commit to user
Dalam artikel opini, dapat kita lihat bagaimana sebuah gagasan utama tidak selamanya di tempatkan di awal tulisan. Gagasan utama dapat juga ditempatkan di
tengah atau juga di akhir tulisan. Tergantung kemauan penulis artikel berkaitan dengan informasi apa yang ingin disampaikan.
Dalam teks artikel opini ini dapat dikatakan bahwa dalam skema penulisan, gagasan utama mengenai tema kearifan lokal yang digunakan untuk
menandai aktivitas gunung Merapi di tempatkan di akhir tulisan. Penempatan gagasan utama di akhir tulisan terlihat dari upaya penulis untuk menciptakan
sebuah klimaks dari fakta-fakta tentang Merapi dan masyarakat dengan kearifan lokal yang ditampilkan di awal tulisan.
c. Semantik
Semantik dikategorikan sebagai makna lokal dalam sebuah teks. Makna lokal adalah makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar
proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu konstruksi teks.
3
Elemen semantik terdiri dari Latar, Detail, dan Maksud.
Latar adalah bagian pesan yang dapat mempengaruhi semantik arti yang ingin ditampilkan. Elemen ini dihadirkan untuk menyediakan maksud hendak
kemana suatu teks dibawa. Latar merupakan elemen wacana yang dapat digunakan sebagai pembenar gagasan dalam suatu teks.
3
Alex Sobur, op.cit., hlm 78
commit to user
Latar yang ingin disampaikan penulis dalam artikel opini untuk mendukung bahwa kearifan lokal masyarakat perlu dipertanyakan tingkat
validitasnya: “Kali ini Merapi berubah terlalu cepat. Status Waspada baru dua minggu
sudah disusul Siaga. Siaga belum seminggu sudah menjadi Awas. Saat status Awas baru satu setengah hari, Merapi meletus. Padahal, kabarnya
masyarakat baru menengarai turunnya monyet, belum ada macan, kok Merapi sudah meletus. Jangan-jangan memang sudah tidak ada macan di
lereng Merapi.” Penggunaan latar tersebut dimaksudkan penulis artikel sebagai upaya
penegasan bahwa pada erupsi tahun 2010, kearifan lokal tidak lagi cocok digunakan. Alam sudah berubah, pertanda alam dan perilaku hewan sudah tidak
lagi dapat digunakan di era modern ini. Detail adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi
yang ditampilkan seseorang. Informasi yang sekiranya menguntungkan komunikator ditampilkan secara berlebihan. Sementara sedikit menyajikan
paparan suatu peristiwa jika sekiranya hal tersebut merugikan kepentingan komunikator. Berikut elemen detail yang disampaikan penulis dalam teks artikel
opini: “Sudah tidak terhitung berapa kali Merapi meletus, baik besar maupun
kecil. Pada tahun 1672, Merapi meletus dengan awan panas dan banjir lahar yang menewaskan 300 orang. Diduga tipe letusan ketika itu adalah
Plinian. Tahun 19301931 Merapi meletus dengan tipe Plinian lagi, menghasilkan aliran lava, piroklastik, dan lahar, dengan korban meninggal
1.369 orang. Tahun 1954, erupsi Merapi menghasilkan awan panas, hujan abu, dan lapili, korban meninggal 64 orang. Pada tahun 1961, terjadi aliran
lava, awan panas, hujan abu, dan banjir lahar, enam orang meninggal. Tahun 1969, letusan cukup besar menghasilkan awan panas, guguran
kubah lava, hujan abu dan batu, korban meninggal 3 orang. Letusan tahun 1972-1973 termasuk tipe volkanian, menghasilkan semburan asap hitam
setinggi 3 km, hujan pasir dan kerikil, awan pijar guguran ke Kali Batang sejauh 3 km. Tahun 1994, erupsi klimaks Merapi mengarah ke Kali
commit to user
Boyong, menelan 67 korban manusia. Tahun 19971998 Merapi giat lagi dengan erupsi tipe Merapi ke arah selatan dan barat daya, tanpa korban
jiwa. Memasuki abad ke-21, Merapi aktif berturut-turut pada tahun 2001, 2006, dan 2010. Erupsi 2001 tanpa korban jiwa, 2006 dua relawan
meninggal di dalam bungker, dan korban tahun 2010 mencapai 35 orang meninggal karena awan panas dan abu vulkanik.”
Dari kutipan di atas secara eksplisit, penulis ingin menonjolkan perubahan
yang terjadi berkaitan dengan sejarah letusan gunung Merapi dari tahun ke tahun, serta akibat yang ditimbulkan berupa korban jiwa yang jatuh disetiap letusannya.
Penulis ingin menekankan bahwa Merapi merupakan gunung yang berbahaya dan selalu menelan korban di setiap letusannya.
Maksud adalah elemen wacana yang hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan
detil panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan selalu diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Dalam elemen maksud, penulis menjelaskan secara eksplisit bahwa Merapi merupakan gunung yang sangat atraktif dan unik. Bahaya Merapi
ditekankan oleh penulis artikel agar masyarakat yang membacanya menjadi lebih berhati-hati dan masyarakat sekitar Merapi lebih waspada tidak hanya bergantung
pada kearifan lokal. Berikut kutipannya : “Belakangan magma Merapi menjadi kental, tekanan gas rendah, dan
pergerakannya sangat lamban. Karena kentalnya, ketika mencapai permukaan, magma akan mengonggok di sekitar mulut kawah membentuk
kubah lava. Gundukan lava sewaktu-waktu dapat ambrol longsor oleh desakan magma dan tekanan gas dari perut Merapi. Guguran itu
menghasilkan aliran piroklastik yang dikenal sebagai awan panas, atau wedhus gembel. Inilah yang disebut Tipe Merapi. Karena itu, masyarakat
di sekitar Merapi terancam jatuhan piroklastik, semburan awan panas, hujan abu dan debu, serta bahaya sekunder berupa lahar hujan. Ancaman
yang paling ditakuti tentu saja adalah aliran piroklastik. Awan panas Merapi pada dasarnya bak badai yang terdiri dari gumpalan batu-batuan
commit to user
bercampur kerikil, pasir, abu, debu, asap, dan gas pijar serta sangat panas temperatur 300-500 derajat celcius, meluncur dan menyebar dengan
kecepatan mencapai 60 meter per detik atau sekitar 200 kilometer per jam. Jangkauannya dapat mencapai 5-12 kilometer dari kawah. Ancaman
Merapi lain yang acap kali menelan korban adalah lahar, yaitu aliran lumpur pasir bercampur batu yang berasal dari timbunan vulkanik di
lereng. Ketika digelontor hujan, timbunan longsor dan mengalir menuju saluran-saluran sungai. Lahar mampu bergerak dengan kecepatan 60 km
per jam. Karena sifat arusnya pekat dan berat jenisnya besar, di dalam lahar dapat terangkut batu-batu sebesar gajah dengan daya erosi yang
sangat besar pula”.
d. Sintaksis