak terjadi pemborosan air yang bisa menyebabkan tertumpahnya air di
dalam kandang yang bisa menyebabkan tumbuhnya bibit penyakit karena air yang tergenang dan sekam yang basah.
3. Periode Pemanasan Brooding Periode pemanasan adalah masa paling kritis dalam siklus kehidupan ayam
karena DOC mengalami proses adaptasi dengan lingkungan baru. Periode ini juga merupakan masa proses pembentukan kekebalan tubuh dan masa awal
pertumbuhan semua organ tubuh. Keperluan temperatur untuk DOC selama brooding adalah pada umur satu hari sampai tiga hari 32
C sampai 35 C, umur
empat hari sampai tujuh hari 29 C sampai 34
C, umur delapan hari sampai 14 hari
30 27
C sampai 31 C, umur 15 hari sampai 21 hari 25
C sampai 27 C. Kondisi cuaca
Indonesia yang masih sulit diprediksi membuat temperatur tidak stabil sehingga temperatur di kandang harus selalu dikontrol, adapun caranya adalah dengan
melihat aktifitas DOC antara lain; 1 DOC menjauh dari pemanas berarti temperatur terlalau tinggi, 2 DOC mendekati pemanas berarti temperatur terlalu
dingin, 3 DOC aktif dan menyebar berarti temperatur ideal, 4 DOC berada dalam satu sisi dan bergerombol, ada hembusan angin yang masuk dari satu arah
Fadillah, 2007. 4. Vaksinasi, Pengobatan dan Vitamin
Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan peternakan
ayam. semua program vaksinasi dibuat berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau di wilayah sekitarnya.
Adapun tipe vaksin berupa vaksin virus hidup live virus vaccine, vaksin yang dilemahkan Attenuated Vaccine, vaksin yang dimatikan killed vaccine.
Cara melakukan vaksin bisa melalui tetes mata, hidung, mulut, suntik daging, bawah kulit, melalui air minum, penyemprotan, tusuk jarum, melalui pakan.
Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi adalah kondisi ayam, jadwal vaksin, laporan kegiatan vaksin, menghindari faktor yang bisa
mematikan vaksin, dan perlakuan pasca vaksin. Program vaksin untuk ayam broiler pada umur empat hari dilakukan vaksin Newscastle Disease Killed dan
Newcastle Disease Live dengan dosis normal 0.5 melalu suntik bawah kulit atau melalui tetes mata, vaksin Infecius Bursal Disease dilakukan dua kali yaitu antara
umur sembilan hari sampai 12 hari dan antara umur 18 sampai 23 hari melalui air minum dengan dosis normal. Pada umur 21 hari dan 35 hari ayam kembali
divaksin Newcastle Disease dengan dosis normal melalui air minum. Fadillah, 2007.
Masih menurut Fadillah 2007, program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena suatu penyakit. Jika infeksi sudah
terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal, bisa juga peternak memberikan pengobatan secara
terrencana jika sebelumnya telah mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi
31 di kawasan tersebut atau sekitar farm. Pemberian vitamin dilakukan pada tiga hari
pertama agar ayam tidak stres karena perjalanan dan diberikan tiga hari sesudah ayam divaksin agar tidak stres pasca vaksinasi.
5. Mortalitas Tingkat kematian umumnya tinggi pada minggu pertama masa
pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak ayam berumur satu sampai tiga hari. Beberapa penyebab utama kematian pada umur tersebut adalah 1 DOC
tidak berkualitas 2 Kesalahan tata cara pemeliharaan Mismanagement periode brooding, terutama cara pemanasannya. 3 Adanya serangan penyakit, seperti
omphalitis, pullorum, encephalomyelitis, difisiensi nutrisional, dan jamur Aspergilosis 4 Ayam mengalami stres berat, terutama disebabkan masalah
transportasi selama pengiriman, misalnya temperatur di dalam boks mobil tinggi karena dilakukan pada siang hari, sehingga DOC banyak yang mengalami
dehidrasi berat Fadillah, 2007. 6. Kontrol Kandang
Melakukan pengawasan terhadap proses produksi sangat penting untuk kesuksesan usaha ayam broiler, menurut Fadillah 2007, pada saat pertama kali
DOC mengkonsumsi pakan, harus dipastikan semua mendapatkan makanan dan memakannya, cara mengeceknya dengan memilih secara acak dan memeriksa
temboloknya, bila berisi, berarti sudah makan, setiap hari lingkaran pelindung pada masa brooding harus diperhatikan, agar kerapatan kandang terhadap ayam
sesuai standar dan tidak terjadi kepadatan ayam yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan; tingkat konsumsi pakan berkurang, pertumbuhannya terhambat,
efisiensi pakan berkurang, kematian meningkat, kasus kanibalisme, kejadian luka dada, persentase ayam berbulu jelek meningkat, keperluan ventilasi kandang
meningkat. Sehingga setelah tiga hari pelindung harus dilebarkan, dan pelebaran selanjutnya mengikuti standar kepadatan ayam terhadap kandang.
Seleksi dan grading harus dilakukan secara rutin setiap hari sejak minggu pertama, yang bertujuan menyeleksi anak ayam yang kecil, kaki kering, terkena
omphalitis, serta abnormal, dengan anak ayam yang sehat dan normal. Anak ayam yang diseleksi harus segera dimusnahkan dan dicatat sebagai angka penyusutan.
Grading terhadap ayam bertujuan mengelompokan anak ayam yang besar dan
32 yang kecil, sehingga anak ayam yang kecil akan diberikan perlakuan khusus
sehingga pada akhirnya akan mempunyai berat yang seragam. Mengatur sirkualasi udara kandang terutama untuk kandang terbuka,
dilakukan setelah dua sampai tiga hari masa brooding, dengan cara membuka layar bagian atas 10 sampai 25 cm, sehingga udara dapat berputar. Selanjutnya
menjaga kebersihan di sekitar dan dalam kandang beserta peralatan yang digunakan dalam produksi, termasuk tempat pakan dan tempat minum.
Pengontrolan pemberian pakan dan berat badan dapat dilakukan untuk mengetahui FCR, sehingga ketika pakan yang dikonsumsi tinggi dan berat badan kurang dari
standar maka ada kesalahan dari cara pemberian pakan ataupun kesehatan ayam. Pengontrolan litter sejak masa brooding hingga growing agar ayam dapat
terhindar dari litter yang kotor yang menyebabkan luka pada kaki, terjadi infeksi dan kepincangan, selain itu sekam yang basah dapat menyebabkan timbulnya
penyakit, dan melakukan penambahan sekam. Pencatatan laporan kegiatan harian harus dilakukan sejak DOC datang. Laporan tersebut memuat jumlah ayam yang
mati, jumlah dan cara pemberian pakan, obat dan vaksin serta berat badan mingguan dan tingkat keseragaman.
7. Masa Panen Sebelum panen dilakukan, membuat jadwal kandang yang akan dipanen
sesuai ukuran berat ayam dan letak kandang, mempersiapkan peralatan dan membuat laporan stok ayam beserta ukurannya dan mencatat hasil penimbangan
serta jumlah ayam yang ditangkap secara benar dan jelas, setelah selesai penangkapan dan melakukan cek ulang, kendaraan pengangkut ayam baru
diizinkan meningalkan lokasi peternakan Fadillah, 2007.
2.1.2.3. Pasca Produksi
Pada tahap pasca produksi dalam beternak ayam adalah mengumpulkan semua peralatan kandang dan membersihkannya. Selanjutnya menimbang pakan
yang tersisa dan mencatatnya. Menghitung total berapa ayam yang dijual. Terakhir mengevaluasi proses produksi yang menjadi kegiatan utama dalam
budidaya dengan melihat seberapa besar prestasi yang diperoleh, juga menghitung dan mengevaluasi seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Sehingga
kesuksesan dapat terukur dan dapat mengevaluasi kekurangan yang terjadi pada
33 masa lalu untuk dijadikan bahan pelajaran agar kegiatan beternak ayam khususnya
produksi, dapat dikelola lebih baik lagi pada masa yang akan datang dengan hasil berupa keuntungan yang lebih optimal.
7.1.1. Subsistem Agribisnis Hilir
Subsistem agribisnis hilir adalah kegiatan yang mengelola komoditas primer menjadi produk olahan, baik untuk produk antara Intermediet Product maupun
untuk produk akhir Final Product beserta kegiatan perdagangannya. Kedalam subsistem ini termasuk Tempat Pemotongan AyamRumah Potong Ayam
TPARPA, industri pengolahan daging unggas, industri pengolahan telur beserta industri jasa bogarestoran Food Service Industry seperti Fried Chicken, MC
Donald’s, Wendy’s, AW Saragih, 2000.
2.1.3.1. Kegiatan Pendistribusian dan Perdagangan
Subsistem agribisnis hilir sangat terkait sekali dengan kegiatan perdagangan. Sistem produksi modern terjadi dari breeding farmperusahaan
pembibit parent stock yang melakukan budidaya untuk menghasilkan telur siap tetasHatching Eggs HE yang akan didistribusikan ke Hatchery penetasan
ayam yang akan ditetaskan selama 21 hari menjadi ayam umur sehariDOC yang siap jual maupun dibudidayakan. DOC Final Stock didistribusikan ke peternak
oleh perusahaan pembibit, baik pada peternak yang menjalin kemitraan mupun ke peternak mandiri.
Industri pakan mendistribusikan pakan ke seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses budidaya, baik ke Breeding Farm yang melakukan budidaya untuk
menghasilkan DOC Final Stock maupun ke peternakan mandiri dan kemitraan yang menghasilkan ayam hidup siap panen untuk dijual sebagai produk konsumsi
maupun olahan. Pola ini dikatakan sistem produksi modern karena terjadi pada kegiatan yang membutuhkan sarana produksi ternak yang modern juga karena
membutuhkan sumber daya manusia yang profesional dan trampil untuk proses produksinya. Dikatakan modern juga karena kegiatan tersebut dilakukan oleh
34 perusahaan-perusahaan yang mempunyai modal yang cukup. Pola distribusi
sarana produksi dan produk ternak dapat dilihat dalam bagan
9
.
Gambar 10. Pola Distribusi Sarana Produksi Ternak dan Produk Ternak
Sumber : drh. Sudirman-Biotek dalam Trobos April 2007
Pola pendistribusian produk unggas sebagian besar melalui sistem pasar tradisional yang dijual dalam bentuk daging ayam utuh atau karkas, adapun pola
pendistribusian pada sistem pasar tradisional berawal dari hasil panen pada peternakan kemitraan dan peternak mandiri yang didistribusikan pada broker
ayam. Biasanya broker mendatangi langsung kandang untuk membeli atau mengambil ayam hidup, setelah itu broker menjualnya ke penampungan di setiap
daerah. Dari penampungan ayam didistribusikan ke pasar becek atau pasar-pasar
9
Sudirman. April 2007. Babak Baru Perunggasan, Restrukturisasi atau Mati. Trobos:16
Breeding Farm
Hatchery
RPA Peternak
Mandiri
Broker Ayam
Penampungan
Pasar BecekTPA Pasar Modern
Pengolahan Lanjutan
Konsumen Sistem
Produksi Modern
Feedmill
Sistem Pasar Tradisional
Kemitraan
35 tradisional baik dijual dalam keadaan hidup maupun sudah disembelih lalu dijual
ke konsumen akhir, selain langsung ke pasar tradisional atau pasar becek, dan ke pasar hewan. Produk ternak juga didistribusikan ke TPA Tempat Pemotongan
Ayam untuk dipotong terlebih dahulu baru ke konsumen akhir. Selain pada broker, peternak kemitraan dan peternak mandiri
mendistribusikan ayam hidupnya ke rumah potong ayam, kemudian dari rumah potong ayam mendistribusikan ayam dalam bentuk karkas dan ikutannya ke pasar
modern seperti supermarket, hypermarket dan swalayan-swalayan lain, selain ke pasar modern yang dijual, daging ayam didistribusikan untuk pengolahan lebih
lanjut, pemain pasar modern biasanya adalah perusahaan-perusahaan besar, baik perusahaan yang terintegrasi secara vertikal dari hulu sampai hilir, maupun
perusahaan pengolahan atau jasa perdagangan saja. Pendistribusian dan pemasaran sangat terkait dengan transportasi atau
pengangkutan. Adapun tujuan dari pengangkutan adalah untuk memperlancar pemasaran produk agar sampai ke konsumen. Beberapa fungsi pengangkutan
adalah jenis alat angkut, volume diangkut, waktu pengangkutan, dan jenis produk yang akan diangkut. Produk peternakan yang diangkut tanpa memperhatikan
fungsi-fungsi tersebut dapat menyebabkan kerusakan, penyusutan produk, bahkan kematian produk khususnya ternak hidup. Proses pengangkutan ayam harus
dengan hati-hati, jangan sampai ternak mengalami stres, pengangkutan pada ayam dapat bertahan maksimum dua hari dan lebih dari itu pengangkutan bisa
mengakibatkan kematian Rahardi, 2008. Harga ayam broiler di tingkat peternak cenderung fluktuatif. Hal ini
karena konsumsi daging di Indonesia masih bersifat musiman. Pada hari besar keagaman dan hari besar nasional mengalami kenaikan permintaan daging ayam,
akan tetapi setelah itu permintaan daging ayam kembali menurun. Selain itu isu berbagai penyakit pada ayam menyebabkan turunnya penjualan ayam. Adapun
harga ayam selama lima tahun terakhir di Kabupaten Bogor Lampiran 1 yang bisa mewakili harga daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi,
Sukabumi dan Cianjur Jabodetabeksuci dapat dilihat dalam Gambar 11 berikut.
36 Gambar 11. Harga Ayam Broiler Tahun 2004-2009
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2009 Data Bulan Januari - Maret
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada tahun 2005 harga ayam berkisar antara Rp. 3.000 sampai Rp. 10.500, pada tahun 2006 berkisar anatara Rp. 7.000
sampai Rp. 15.500, pada tahun 2007 berkisar antara Rp. 3.800 sampai Rp. 16.000, pada tahun 2008 berkisar antara Rp. 8.400 sampai Rp. 20.000, dan pada
tiga bulan terakir pada tahun 2009 harga ayam berkisar antara Rp. 13.500 sampai Rp. 18.500
2.1.3.2. Kegiatan Pengolahan
Keunggulan ayam broiler selain memiliki daya tumbuh yang lebih cepat, ayam broiler juga dapat memenuhi selera konsumen, karena daging ayam broiler
memiliki sumber protein yang lengkap, kadar kalori dan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis daging ternak lainnya. Disamping itu daging ayam
broiler juga kaya akan vitamin dan mineral. Nilai protein daging ayam sebesar 18,20 gram yang baik untuk kesehatan. Begitu juga dengan nilai gizi yang lainnya
yang terdapat pada daging ayam seperti lemak dengan nilai gizi yang paling besar bermanfaat sebagai energi, sedangkan vitamin dan kalsium baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tulang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14.
Harga Ayam Broiler T ahun 2005 sampai 2009
2.500 4.500
6.500 8.500
10.500 12.500
14.500 16.500
18.500 20.500
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51
Tahun H
a rg
a R
u p
ia h
Harga Ayam Potong Batas Bawah Harga Ayam Potong Batas Atas
37 Tabel 14. Kandungan Gizi Daging Ayam Broiler
Nilai Gizi Jumlah
Satuan
Kalori 4,40
Kkal Protein
18,20 Gr
Lemak 25,00
Gr Kolesterol
60,00 Mg
Vitamin A 243,00
Mg Vitamin B1
0,08 Gr
Vitamin B6 0,16
Gr Asam Nicoterat
6,20 Mg
Fospor 200,00
Mg Kalsium
14,00 Cal
Sumber : Departemen Kesehatan, 2006.
Dengan tingginya kandungan gizi daging ayam maka sektor pengolahan harus memahami seberapa lama daging ayam dapat disimpan, adapun cara pengolahan
daging yang dilakukan sekarang adalah dengan cara pembekuan. Produk olahan daging ayam mempunyai daya simpan yang berbeda, produk olahan dengan
penggunaan teknologi yang sederhana mempunyai daya simpan yang relatif lebih singkat dibanding dengan produk olahan yang menggunakan teknologi lebih
tinggi. Menurut data Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2008 pada tahun 2007 sub
sektor agribisnis hilir produk unggas telah mampu menghasilkan 1.564.200 ton daging yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan diperkirakan
menghasilkan total produk olahan sebanyak 34.596 ton, sebagian diantaranya sebanyak 5.200 ton produk tersebut di ekspor, produk daging olahan dingin dan
beku nilainya mencapai Rp. 1,5 Trilyun dan sebanyak 75 masih dipasarkan di Supermarket Hypermarket
10
. Volume produksi sosis Indonesia diperkirakan sebanyak 57.6 juta meter
11
. Sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara Asean yang lain, perbandingan
volume produksi sosis Indonesia versus Asean pada tahun 2007 terlihat bahwa
10
Monoarfa, B. Februari 2008. Bangun Hulu dari Hilir. Trobos: 64
11
Sutantio, B. Februari 2008. Bangun Hulu dari Hilir. Trobos: 64
38 Indonesia masih sangat sedikit dalam memproduksi sosis, bila dibandingkan
dengan Philipina yang hanya berpenduduk 83 juta jiwa dapat memproduksi 635 juta meter, sehingga Indonesia masih mempunyai prospek pasar yang
menjanjikan. Jika merujuk pada kebutuhan sosis Philipina sebanyak tujuh kali lipat dari jumlah penduduk maka Indonesia masih mempunyai potensi
meningkatkan produksi sosis menjadi 1.540 juta meter, hal tersebut dapat terealisasi jika tren konsumsi produk olahan mulai digemari oleh masyarakat
Indonesia. Tabel 15. Perbandingan Volume Produksi Sosis Asean Tahun 2007
Negara Penduduk
Volume Produksi juta meter
Indonesia 220 juta
± 57,6 Philipina
83 juta ± 635
Thailand 64 juta
± 465 Malaysia
27 juta ± 150
Sumber : Bambang Sutantio dalam Trobos Februari 2008
2.1.4. Subsistem Agribisnis Layanan Pendukung
Subsistem jasa pendukung agribisnis ayam ras yaitu keseluruhan kegiatan yang menyediakan jasa yang dibutuhkan agribisnis ayam ras. Termasuk dalam
subsistem ini adalah lembaga penyuluhan, transportasi, perbankan, asuransi, penelitian dan pengembangan Saragih, 2000.
2.1.4.1. Permodalan dalam Agribisnis Ayam Broiler
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan ayam broiler, karena adanya risiko produksi yang menyebabkan berkurangnya atau
menghilangnya output yang dihasilkan dan risiko harga yang menyebabkan kerugian karena daya jual yang rendah, menurut Fadillah 2007 pengolongan
usaha ayam broiler terbagi menjadi dua yaitu 1. Modal sendiri atau mandiri
Seluruh modal usaha beternak ayam broiler menggunakan modal pribadi atau mandiri dan tidak meminjam ke Bank atau pihak lainnya.
39 2. Pola Kemitraan
Usaha beternak ayam yang dijalankan dengan cara menjalin kerjasama dalam penyediaan modal dengan perusahaan pakan, obat, pembibit, maupun pihak
lain yang dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati, adapun pola kemitraan yang sering dilakukan adalah:
a. Pola Simpan Pinjam Peternak meminjam sejumlah modal untuk usaha budidaya ayam broiler
kepada pihak pemodal seperti Bank, dan pada akhir periode atau dalam jangka waktu tertentu, pengembalian pinjaman harus dikembalikan dengan tambahan
persentase bunga atau persentase keuntungan yang besarnya telah disepakati terlebih dahulu.
b. Pola Kemitraan dengan Perusahaan Pakan Pola kemitraan dengan perusahaan pakan merupakan kerjasama antara
peternak dengan perusahaan pakan dalam hal penyediaan pakan dimana perusahaan pakan menyuplai kebutuhan pakan kepada peternak dengan
jaminan yang diberikan peternak seharga pakan yang akan digunakan, dan kebutuhan sarana produksi lainnya dicukupi sendiri oleh peternak kerjasama
tersebut peternak memiliki wewenang untuk mengelola usahanya sendiri. c. Pola Kemitraan Bagi Hasil
Pola kemitraan yang terjadi antara peternak dengan pihak lain dimana biaya operasional serta sarana produksi ternak disuplai oleh pemodal atau
perusahaan peternakan, sementara peternak menyediakan kandang dan mengelola peternakan tersebut dimana Persentase pembagian keuntungan
untuk peternak 20 dan pemodal 80. d. Pola Kemitraan Inti Plasma
Saat ini pola inti plasma merupakan pola kerjasama yang paling banyak dilakukan, dimana peternak sebagai plasma bermitra dengan perusahaan
peternakan selaku inti. Dalam pola kemitraan ini cukup banyak pola kerjasama yang ditawarkan, diantaranya adalah bagi hasil atau sistem harga kontrak. Pola
kemitraan ini pada prinsipnya yaitu perusahaan peternakan berperan sebagai inti untuk membina peternak yang menjadi plasmanya agar lebih maju dan
bisa mandiri.
40
2.1.4.2. Kredit dalam Agribisnis Ayam Broiler
Dalam rangka mendukung pengembangan usaha peternakan, pemerintah telah mengeluarkan beberapa skim kredit melalui beberapa lembaga keuangan
Rahardi, 2008, skim kredit tersebut antara lain; 1. Kredit Kepada Koperasi KKOP
Kredit ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan investasi koperasi, serta mendorong pengembangan sektor agribisnis. Plafon kredit
maksimum Rp. 350 juta per komoditas untuk sektor pengadaan dan distribusi. Tingkat suku bunga 16 per tahun dengan jaminan kredit berupa kelayakan
usaha. Jangka waktu kredit maksimum 10 tahun, namun untuk pembiayaan modal kerja maksimum satu tahun dan yang terkait dengan investasi
maksimum lima tahun 2. Kredit Kepada Koperasi untuk Anggota KKPA
Kredit ini bertujuan untuk kebutuhan modal kerja dan investasi bagi usaha anggota koperasi. Plafon kredit maksimum Rp. 50 juta per anggota dan
disesuaikan dengan kebutuhan mengangsur dengan tingkat suku bunga 16 per tahun. Jangka waktu kredit untuk modal kerja maksimum satu tahun dan
modal kerja yang terkait investasi maksimal lima tahun, sedangkan untuk investasi maksimum 15 tahun. Untuk mendapatkan KKPA, peternak dapat
mengajukan permohonan ke Bank pelaksana yang telah ditunjuk oleh pemerintah melalui koperasi.
3. Kredit Kepada Koperasi untuk Anggota-Bagi Hasil KKPA-BH Kredit ini bertujuan untuk kebutuhan modal kerja dan investasi nasabah usaha
kecil yang produktif dengan pola bagi hasil. Pelaksananya adalah Bank Muamalat Indonesia BMI. Plafon kredit maksimum Rp. 50 juta dengan
jaminan kredit berupa kelayakan usaha. Jangka waktu maksimum satu tahun untuk modal kerja dan maksimum lima tahun untuk investasi. Pembagian
pendapatan dalam bentuk nisbah bagi hasil setara dengan 16 apabila langsung dan jika melalui BPRS sebesar 30 per tahun.
4. Kredit Bagi Usaha Kecil dan Pengusaha Kecil Anggota Koperasi Kredit ini ditujukan untuk usaha kecil dan pengusaha kecil anggota koperasi.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan investasi dan modal kerja.
41 Plafon kredit disesuaikan dengan kebutuhan kelayakan usaha dengan tingkat
suku bunga 16 per tahun dengan jangka waktu satu tahun untuk modal kerja, sedangkan untuk
investasi disesuaikan dengan lamanya kemampuan
pengembalian kredit. 5. Kredit Usaha Kecil KUK
Kredit ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan investasi dan modal kerja Kredit Usaha Kecil KUK. Besarnya Plafon kredit maksimum Rp. 350 juta
dengan tingkat suku bunga mengikuti pasar. Jangka waktu kredit disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Kredit Penerapan Teknologi Produksi Unggulan Daerah KPKT-UD Kredit ini bertujuan untuk mendorong pengembangan modal kerja usaha kecil,
menengah, dan koperasi dalam rangka meningkatkan produk unggulan suatu daerah dengan penerapan teknologi tertentu. Plafon kredit adalah Rp. 400 juta
dengan tingkat suku bunga 16 per tahun dengan jangka waktu satu tahun. Jaminan berdasarkan ketentuan pihak perbankan. Bank pelaksana adalah
Perseroan dan Bank Pembangunan Daerah BPD Kredit-kredit yang telah ada umumnya belum begitu dimanfaatkan oleh
peternak. Hal tersebut karena kurangnya informasi tentang kredit itu maupun tentang tatacara pelaksanaannya, juga karena prosedur yang dianggap begitu
rumit. Permodalan peternak mandiri umumnya sudah ada yang memanfaatkan jenis-jenis kredit tertentu melalui Bank dengan jaminan, sedangkan peternakan
kemitraan umumnya mendapatkan kredit berupa modal sarana produksi ternak dari perusahaan inti.
Pada umumnya peternak mitra memberikan jaminan setiap seekor ayam yang dipelihara sebesar antara Rp. 2.000 sampai dengan Rp. 5.000, besaran
jaminan tergantung kebijakan perusahaan inti. Jaminan tersebut berupa uang maupun surat-surat berharga seperti surat tanah yang senilai dengan uang jaminan.
Setelah itu peternak mendapatkan sarana produksi ternak tanpa pembayaran pada awal periode, akan tetapi pada akhir periode saat panen peternak menjual ayam
hidupnya kepada perusahaan inti sesuai dengan harga kontrak, lalu pendapatan peternak dari hasil penjualan dipotong dengan biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan inti.
42 Pada semester pertama tahun 2008 alokasi kredit sektor pertanian
termasuk peternakan hanya 5,35 dari total kredit perbankan, masih sedikitnya alokasi kredit untuk subsektor peternakan menurut Daryanto 2008
12
adalah karena masih dianggap besarnya potensi risiko usaha peternakan, diantaranya
adalah 1 Kontrak keuangan di daerah pedesaan mengandung biaya transaksi dan risiko yang lebih tinggi karena luasnya penyebaran tempat lokasi produksi,
kepadatan penduduk yang rendah, kualitas insfrastruktur yang umumnya buruk, sifat musiman dan tingginya variasi aktivitas-aktivitas bisnis produksi pedesaan.
2 Durasi atau jangka waktu memelihara bibit ternak hingga panen potong tergolong lama, ada persoalan gestation period masa persiapan yang tergolong
lama. 3 Seringkali terjadi perubahan atau fluktuasi harga yang mendadak di pasar domestik dan dunia. 4 Terkadang terjadi musibah diluar kendali seperti
bencana alam, wabah dan serangan penyakit yang merusak hasil peternakan. 5 Masih terdapat diskoneksi atau disintegrasi dalam sistem rantai pasokan supply
chain management antara on-farm activities dan off-farm activities. kondisi yang tidak terintegrasi semacam ini membutuhkan strategi mitigsi yang tidak mudah.
2.1.4.3. Asuransi dalam Agribisnis Ayam Broiler
Asuransi merupakan kontrak dua pihak, tertanggung dan penanggung. Tertanggung mengalihkan risiko ke penanggung. Sebagai imbalan, penanggung
memperoleh premi sebagai pendapatan bagi penangung dari tertanggung sebagai biaya bagi tertanggung. Sedangkan kontrak lindung nilai adalah
kesepakatan dua pihak dalam rangka transfer risiko. Kontrak lindung nilai pada umumnya berkaitan dengan eksposur terhadap risiko keuangan dan risiko pasar.
Namun tidak tertutup kemungkinan kontrak lindung nilai berkembang kearah perlindungan risiko lain yaitu operasional, strategis dan eksternalitas
Djohanputro, 2006. Pada umumnya asuransi pada usaha agribisnis ayam broiler tidak
diterapkan secara langsung, akan tetapi dilakukan terhadap asset-aset perusahaan peternakan. Penanganan risiko pada agribisnis ayam broiler menerapkan kontrak
lindung nilai terutama pada peternak skala menengah dan skala kecil umumnya
12
Daryanto, A. Oktober 2008. Permodalan: Ironi Revitalisasi Pembangunan Peternakan. Trobos: 64
43 melakukan kontrak lindung nilai terhadap harga jual ayam broiler ketika panen.
Sehingga pada saat panen peternak mendapatkan harga jual sesuai nilai harga kontrak yang disepakati. Bila harga ayam broiler sedang turun maka peternak
mendapatkan harga jual sesuai harga kontrak sehingga peternak tidak mengalami kerugian akibat turunnya harga jual ayam broiler, akan tetapi ketika harga ayam
broiler tinggi melebihi harga kontrak maka peternak mendapatkan harga kontrak ditambah selisih antara harga kontrak dengan harga pasar yang besarannya sesuai
dengan kesepakatan. Kontrak lindung nilai umumnya diterapkan pada peternakan yang melakukan kemitraan dengan perusahaan DOC, pakan, obat, atau
perusahaan yang terintegrasi dari hulu ke hilir, serta perusahaan-perusahaan yang mengkhususkan diri sebagai perusahaan inti dari sistem kemitraan pada agribisnis
usaha ayam broiler.
2.1.4.4. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan pada agribisnis usaha ayam broiler pada subsektor on-farm terutama di peternakan rakyat atau kemitraan tidak dilakukan,
karena tidak adanya dana penelitian dan pengembangan. Umumnya peternak belajar dari pengalaman. Adapun peternakan yang mempunyai modal besar dan
mempunyai divisi pengembangan dan penelitian adalah perusahaan-perusahaan besar yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, pada umumnya perusahaan-
perusahaan tersebut mempunyai
kepentingan terhadap
penelitian dan
pengembangan produk, pada subsektor onfarm umumnya penelitian dan pengembangan dilakukan dalam budidaya ternak.
Penelitian yang umum dilakukan adalah pada perusahaan pembibitan dengan melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan DOC yang lebih baik
lagi dengan tingkat pertumbuhan yang optimal dengan pemberian pakan yang efisien dalam waktu pemeliharaan yang singkat. Penelitian dan pengembangan
juga dilakukan pada perusahan pakan ternak untuk mendapatkan bahan baku pakan yang murah, akan tetapi sesuai dengan standar kandungan nutrisi yang telah
ditetapkan, sehingga dengan pakan yang efisien dapat meningkatkan bobot badan yang optimal dengan harga pakan yang terjangkau. Pada perusahaan obat
dilakukan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan obat dan vaksin
44 yang sesuai dengan penyakit yang terjangkit oleh ayam di lapangan, sehingga
ternak menjadi sehat dan produktif.
2.1.4.5. Kelembagaan dalam Agribisnis Ayam Broiler
Dalam industri peternakan terdapat organisasi yang mewadahi kepentingan masing-masing subsektor, fungsi lembaga ini pada intinya terkait dengan
pengamanan kebijakan baik aturan maupun harga, sehingga daya tawar masing- masing subsektor menjadi lebih kuat sehingga dapat mencapai tujuan dari masing-
masing lembaga dalam proses pra produksi, produksi maupun pasca produksi. Beberapa organisasi yang ada pada agribisnis peternakan ayam broiler dari hulu
ke hilir Fadillah, 2007, adalah sebagai berikut, 1. Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas GPPU merupakan lembaga
yang mewadahi kepentingan pengusaha pembibitan ayam, terkait kebijakan harga dan kontrol distribusi DOC.
2. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak GPMT merupakan lembaga yang mewadahi kepentingan pengusaha makan ternak di Indonesia dalam
hal penyediaan bahan baku pakan dan kontrol distribusi pakan. 3. Asosiasi Obat Hewan Indonesia ASOHI merupakan lembaga yang
mewadahi kepentingan pengusaha obat hewan terkait dengan kebijakan input, cara pembuatan obat yang baik dan kontrol terhadap kualitas
4. Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia GAPPI merupakan lembaga yang mewadahi kepentingan pengusaha perunggasan terkait
dengan kebijakan yang mengatur perusahaan perunggasan. 5. Perhimpunan Peternakan Unggas Indonesia PPUI merupakan lembaga
yang mewadahi kepentingan peternak terkait kebijakan tentang perunggasan terutama tentang kesediaan sarana produksi ternak.
6. Gabungan Organisasi Peternak Ayam GOPAN merupakan lembaga yang mewadai seluruh stake holders peternakan.
7. Pusat Informasi Pemasaran Hasil Unggas Nasional PINSAR Unggas Nasional merupakan lembaga yang menjadi parameter harga-harga
produk ungas terutama terkait harga ayam hidup di peternakan, lembaga ini menjadi posko harga ayam secara nasional.
45
2.1.4.6. Perundang-undangan Agribisnis Ayam Broiler
Perundang-undangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, adapun tujuan umum dari dibentuknya undang-undang ini adalah “Di bidang peternakan
dan pemeliharaan kesehatan hewan diadakan perombakan dan pembangunan- pembangunan dengan tujuan utama penambahan produksi untuk meningkatkan
taraf hidup peternak Indonesia dan untuk dapat memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil merata
dan cukup.” Sehingga Perusahaan peternakan menurut Keputusan Menteri Pertanian
No.362 tahun 1990 adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan
komersial yang meliputi kegiatan yang menghasilkan ternak serta usaha penggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan
memasarkan yang tiap jenis ternaknya melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis peternakan rakyat. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.472KptsTN.330696 tentang petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras, menyatakan bahwa usaha peternakan dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan.
Peternakan rakyat atau skala usaha kecil adalah peternakan ayam yang mempunyai kepemilikan 1.000 ekor sampai 50.000 ekor, peternakan rakyat
mempunyai beberapa karakter seperti modal terbatas, adanya masa istirahat kandang, kandang dibangun sederhana dan dekat dengan tempat tinggal, serta
kepemilikannya bersifat perorangan sedangkan pengusaha kecil peternakan atau peternakan skala sedang adalah peternak yang memelihara ayam dengan jumlah
50.000 ekor sampai 100.000 ekor dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju daripada manajemen yang dilaksanakan oleh peternakan rakyat, pada
umumnya dimiliki oleh perorangan dan secara legalitas belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum, adapun perusahaan peternakan adalah
peternakan yang sudah berbadan hukum secara legal dengan jumlah ayam yang
46 dipelihara diatas 500.000 ekor, peternakan ini pengoperasiannya ditangani sendiri
dengan manajemen yang baik dan ada juga yang menjalin kerjasama dengan peternakan rakyat yang dsebut dengan pola kemitraan Fadillah, 2007.
2.2. Risiko Agribisnis Peternakan
Risiko agribisnis peternakan meliputi risiko produksi, risiko pemasaran, risiko keuangan, risiko hukum dan risiko sumberdaya manusia. Dalam agribisnis
peternakan ayam ras pedaging risiko terbesar berupa risiko produksi dan risiko harga, risiko produksi terkait cuaca, musim, wabah penyakit, dan kerusakan
peralatan. Adapun risiko harga berupa fluktuasi harga pakan, DOC dan harga jual ayam. Risiko harga merupakan kontributor utama terhadap variabilitas
pendapatan. Sutawi, 2009.
2.3. Tinjauan Studi Terdahulu 2.3.1. Studi Terdahulu Mengenai Risiko dan Ayam