Efisiensi Teknis: Ukuran Non-radial

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Peranan Irigasi dalam Meningkatkan Produksi dan Pendapatan

Proses produksi melalui budidaya tanaman merupakan kegiatan memadukan sejumlah faktor produksi dan input: benihbibit, tanah dan air, tenaga kerja, pupuk, obat tanaman dan sinar matahari Hernanto, 1994. Tanaman bisa tumbuh dan menghasilkan jika minimal ada bibit, tanah dan matahari. Tanah merupakan media tumbuh tanaman, mengandung air dan hara; air merupakan media larutnya hara tanaman ag ar „tersedia‟ dan bisa diserap akar tanaman. Berarti, proses produksi tidak dapat terselenggara, hanya menggunakan air saja. Sebaliknya, proses produksi masih bisa berlangsung walaupun tanpa pupuk dan obat tanaman, karena input tersebut berperan dalam mengkondisikan produktivitas, baik meningkatkan produktivitas seperti pupuk maupun mempertahankan produktivitas agar tidak turun seperti obat tanaman. Input yang disebut terakhir juga dikenal sebagai risk reducing input Just and Pop, 1978. Kalau terjadi kenaikan produksi, maka kanaikan itu merupakan hasil kinerja gabungan semua faktor produksi dan input yang digunakan, bukan peran irigasi saja. Karena itu, fungsi produksi mempertimbangkan dan memasukkan semua input yang digunakan. Dengan fungsi produksi, dapat diketahui sifat hubungan antara input dan output termasuk kontribusi masing-masing input terhadap produksi. Secara teoritis dan empirik, penggunaan irigasi dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani melalui 3 jalan Gambar 5: 1 melalui peningkatan luas areal tanam dengan menggunakan lahan yang sebelum ada irigasi tidak bisa digunakan karena tidak ada air; 2 melalui peningkatan intensitas pertanaman dimana dengan adanya irigasi memungkinkan petani untuk bercocok tanam di luar musim hujan, yang berarti terjadi kenaikan intensitas pertanaman; 3 melalui peningkatan produktivitas lahan efisiensi dengan mengatur komposisi penggunaan input agar terjadi peningkatan produksi. Karena air bersifat langka dan memerlukan biaya untuk memperolehnya, maka air dipandang sebagai input sejajar dengan benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, serta skillmanajemen. Penggunaan input tersebut mempengaruhi tingkat output yang dihasilkan secara langsung. Efektifitas penggunaan input 34 dipengaruhi oleh 3 dimensi yaitu: jumlah, cara dan waktu, yang ketiganya bermuara pada efisiensi. Peningkatan Produksi Peningkatan pendapatan Peningkatan efisiensi produksi Perbaikan Pengairan Irigasi Faktor risiko: Bencana alam Iklimcuaca Hama penyakit Pasapanen dan pemasaran Harga output Ketersediaan di pasar Harga input Status kepemilikan lahan Status migrasi Pengetahuan teknis petani Pengetahuan manajerial petani Penyuluhan Hubungan sosial Tingkat pendidikan Perluasan areal Peningkatan intensitas tanam Peningkatan penggunaan input Sumber: Sudaryanto, 1980, dimodifikasi; dilengkapi penulis Gambar 5. Dampak Pengembangan Irigasi Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Ada beberapa kondisi yang berkaitan dengan penggunaan irigasi airtanah: 1 air hujan mencukupi kebutuhan irigasi; 2 air hujan tidak mencukupi, tetapi penggunaan irigasi airtanah tidak menguntungkan; 3 usahatani lahan kering bukan merupakan usaha utama sehingga bukan prioritas alokasi dana; 4 faktor lain seperti faktor aksesibilitas, faktor risiko, dan lain-lain. Sebagai produsen, petani memutuskan untuk menggunakan air irigasi tidak terlepas dari orientasinya memaksimumkan profit. Ketika terdapat banyak pilihan, maka yang dipilih adalah usaha yang memberikan profit yang tertinggi. Dalam usaha pertanian, profit ditentukan secara langsung oleh tingkat produksi, 35 harga output, harga input dan tingkat penggunaan input. Faktor harga input, dan output tidak mampu dikendalikan petani secara sendiri-sendiri, konsekuensi dari asumsi pasar persaingan sempurna. Selain faktor harga, faktor risiko bencana alam, cuaca dan iklim, hama dan penyakit juga ikut mempengaruhi keberhasilan usaha pertanian dan juga berada di luar kemampuan petani mengendalikannya, atau belum sepenuhnya mampu dikendalikan petani. yang bisa dikendalikan petani adalah tingkat penggunaan input sedemikian rupa sehingga diperoleh produksi dan keuntungan maksimum. Dalam memutuskan penggunan irigasi airtanah, petani mempertimbangkan faktor biaya, faktor aksesibilitas dan faktor risiko Fauziyah, 2010. Adanya perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, demikian juga dengan faktor risiko lainnya seperti bencana alam, menyebabkan tingkat risiko dan ketidak- pastian meningkat. Kondisi tersebut mempengaruhi petani dalam memutuskan sistem pertanian apakah lahannya diusahakan dengan tanaman keras perennial crop atau tanaman semusim annual crop termasuk juga dalam hal memilih pola tanam atau bahkan lahannya disewakan atau dijual tergantung pada persepsi petani, pilihan mana yang lebih menguntungkan. Petani dikatakan efisien dalam pengelolaan air, jika dengan menggunakan jumlah air tertentu diperoleh produksi maksimum atau dengan penggunaan air yang minimum, diperoleh produksi dengan jumlah tertentu. Hal ini berkaitan dengan biaya. Petani tidak terinsentif menggunakan air irigasi jika tambahan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air, lebih besar dari tambahan penerimaan. Selain itu, petani mempertimbangkan hasil yang diperoleh antara mengusahakan lahan kering dengan hasil dari usaha lainnya.

3.2. Konsep Produksi dan Fungsi Produksi Cobb Douglass

Kajian produksi berangkat dari anggapan bahwa petani bertujuan memaksimumkan produksi atau pendapatan atau meminimumkan biaya dengan memilih kombinasi penggunaan input yang sesuai. Dengan kata lain, petani bertindak secara efisien dalam mengalokasikan input produksi sesuai dengan kondisi lahan dan iklim. Hal ini berarti petani dituntut untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan manajerial agar dapat memilih dan mengalokasikan 36 input dengan kombinasi yang tepat. Hal ini sulit dicapai karena kemampuan manajerial petani yang rendah dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman petani yang beragam. Selain itu, patokan efisiensi berbeda antara efisiensi teknis yang memaksimumkan produksi fisik dan efisiensi ekonomi yang memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Patokan efisiensi ekonomi bersifat dinamis, dan akan berubah jika terjadi perubahan harga input dan harga output, baik secara sendiri sendiri maupun secara bersamaan. Ketepatan dalam memilih bentuk fungsi produksi akan menentukan kemampuan model menjelaskan fenomena yang diteliti. Sehubungan dengan itu, kajian pustaka dan pengalaman peneliti sebelumnya menjadi penting sebagai acuan dalam memilih bentuk fungsi produksi yang sesuai. Dari hasil kajian pustaka diketahui bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi translog sering digunakan dalam studi empiris seperti yang digunakan oleh Meeusen and Broeck. 1977, Caswell and Zilberman 1986, Hasan and Ahmad 2005 dan lain-lain. Kajian ini menggunakan fungsi produksi Cobb Douglass karena keunggulan yang dimilikinya yaitu 1 bisa dilinearkan dalam parameter sehingga dapat diestimasi dengan metode OLS Ordinary Least Square; 2 parameternya langsung menunjukkan nilai elastisitas faktor produksi dari masing-masing input yang digunakan; 3 jumlah elastisitas semua faktor produksi Σβ j merupakan pendugaan skala usaha; 4 bentuk fungsional ini biasa digunakan dalam banyak penelitian empiris, khususnya penelitian usahatani yang ada di negara-negara berkembang. Kelemahannya adalah: 1 semua unit produksi diasumsikan memiliki elastisitas produksi yang sama atau konstan; 2 antara input satu dengan lainnya mempunyai elastisitas substitusi yang sempurna; 3 arah dan magnitude dari elastisitas silang harga input adalah sama; 4 elastisitas permintaan input yang diturunkan derived demand selalu lebih besar dari satu; dan 5 tidak menggambarkan fungsi produksi neoklasik yang sering dijadikan acuan dalam kajian produksi. Asumsi yang digunakan adalah: 1 fungsi tersebut menggambarkan hubungan input dan output pada tingkat teknologi tertentu; 2 harga input dan output mengacu pada pasar persaingan sempurna; dan 3 parameter hasil estimasi bersifat tetap. 37 Bentuk fungsi produksi ini pertama kali dikemukakan oleh Debertin 1986 sebagai fungsi monotonous berordo satu, dengan formulasi: .......................................................................................................................... 12 Untuk merelaksasi asumsi kenaikan hasil yang konstan, Coelli et al. 1998; Kumbhakar dan Lovell 2000 mengembangkan bentuk tersebut menjadi: ∑ ..................................................................................................................... 13 Dengan y sebagai output; x sebagai input;  adalah intersep fungsi produksi; j  adalah parameter dari setiap faktor produksi, i adalah observasi ke-i dan j adalah faktor produksi ke j. Selanjutnya, fungsi produksi ini akan digunakan dalam kajian efisiensi penggunaan input.

3.3. Efisiensi dan Perubahan Teknologi

Perubahan teknologi terjadi pada kajian jangka panjang; sedangkan pada jangka pendek, teknologi dianggap tetap. Peningkatan efisiensi dan teknologi, keduanya meningkatkan produktivitas, yaitu peningkatan produksi total tanpa diikuti oleh peningkatan penggunaan input. Bilamana sudah dicapai efisiensi penuh, maka produktivitas tidak bisa ditingkatkan lagi kecuali dengan meningkatkan teknologi. Farrel 1957 membedakan dua pendekatan memperbaiki efisiensi: 1 efisiensi yang dilakukan tanpa merubah tingkat penggunaan input pendekatan frontier dan 2 efisiensi yang dilakukan dengan mengatur tingkat penggunaan input pendekatan isocost-isoquant. Kedua pendekatan ini dibahas pada tingkat teknologi yang sama. Perubahan teknologi ditunjukkan oleh pergeseran fungsi produksi ke atas Gambar 5, yang menggambarkan terjadinya peningkatan kapasitas produktivitas pada tingkat penggunaan input yang sama. Kapasitas yang baru, bisa termanfaatkan secara penuh jika proses produksi berjalan secara efisien. Singkatnya, teknologi berkaitan dengan kapasitas produksi, sedangkan efisiensi mengacu pada cara agar kapasitas produksi tersebut terpakai optimal. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan efisiensi dilakukan dengan 38 memperbaiki manajemen usaha sampai dicapai kapasitas penuh dari teknologi yang ada. Y A W Y d Y c Y b Y a W a W b F w F 1 w Sumber: Coelli, Rao and Battese, 1998; Dimodifikasi. Gambar 6. Pengaruh Perubahan Teknologi Terhadap Produksi Pada Gambar 6, Fungsi f w dan f 1 w masing-masing merupakan fungsi produksi pada teknologi nol dan teknologi satu. Pada tingkat teknologi yang sama, f w misal, petani yang beroperasi pada titik A, bisa meningkatkan efisiensi dengan memperbaiki manajemen usahatani, sehingga diperoleh kenaikan produksi dari Y a ke Y b , tanpa menambah input yang digunakan. Y b merupakan produksi batas frontier dari penggunaan input sebanyak W a , namun bukan merupakan produksi maksimum pada tingkat teknologi tersebut. Karena itu, petani masih memiliki peluang menaikan produksi dengan menggunakan teknologi yang sama hingga sampai ke Y c . Jika petani sudah beroperasi pada Y c , maka produksi tidak bisa dinaikan lagi , sudah „level off‟, kecuali dengan memperbaiki teknologi sehingga terjadi pergeseran fungsi produksi ke atas dari f w ke f 1 w. Terlihat dengan teknologi baru akan terjadi kenaikan produksi dari Y c ke Y d pada tingkat penggunaan input yang sama, yaitu tetap di W c . Peningkatan produksi dari Y a ke Y b terjadi karena perbaikan efisiensi irigasi; dari Y b ke Y c karena perbaikan efisiensi skala.