commit to user
B. Penyajian Analisis Data Dalam Tabel
Tabel III.1 Hasil Analisis Tematik Artikel Opini Kompas Oktober-November 2010
No. Judul Artikel
Edisi Tematik
1 Erupsi Merapi dan
Kearifan Lokal Sabtu, 30
Oktober 2010 “Sejarah dan kearifan lokal yang digunakan
untuk menandai aktivitas gunung Merapi.” 2
Ironi Merapi Sabtu, 6
November 2010 “Ironi Merapi yang muncul dimana di satu sisi
korban bencana Merapi menderita sedangkan di sisi lain peristiwa tersebut dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.”
3 Ada Cinta di Balik
Merapi Sabtu, 6
November 2010 “Pelajaran berharga yang dapat diambil dari
peristiwa bencana Merapi.” 4
Sadar Anggaran Bencana
Selasa, 16 November 2010
“Pentingnya kesadaran dari pemerintah berkaitan dengan anggaran khusus yang dialokasikan
untuk penanganan bencana alam.”
5 Letusan
Pencerahan Bangsa Selasa, 16
November 2010 “Pelajaran berharga yang dapat diambil dari
gunung Merapi.” 6
Birokrasi Bencana Kamis, 18
November 2010 “Penanganan bencana alam yang terbentur
birokrasi oleh pemerintah yang dinilai lamban.” 7
Gara-gara Mbah Merapi
Jumat, 19 November 2010
“Ketakutan kolektif yang muncul akibat bencana erupsi Merapi yang mengancam seluruh lapisan
masyarakat.” dan “Erupsi Merapi yang menjadi peringatan dan memberi pelajaran bagi manusia
serta sarana membersihkan dan memperbarui diri.”
8 Gara-gara Mbah
Maridjan Sabtu, 20
November 2010 “Cara berpikir rasional yang hanya menjadi
pemanis di kalangan masyarakat, karena pada kenyataannya di kalangan masyarakat yang
memiliki posisi masih menggunakan pikiran irasional dalam praktik hidupnya.”
commit to user
Tabel III.2 Hasil Analisis Skematik Artikel Opini Kompas Oktober-November 2010
No. Judul Artikel
Edisi Skematik
1 Erupsi Merapi dan Kearifan Lokal
Sabtu, 30 Oktober 2010 Akhir Tulisan
2 Ironi Merapi
Sabtu, 6 November 2010 Awal Tulisan
3 Ada Cinta di Balik Merapi
Sabtu, 6 November 2010 Akhir Tulisan
4 Sadar Anggaran Bencana
Selasa, 16 November 2010 Akhir Tulisan
5 Letusan Pencerahan Bangsa
Selasa, 16 November 2010 Tengah Tulisan
6 Birokrasi Bencana
Kamis, 18 November 2010 Awal Tulisan
7 Gara-gara Mbah Merapi
Jumat, 19 November 2010 Tengah Tulisan
8 Gara-gara Mbah Maridjan
Sabtu, 20 November 2010 Akhir Tulisan
Tabel III.3 Hasil Analisis Semantik Artikel Opini Kompas Oktober-November 2010
No Judul Artikel
Edisi Latar
Detil Maksud
1 Erupsi Merapi
dan Kearifan Lokal
Sabtu, 30 Oktober
2010 Perubahan
alam yang terjadi yang
mengakibatkan kearifan
lokal tidak lagi valid.
Perubahan yang
terjadi terkait
letusan Merapi
dari tahun
ke tahun.
Penjelasan bahwa Merapi
merupakan gunung
yang atraktif, unik, dan
berbahaya. 2
Ironi Merapi Sabtu, 6
November 2010
Sikap negatif para pengurus
partai politik dan pihak
manajemen industri.
Perbedaan Perlakuan antara
pihak partai
politik dengan
pihak korban
bencana. Sikap
kontras yang ditunjukkan
antara pejabat
dengan rakyat.
3 Ada Cinta di
Balik Merapi Sabtu, 6
November 2010
Loyalitas dan
dedikasi yang
tinggi yang
ditunjukan seorang
petugas pengamatan.
Nilai-nilai positif mengenai
tingkatan- tingkatan manusia
dalam menjalani tugas kehidupan.
Penjelasan tingkatan paling
tinggi seorang
manusia dalam
menjalankan tugas.
4 Sadar
Anggaran Bencana
Selasa, 16 November
2010 Anggaran
dana selama ini yang
sudah ditentukan Pembentukkan
Badan Nasional
Penanggulangan Pengalokasian
dana anggaran
yang terdapat
commit to user
hanya sebagai
bentuk formalitas. Bencana BNPB
yang mengalami perdebatan
panjang. pada
lembaga- lembaga
penanggulangan bencana.
5 Letusan
Pencerahan Bangsa
Selasa, 16 November
2010 Hubungan antara
Tuhan, manusia, kebudayaan dan
peradaban. Sikap pemimpin
yang tidak
mementingkan pengabdian
terhadap konstitusi
dan hanya
mementingkan politik pencitraan.
Penjelasan pada
masalah terminologi
berncana alam
yang dianggap
kurang tepat.
6 Birokrasi
Bencana Kamis, 18
November 2010
Birokrasi pemerintah yang
mengalami persoalan-
persoalan mendasar dalam
tubuhnya. Ciri-ciri
sistem birokrasi
yang mengalami
kebebalan dan
kelambanan. Nilai-nilai dasar
kemanusiaan dalam
sistem birokrasi
yang teridiri dari unsur
fisik, psikis, dan spiritual.
7 Gara-gara
Mbah Merapi Jumat, 19
November 2010
Hubungan antara manusia dengan
alam. Perilaku manusia
dalam menyikapi bencana Merapi.
Munculnya kebersamaan dan
kemanusiaan di
kalangan masyarakat
sebagai dampak
bencana Merapi. 8
Gara-gara Mbah
Maridjan Sabtu, 20
November 2010
Kosmologi gunung
yang sejak jaman purba
dipercaya sebagai tempat dewa dan
kerajaan
arwah- arwah serta roh
manusia setelah
mati. Hubungan
manusia dan alam gunung dimana
gunung dianggap sebagai
simbol pencapaian
spiritual tertinggi. Praktik hidup dan
kegiatan irasional di
kalangan masyarakat.
commit to user
Tabel III.4 Hasil Analisis Sintaksis Artikel Opini Kompas Oktober-November 2010
No. Judul Artikel Edisi
Koherensi Kata Ganti
1 Erupsi Merapi
dan Kearifan Lokal
Sabtu, 30 Oktober
2010 Penggunaan
kata hubung “namun” untuk
menunjukkan koherensi pengingkaran.
Menggunakan kata ganti “ia” untuk
mengkonstruksi sosok
Merapi. 2
Ironi Merapi Sabtu, 6
November 2010
Penggunaan kata
hubung “namun” untuk menunjukkan koherensi
pengingkaran. Menggunakan
kata ganti
“mereka” mengganti kata para pengungsi dan relawan.
Menggunakan kata
ganti “mereka”
mengganti para
pengurus partai
dan pihak
manajemen industri. 3
Ada Cinta di Balik Merapi
Sabtu, 6 November
2010 Penggunaan
kata hubung “karena” untuk
menunjukkan koherensi kausalitas.
Menggunakan kata ganti “kita” menunjuk
pada seluruh
masyarakat Indonesia. 4
Sadar Anggaran
Bencana Selasa, 16
November 2010
Penggunaan kata
hubung “sebab” dan “dampaknya”
untuk menunjukkan koherensi
sebab akibat. Menggunakan kata ganti “kita”
menunjuk pada
seluruh masyarakat
Indonesia dan
pemerintah. 5
Letusan Pencerahan
Bangsa Selasa, 16
November 2010
Menggunakan koherensi pembanding
yang digunakan untuk menunjukkan
nilai kehidupan
antara pemimpin dan rakyat
yang kontras. Menggunakan kata ganti “ia”
untuk menunjuk sosok Merapi. Menggunakan kata ganti “kita”
menunjuk pada pihak yang terkait dengan bencana Merapi.
6 Birokrasi
Bencana Kamis, 18
November 2010
Penggunaan kata
hubung “tidak
sebanding” untuk
menunjukkan koherensi pembeda.
Menggunakan kata ganti “kita” yang menunjuk kepada semua
pihak di bangsa ini.
7 Gara-gara
Mbah Merapi Jumat, 19
November 2010
Penggunaan kata
hubung “karena” untuk menunjukkan koherensi
Menggunakan kata ganti “saya” sebagai penunjuk diri penulis,
kata ganti “kami” menunjuk diri
commit to user
sebab akibat. penulis dan relawan dalam
cerita, kata ganti “kita” yang menunjuk semua pihak, dan kata
ganti “ia” sebagai kata pengganti gunung Merapi.
8 Gara-gara
Mbah Maridjan
Sabtu, 20 November
2010 Penggunaan
kata hubung “yang” untuk
menunjukkan koherensi penjelas.
Menggunakan kata ganti “ia” yang mengganti obyek Mbah
Maridjan. Menggunakan kata ganti “kita” untuk menunjuk
semua pihak di bangsa ini.
Tabel III.5 Hasil Analisis Stilistik Artikel Opini Kompas Oktober-November 2010
No. Judul Artikel
Edisi Leksikon
1 Erupsi Merapi
dan Kearifan Lokal
Sabtu, 30 Oktober 2010
Penggunaan kata “membuka jalan” dan “cantik” untuk memberi kesan positif tentang letusan Merapi.
2 Ironi Merapi
Sabtu, 6 November
2010 Penggunaan kata “abstrak” dan “riil” yang berarti inti
dan nyata atau sungguh, untuk menjelaskan peran yang seharusnya dilakukan pihak partai politik.
Penggunaan kata “meluluhlantahkan” memiliki arti remuk sama sekali; hancur menjadi kecil-kecil, untuk
menggambarkan keadaan lingkungan setelah diterpa material vulkanik.
3 Ada Cinta di
Balik Merapi Sabtu, 6
November 2010
Penggunaan kata “terselip” untuk menunjukkan adanya sebuah pesan atau pelajaran yang dapat
diambil diantara aktifitas para petugas pengamat. Penggunaan frasa “menyerahkan diri” dan “kepepet”
yang
berarti pasrah
dan terjepit,
untuk menggambarkan keadaan para petugas pengamat.
4 Sadar Anggaran
Bencana Selasa, 16
November 2010
Penggunaan kata “reaktif” yang berarti tanggap, ditujukan agar manejemen pemerintah lebih peka
terhadap keadaan. Penggunaan kata “urgen” yang berarti mendesak,
menunjukkan
bahwa anggaran
pembiayaan merupakan hal penting.
5 Letusan
Pencerahan Selasa, 16
November Frasa “hukum alam” yang berarti kodrat alam, bahwa
alam memiliki hukum yang selayaknya dipatuhi
commit to user
Bangsa 2010
manusia. Frasa “Negara gagal” yang berarti negara yang dalam
pelaksaan tata
kenegaraannya tidak
mampu menjalankan
konstitusi dan
tata perundang-
undangan. Frasa ini digunakan untuk menunjukkan akibat dari tingkah laku para pemimpin yang
meninggalkan konstitusi dan perundangan.
6 Birokrasi
Bencana Kamis, 18
November 2010
Penggunaan kata
“kontinu” yang
berarti berkesinambungan, untuk menjelaskan bahwa tidak
adanya perawatan
sistem birokrasi
yang berkesinambungan.
Penggunaan kata
“kebebalan” memiliki
arti kebodohan, untuk menunjukkan keadaan sistem
birokrasi di negara ini. 7
Gara-gara Mbah Merapi
Jumat, 19 November
2010 Penggunaan kata “sowan” berarti berkunjung dan
kata “linuwih” yang berarti memiliki sesuatu yang lebih. Kata “linuwih” digunakan untuk seseorang
yang dianggap sakti dan mempunyai kekuatan khusus.
Penggunaan kata “ndableg” yang berarti tidak mempedulikan
atau acuh
tak acuh,
untuk menunjukkan sifat manusia yang acuh dan tak peduli.
8 Gara-gara Mbah
Maridjan Sabtu, 20
November 2010
Penggunaan kata “ngeyel” yang berarti nekat atau bersikukuh, untuk menjelaskan sifat mbah Maridjan
yang tidak mau mengungsi hingga akhir hayatnya. Kata “suprahumansupranatural” memiliki arti gaib;
ajaib; tidak dapat diterangkan dengan akal sehat, untuk menunjukkan sesuatu dibalik kekuatan
gunung.
Tabel III.6 Hasil Analisis Retoris Artikel Opini Kompas Oktober-November 2010
No. Judul Artikel
Edisi Retoris
1 Erupsi Merapi
dan Kearifan Lokal
Sabtu, 30 Oktober 2010
Penggunaan kiasan “gerakan, geliat, dan desah nafas” merujuk pada arti aktivitas Merapi.
2 Ironi Merapi
Sabtu, 6 Penggunaan kiasan “berkaca” yang berarti melihat
commit to user
November 2010
diri atau intropeksi. Hal ini ditujukan pada semua pihak.
3 Ada Cinta di
Balik Merapi Sabtu, 6
November 2010
Penggunaan kiasan “sembunyi dibalik punggung” dan
“berondok dibalik
ketiak” untuk
menggambarankan perilaku para pejabat yang hanya mampu bersembunyi atau hanya bermain aman.
4 Sadar
Anggaran Bencana
Selasa, 16 November
2010 Penggunaan kiasan “berkaca” yang berarti melihat
diri atau intropeksi. Hal ini ditujukan pada pemerintah terkait anggaran bencana.
5 Letusan
Pencerahan Bangsa
Selasa, 16 November
2010 Penggunaan kiasan “menggeliat” dan “batuk-batuk”
yang menunjukkan aktivitas gunung Merapi yang menyesuaikan dengan alam.
Penggunaan kiasan “aktor besar” yang berarti bahwa Merapi memiliki peran penting sesuai kehendak
Tuhan.
6 Birokrasi
Bencana Kamis, 18
November 2010
Penggunaan kiasan “monster” memiliki arti makhluk besar yang menyeramkan. Kiasan ini digunakan
untuk menunjukkan pandangan negatif terhadap sistem birokrasi birokrasi.
7 Gara-gara Mbah
Merapi Jumat, 19
November 2010
Penggunaan kiasan “memandulkan” memiliki arti tidak membuahkan hasil. Kiasan tersebut digunakan
untuk menunjukkan
bahwa Merapi
dapat mematahkan kehebatan para pemimpin.
Penggunaan kiasan “menuding” dan “menegur” yang berarti member peringatan, untuk menunjukkan
bahwa erupsi Merapi memberi peringatan bagi manusia untuk mengoreksi diri.
8 Gara-gara Mbah
Maridjan Sabtu, 20
November 2010
Penggunaan kiasan “kosmetik” dan “topeng” yang digunakan untuk menunjukkan bahwa perhitungan-
perhitungan rasional hanya menjadi pemanis di masyarakat.
commit to user
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan