Tematik Skematik Judul artikel opini “Erupsi Merapi dan Kearifan Lokal”

commit to user Dalam mengurai wacana dalam artikel-artikel opini tersebut, khususnya berkaitan dengan struktur teks kebahasaan, penulis akan menganalisis secara per artikel opini. Artinya artikel-artikel opini akan dibahas satu persatu berdasarkan pada metode analisis wacana Van Dijk mulai dari struktur makro, superstruktur dan struktur mikro sehingga analisis data teks menjadi lebih terfokus di setiap artikel opini. Berikut analisis data artikel opini tentang bencana gunung Merapi dalam surat kabar harian Kompas periode Oktober-November 2010:

1. Judul artikel opini “Erupsi Merapi dan Kearifan Lokal”

a. Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam suatu teks. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu teks. 1 Elemen tematik ini baru dapat dipahami setelah teks artikel opini dibaca secara keseluruhan. Berangkat dari pemahaman di atas, maka berdasarkan hasil pengamatan, tema yang diangkat dalam artikel opini pertama ini adalah mengenai sejarah dan kearifan lokal yang digunakan untuk menandai aktivitas gunung Merapi. Tema utama ini, dimaksudkan penulis untuk memperlihatkan kepada pembaca bahwa karifan lokal tentang pertanda terjadinya bencana Merapi pada era modern ini perlu dipertanyakan tingkat validitas. Masyarakat sekitar Merapi masih percaya 1 Eriyanto, Op Cit, hal.229 commit to user terhadap pertanda-pertanda alam yang muncul sebelum Merapi meletus. Penulis mempertanyakan kearifan lokal jika digunakan dalam era milenium ini. Seperti pada kutipan berikut ini: “Masyarakat sering mengandalkan kearifan lokal untuk menengarai aktivitas Merapi. Pada era milenium dengan kondisi lingkungan yang sangat berubah, masih validkah kearifan lokal diterapkan?” Perkembangan jaman yang semakin maju membuat kearifan lokal yang dulu dipercaya dan dapat digunakan untuk menandai aktivitas merapi menjadi dipertanyakan. Pertanda alam yang salah satu contohnya menggunakan perilaku satwa tidak selamanya tepat jika diterapkan pada era milenium ini. Oleh sebab itu penulis mempertanyakan kearifan lokal dan menganggap hal tersebut tidak lagi cocok jika diterapkan di jaman sekarang ini.

b. Skematik

Sebuah teks tersusun dan memiliki skema atau mata rantai dari awal penulisan berupa pendahuluan sampai dengan akhir atau penutup. Skema atau alur menunjukan bagaimana bagian-bagian teks diatur, disusun dan diposisikan sehingga membentuk kesatuan makna. 2 Dalam skema penulisan berita selalu menggunakan struktur piramida terbalik. Informasi penting biasanya diposisiskan di awal penulisan sementara hal-hal lain yang tidak memiliki nilai substansi ditempatkan di akhir tulisan. Artikel opini, walau termasuk dalam kategori berita namun dalam bentuk penulisan tidak selamanya mengikuti skema penulisan berita pada umumnya. 2 Eriyanto, op.cit., hal. 231 commit to user Dalam artikel opini, dapat kita lihat bagaimana sebuah gagasan utama tidak selamanya di tempatkan di awal tulisan. Gagasan utama dapat juga ditempatkan di tengah atau juga di akhir tulisan. Tergantung kemauan penulis artikel berkaitan dengan informasi apa yang ingin disampaikan. Dalam teks artikel opini ini dapat dikatakan bahwa dalam skema penulisan, gagasan utama mengenai tema kearifan lokal yang digunakan untuk menandai aktivitas gunung Merapi di tempatkan di akhir tulisan. Penempatan gagasan utama di akhir tulisan terlihat dari upaya penulis untuk menciptakan sebuah klimaks dari fakta-fakta tentang Merapi dan masyarakat dengan kearifan lokal yang ditampilkan di awal tulisan.

c. Semantik

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PEMBERITAAN PENGUNGSI MERAPI PASCA LETUSAN MERAPI ( Analisis Framing Headline tentang Pemberitaan Pengungsi Merapi pada Surat Kabar HARIAN JOGJA selama November 2010).

1 5 34

PENUTUP PEMBERITAAN PENGUNGSI MERAPI PASCA LETUSAN MERAPI ( Analisis Framing Headline tentang Pemberitaan Pengungsi Merapi pada Surat Kabar HARIAN JOGJA selama November 2010).

0 2 47

TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gu

0 5 15

BAB 1 TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Surat Kabar Harian Ked

0 4 34

MEDIA CE MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 16

PENDAHULUAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 3 43

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 8

KESIMPULAN DAN SARAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 9

ANALISIS MAKNA REFERENSIAL PADA KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI HARIAN SURAT KABAR KOMPAS Analisis Makna Referensial Pada Karikatur Dalam Rubrik Opini Di Harian Surat Kabar Kompas Edisi Agustus-Oktober 2014.

0 3 11

ANALISIS MAKNA REFERENSIAL PADA KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI HARIAN SURAT KABAR KOMPAS Analisis Makna Referensial Pada Karikatur Dalam Rubrik Opini Di Harian Surat Kabar Kompas Edisi Agustus-Oktober 2014.

0 5 16