Skematik Judul artikel opini “Gara-gara Mbah Merapi”

commit to user diperbarui. Dengan adanya bencana Merapi manusia dituntut memperhitungkan alam semesta. Manusia dipaksa untuk bertobat dan berpaling lagi kepada Khaliknya dan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Inilah sesungguhnya makna terdalam dari erupsi Merapi sebagai gara-gara. Berikut kutipannya dalam artikel ini: “Erupsi Merapi memang merupakan kerja alam. Tetapi sebagai gara-gara, ia telah menuding dan menegur manusia, menyibakkan kesalahannya. Dan dalam alam pikiran Jawa, gara-gara bukanlah sekadar bencana: gara-gara adalah proses pembaruan alam semesta, yang dipicu dengan perubahan atau bencana alam. Maka dengan erupsi Merapi sebagai gara-gara, bukan hanya alam, tetapi juga manusia yang dibersihkan dan diperbarui.”

b. Skematik

Pada artikel opini ini, fakta yang disampaikan oleh penulis di awal tulisan mengenai suasana beberapa tempat yang terkena dampak erupsi Merapi. Dalam hal ini, penulis menceritakan pengalamannya sewaktu berkunjung ke lokasi bencana. Diceritakan penulis, jalan di sekitar lokasi bencana sangat sepi karena orang-orang sudah mulai meninggalkan lokasi untuk mengungsi. Selain itu, penulis artikel juga menceritakan tentang kerusakan lingkungan yang terjadi akibat erupsi Merapi. Selanjutnya, penulis membahas tentang akibat bencana Merapi yang mengakibatkan ketakutan kolektif. Disebut ketakutan kolektif karena ketakutan itu mengenai seluruh lapisan masyarakat, di luar korban. Ketakutan kolektif muncul dan menjadi berlebihan yang mengakibatkan munculnya spekualasi tentang klenik atau sesuatu yang irasional. Hal ini menjadi lebih parah karena media ikut mengipas-ngipasinya. Dalam ketakutan kolektif, ilmu pengetahuan dan commit to user teknologi tidak mampu lagi menjamin keselamatan manusia dan manusia semakin dilanda kegelisahan. Di tengah tulisan, penulis artikel membahas tentang apa yang disebut manusia sebuah kemajuan sesungguhnya memiliki nilai penghancuran. Manusia dibutakan dengan apa yang disebut kemajuan hingga mereka melupakan alam sekitar mereka. Dalam gagasan ini penulis memaparkan bahwa bencana yang terjadi merupakan sebuah peringatan bagi manusia bahwa sebenarnya apa yang mereka sebut kemajuan itu adalah salah. Selanjutnya, gagasan yang disajikan penulis artikel adalah mengenai erupsi Merapi yang menjadi peringatan dan memberi pelajaran bagi manusia serta sarana membersihkan dan memperbarui diri. Dalam menyajikan gagasan ini penulis banyak menggunakan istilah Jawa. Salah satunya adalah “gara-gara” untuk menunjukkan kejadian erupsi Merapi yang mengalami proses pembaruan. Penulis artikel ingin menekankan bahwa tidak hanya alam saja yang mengalami pembaruan melalui erupsi Merapi tetapi juga dari aspek manusianya yang dibersihkan dan diperbarui. Dengan adanya bencana Merapi manusia dituntut memperhitungkan alam semesta. Manusia dipaksa untuk bertobat dan berpaling lagi kepada Khaliknya dan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dan di akhir tulisan, penulis artikel membahas tentang hikmah dari erupsi Merapi. Dalam pembahasan ini, penulis menyampaikan bahwa erupsi Merapi tidak hanya mengakibatkan penderitaan tetapi juga ada hikmah didalamnya, salah satunya berupa pasir dan abu vulkanik yang menyuburkan tanaman. Pasir dan abu vulkanik dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kelangsungan hidupnya. commit to user Selain itu, erupsi Merapi juga memberikan peluang kebudayaan, dalam hal ini adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan adanya bencana ini, pemerintah, khususnya Yogyakarta, dapat menjadikan hal tersebut sebagai momentum untuk meneriakkan bahwakeselamatan bangsa dan masyarakat dapat diraih jika dengan usaha bersama-sama. Gagasan utama dalam artikel opini ini ditempatkan di tengah tulisan, dengan pembahasan tentang ketakutan kolektif dan pembahasan mengenai erupsi Merapi yang memberi peringatan dan pelajaran bagi manusia.

c. Semantik

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PEMBERITAAN PENGUNGSI MERAPI PASCA LETUSAN MERAPI ( Analisis Framing Headline tentang Pemberitaan Pengungsi Merapi pada Surat Kabar HARIAN JOGJA selama November 2010).

1 5 34

PENUTUP PEMBERITAAN PENGUNGSI MERAPI PASCA LETUSAN MERAPI ( Analisis Framing Headline tentang Pemberitaan Pengungsi Merapi pada Surat Kabar HARIAN JOGJA selama November 2010).

0 2 47

TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gu

0 5 15

BAB 1 TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Surat Kabar Harian Ked

0 4 34

MEDIA CE MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 16

PENDAHULUAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 3 43

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 8

KESIMPULAN DAN SARAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 9

ANALISIS MAKNA REFERENSIAL PADA KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI HARIAN SURAT KABAR KOMPAS Analisis Makna Referensial Pada Karikatur Dalam Rubrik Opini Di Harian Surat Kabar Kompas Edisi Agustus-Oktober 2014.

0 3 11

ANALISIS MAKNA REFERENSIAL PADA KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI HARIAN SURAT KABAR KOMPAS Analisis Makna Referensial Pada Karikatur Dalam Rubrik Opini Di Harian Surat Kabar Kompas Edisi Agustus-Oktober 2014.

0 5 16