Semantik Judul artikel opini “Gara-gara Mbah Merapi”

commit to user Selain itu, erupsi Merapi juga memberikan peluang kebudayaan, dalam hal ini adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan adanya bencana ini, pemerintah, khususnya Yogyakarta, dapat menjadikan hal tersebut sebagai momentum untuk meneriakkan bahwakeselamatan bangsa dan masyarakat dapat diraih jika dengan usaha bersama-sama. Gagasan utama dalam artikel opini ini ditempatkan di tengah tulisan, dengan pembahasan tentang ketakutan kolektif dan pembahasan mengenai erupsi Merapi yang memberi peringatan dan pelajaran bagi manusia.

c. Semantik

Elemen semantik terdiri dari 3 elemen yaitu latar, detail, dan maksud. Latar yang dikemukakan penulis berkaitan dengan kejadian di Merapi yang dilihat secara relasional terhadap hidup dan kelakuan manusia. Penulis mencoba memberi gambaran tentang hubungan antara manusia dengan alam. Alam tidak berdiri sendiri melainkan ada relasi yang erat dengan manusia. Karena hubungan tersebut, kejadian bencana Merapi dianggap sebagai bentuk teguran terhadap manusia dan kelakuannya. Berikut latar yang disampaikan penulis : “Tapi sering saya dengar penduduk di lereng Merapi mengatakan demikian: Mbah Merapi lagi duwe gawe. Duwe gawe apa? Duwe gawe reresik awake lan menungsane Mbah Merapi sedang punya hajatan. Hajatan apa? Hajatan membersihkan dirinya sendiri dan manusianya. Dan kata mereka lagi: Merapi ora njeblug ning ngamuk. Merga apa? Merga kelakuane menungsa Merapi bukannya meletus, tapi marah. Marah karena apa? Karena kelakuan manusia. Dari pernyataan mereka terasa bahwa kejadian di Merapi dilihat secara relasional terhadap hidup dan kelakuan manusia. Dalam pemahaman orang-orang sederhana itu, alam tak pernah berdiri sendiri: alam dan manusia berada dalam relasi yang erat dan mendalam. Karena itu, peristiwa alam, seperti erupsi Merapi ini, juga bisa ditangkap sebagai purifikasi atau teguran terhadap manusia dan kelakuannya.” commit to user Latar inilah yang kemudian menjadi dasar penulis, untuk memberi reaksi terhadap munculnya beberaapa dampak yang diakibatkan oleh erupsi Merapi yang berhubungan dengan manusia. Dengan hal ini, penulis ingin memperlihatkan sebuah dampak negatif maupun positif yang ditimbulkan oleh bencana Merapi. Kedua, detail merupakan elemen yang bisa menunjukan bagian informasi yang diurai secara panjang. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator diuraikan secara gamblang. Berikut kutipannya : “Menantang keagungan dan kekuasaan Merapi adalah kebalikan dari sikap rendah hati yang dituntut ketika manusia berhadapan dengan transendensi, yang dilambangkan dengan Merapi. Di sini Mbah Merapi yang kesannya mitologis dan irasional itu ternyata bisa memaksa manusia untuk bersikap arif dan rasional. Arif, agar ia berhati bening dan menjauhi kesombongannya. Dan rasional, agar ia tidak berspekulasi dengan perhitungan apa pun, termasuk kebatinan dan klenik, kecuali fakta bahwa erupsi sudah mengancam. Sayang, hal ini diabaikan, dan akibatnya hanyalah kurban manusia bergelimpangan.” Detail yang disampaikan di atas, menggambarkan bagaimana penulis mengemukakan nilai-nilai positif yang dapat digunakan secara eksplisit mengenai perilaku manusia dalam menyikapi bencana Merapi. Hal-hal inilah yang kemudian sengaja ditampilkan penulis untuk menegaskan kepada pembaca bahwa manusia seharusnya menjadi lebih bersikap arif dan rasional setelah bencana Merapi terjadi. Dengan hal tersebut, pembaca menjadi paham tentang sikap yang seharusnya diambil dalam perilaku kehdupannya. Selanjutnya dalam elemen maksud, penulis kemudian dengan jelas menampilkan fakta-fakta menguntungkan tentang dampak bencana Merapi yang terjadi di masyarakat. Dampak positif dapat dilihat dari munculnya kebersamaan dan kemanusiaan di kalangan masyarakat. Penulis memaparkan bahwa dengan commit to user adanya erupsi Merapi kerukunan antar umat beragama dan golongan menjadi meningkat. Mereka melupakan perbedaan demi bersama-sama menolong orang- orang yang menjadi korban bencana Merapi. Berikut kutipannya: “Sehari-hari negara ini sedang resah karena ancaman perbedaan golongan dan agama. Masalah tersebut tiba-tiba lenyap karena erupsi Merapi. Semua orang bersama-sama menolong korban dan pengungsi, tanpa membeda- bedakan agama dan golongannya. Orang Muslim ditampung, dilayani, dan menjalankan ibadahnya dalam gereja dan sekolah-sekolah Kristen atau Katolik. Orang Kristen dan Katolik bernaung dengan damai dan aman di masjid-masjid. Seminari, tempat pendidikan calon imam gereja Katolik, juga gereja- gereja ternyata bisa menjadi tempat, di mana para dai, ustaz, dan santri- santri Nadlatul Ulama mengadakan tahlilan, yasinan, salawatan, dan pengajian bersama para pengungsi yang Muslim. Agama-agama tiba-tiba dipaksa melupakan perbedaannya ketika mereka bersama-sama menghadapi kemanusiaan yang sedang diancam oleh penderitaan akibat erupsi Merapi..”

d. Sintaksis

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PEMBERITAAN PENGUNGSI MERAPI PASCA LETUSAN MERAPI ( Analisis Framing Headline tentang Pemberitaan Pengungsi Merapi pada Surat Kabar HARIAN JOGJA selama November 2010).

1 5 34

PENUTUP PEMBERITAAN PENGUNGSI MERAPI PASCA LETUSAN MERAPI ( Analisis Framing Headline tentang Pemberitaan Pengungsi Merapi pada Surat Kabar HARIAN JOGJA selama November 2010).

0 2 47

TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gu

0 5 15

BAB 1 TEKNIK FOTO JURNALISTIK BENCANA ALAM MELETUSNYA GUNUNG MERAPI DI YOGYAKARTA DALAM SURAT KABAR HARIAN LOKAL (Analisis Isi Kuantitatif Foto Jurnalistik Pada Peristiwa Meletusnya Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Surat Kabar Harian Ked

0 4 34

MEDIA CE MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 16

PENDAHULUAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 3 43

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 8

KESIMPULAN DAN SARAN MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010).

0 2 9

ANALISIS MAKNA REFERENSIAL PADA KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI HARIAN SURAT KABAR KOMPAS Analisis Makna Referensial Pada Karikatur Dalam Rubrik Opini Di Harian Surat Kabar Kompas Edisi Agustus-Oktober 2014.

0 3 11

ANALISIS MAKNA REFERENSIAL PADA KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI HARIAN SURAT KABAR KOMPAS Analisis Makna Referensial Pada Karikatur Dalam Rubrik Opini Di Harian Surat Kabar Kompas Edisi Agustus-Oktober 2014.

0 5 16