24 sedangkan nilai efisiensi teknis non-radial berlaku spesifik hanya untuk input
tertentu, dalam hal ini hanya untuk input air irigasi saja. Bilamana dikehendaki mengetahui efisiensi input lainnya, maka dilakukan pengukuran efisiensi untuk
input lain tersebut dengan menggunakan cara yang sama. Bila hal ini dilakukan untuk semua input, maka akan bisa diketahui input mana yang paling tidak efisien
untuk dijadikan prioritas dalam perbaikannya. Selama ini, kajian efisiensi teknis spesifik input belum dilakukan, sehingga upaya perbaikan efisiensi umumnya
dilakukan secara generik dengan hasil yang tidak efektif. Memang
ukuran efisiensi
non-radial melanggar properti ketiga homogenitas, berkaitan dengan perubahan yang eqiproporsional, namun selama
perbaikan efisiensi tersebut menuju ke isoquant yang sama, maka tidak ada kepentingan untuk mempermasalahkan pelanggaran tersebut. Terlebih lagi jika
terdapat alasan tertentu yang menghendaki digunakannya pendekatan non-radial, misal perlu diketahui efisiensi teknis air irigasi pompa untuk lahan kering secara
khusus karena air merupakan sumberdaya yang semakin langka. Adanya proses pengisian kembali recas air tanah, tidak menggugurkan argumentasi tadi, karena
proses pengisian kembali air tanah, banyak ditentukan oleh pengaruh alam dan iklim yang tidak bisa dikendalikan. Hal ini berbeda dengan input pupuk urea
misal, yang proses produksi dan pasokannya bisa dikendalikan oleh unit produksi. Dengan demikian, pengukuran efisiensi spesifik input diperlukan.
2.4. Sumber Inefisiensi Teknis
Sumber inefisiensi penting diketahui sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan efisiensi; sedangkan tingkat efisiensi perlu untuk mengetahui
apakah produksi bisa ditingkatkan dengan memperbaiki efisiensi dan manajemen produksi, atau harus dengan mengganti teknologi. Ada dua alternatif pendekatan
untuk mengetahui penyebab efisiensi teknis dan juga sumber inefisiensi teknis Daryanto, 2000. Alternatif yang pertama adalah prosedur dua langkah, yaitu
mengestimasi nilai efisiensi atau efek-efek inefisiensi untuk usahatani individu setelah estimasi fungsi produksi frontier; kemudian melakukan estimasi model
regresi dimana nilai efisiensi atau inefisiensi dinyatakan sebagai fungsi variabel sosioekonomi yang diasumsikan mempengaruhi inefisiensi. Alternatif yang
25 kedua adalah prosedur satu tahap atau simultan dimana efek-efek inefisiensi
dalam stokastik frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang dianggap relevan menerangkan inefisiensi produksi Battese dan Coelli, 1995; Coelli et al. 1998.
Theingi dan Thanda 2005 mengkaji efisiensi teknis dari usahatani padi beririgasi di Myanmar dengan menggunakan fungsi produksi frontier stokastik.
Salah satu hasil yang diperoleh ialah tenaga kerja keluarga dan pemupukan mampu meningkatkan produktivitas usahatani kecil. Selain itu, efisiensi teknis
petani berskala usaha besar mencapai 0.77 lebih tinggi dari petani yang berskala usaha kecil dan menengah. Dalam pengukuran efisiensinya, tidak dibedakan
pengaruh antara faktor produksiinput, melainkan digabung dalam satu model, sehingga tidak diketahui input mana yang lebih berpengaruh terhadap perubahan
faktor yang mempengaruhi efisiensi. Demikian juga dengan penelitian Fan 1999, yang dilakukannya adalah mengukur efek inefisiensi model produksi
tanpa membedakan pengaruh faktor efisiensi terhadap penggunaan input produksi. Dalam penentuan biaya, peneliti tersebut menggunakan harga bayangan dengan
menghitung nilai produksi marjinal dan menemukan bahwa disentralisasi sistem produksi di China berpengaruh nyata pada perbaikan efisiensi teknis produksi
padi, tetapi tidak berpengaruh pada efisiensi alokatif. Dalam penelitian tersebut, faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan
input dikaji dengan membangun persamaan linier aditif dimana variabel dependennya adalah tingkat efisiensi teknis TE sebagai pengganti efek
inefisiensi seperti digunakan oleh banyak peneliti sebelumnya, dan variabel independennya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi.
Persamaannya adalah: ∑
..................................................................................................... 11 Dimana:
TE = tingkat efisiensi teknis; 0TE
i
1; α
= intersep; α
i
= parameter yang diestimasi; Z
= faktor yang diduga mempengaruhi efisiensi teknis; Ɛ
= error; i
= observasi ke-i; i=1,2,.., n; j=variabel ke j, j=1,2..j;
26
2.5. Penelitian Irigasi Pompa
2.5.1. Tinjauan Ekonomi Irigasi Airtanah
Bhatia 1992 menilai bahwa eksploitasi airtanah yang berlebihan over exploitation berkaitan dengan property right, dimana petani merasa bebas
melakukan pengeboran dan pemanfaatan airtanah pada lahannya sendiri untuk irigasi pertanian. Kajianya menggunakan pendekatan ekonomi politik
menyarankan empat macam intervensi pemerintah: 1 mengeluarkan kebijakan pengelolaan air yang optimal dan lestari; 2 menggalakan program
penanggulangan krisis air seperti program „watersheed‟, program kanalisasi airtanah agar termanfaatkan secara efisien; 3 mendidik dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat community management; dan 4 melakukan definisi ulang tentang hak atas property property right.
Palanisami dalam Kawamura 2008 mengemukakan bahwa masalah air di India diatasi dengan mengurangi frekuensi pengairan, mengurangi dalamnya
lapisan tanah terairi, dan mendapatkan sumber air irigasi lain seperti air sumur telaga. Saran sejumlah pakar untuk mengatasi masalah air irigasi pada intinya
mengarah kepada efisiensi irigasi walaupun formatnya bervariasi sekitar modernisasi irigasi, reformasi irigasi, yang bermuara kepada peningkatan
produktivitas irigasi Sumaryanto, 2006. Paparan di atas mengindikasikan adanya kekhawatiran semakin langkanya air irigasi. Karena itu, perlu upaya
untuk memahami dan mengendalikan penggunaan input irigasi secara khusus. Penelitian penggunaan air irigasi di Texas, Colette dan Almas 2004
menggunakan tiga pendekatan fungsi respon air pada sorgum: 1 produksi sorgum sebagai fungsi air yang tersedia untuk tanaman; 2 produksi sorgum
dipandang sebagai fungsi irigasi tambahan untuk mencukupi kekurangan presipitasi alamiah tanaman; dan 3 pengunaan air untuk tanaman didekati
dengan tingkat evapotranspirasi tanaman. Dalam penentuan tingkat penggunaan air yang optimal digunakan prinsip maksimisasi profit dengan acuan equi-
marjinal. Untuk menghitung tingkat optimum penggunaan suatu input tunggal, maka pengaruh dari input lain diasumsikan konstan.
27
2.5.2. Penelitian Efisiensi Irigasi
Yang mempengaruhi efisiensi irigasi adalah Sumaryanto, 2007: 1 sawah garapan per petani yang lebih luas; 2 kondisi pasokan air irigasi lebih mudah
diatur; 3 pendapatan usahatani lahan kering mendominasi pendapatan rumahtangga; 4 kinerja pengurus HIPPA lebih baik; 5 tenaga kerja
rumahtangga untuk usahatani lebih tersedia; sedangkan faktor yang tidak mendukung adalah fragmentasi garapan.
Dalam kajiannya menggunakan Model Multinomial Logistic Mlogit. Sumaryanto 2009 menemukan bahwa: 1 jumlah tenaga kerja untuk usahatani;
2 kemampuan permodalan; 3 kontribusi usahatani di lahan sawah dalam ekonomi rumahtangga; 4 kualitas lahan sawah; 5 proporsi luas areal yang air
irigasinya relatif langka; dan 6 pemilikan peralatan untuk mengatasi kekeringan, merupakan variabel yang mempengaruhi penggunaan air dan diversifikasi
usahatani. Studi Evans 2003 tentang pola penggunan air, efisiensi dan distribusinya
menemukan bahwa tingkat penggunaan air dipengaruhi oleh keterbatasan dana dan teknologi, serta kurangnya komunikasi. Petani di hulu mendapat akses
pengairan lebih banyak dari yang di hilir, karena yang di hulu lebih dekat dengan sumber air. Model yang dibangun dimaksudkan untuk mengatur sistem distribusi
air agar efisien dan adil. Kebanyakan petani menggunakan air berdasarkan ketersediaan
air, bukan
berdasarkan kebutuhan
tanaman, tidak
mempertimbangkan perbedaan tingkat ketersediaan air antara zona, sehingga distribusinya tidak efisien dan tidak merata.
Das 2005 mengkaji pembangunan irigasi berbasis sosial, pasca perubahan manajemen irigasi dari pengawasan birokrasi ke pengawasan petani disebut
manajemen irigasi partisipasi, dengan menumbuhkan rasa memiliki, disesuaikan dengan skill masyarakat lokal. Irigasi yang dibangun tidak memperhatikan
pranata sosial lokal, tidak mengenai sasaran akhir, termanfaatkannya air oleh petani, walaupun pembangunan irigasi berpotensi untuk menjaga keamanan
pangan, dan
pengentasan kemiskinan.
Studinya dilakukan
dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah proyek, dengan memilih tanaman
utama sebagai obyek penelitian. Hasilnya, irigasi menaikan luas tanam padi
28 sebanyak 347 persen, menaikan pendapatan rumahtangga petani, penyerapan
tenaga kerja karena tersedia pekerjaan pada musim kemarau produktivitas juga naik; di sisi lain: tingkat penggunaan air rendah, distribusi manfaat tidak merata
banyak dinikmati oleh petani menengah, penggunaan tidak efisien. Masalah lain: pemasaran dan penyimpanan produk, petani menjadi sasaran rentenir
sehingga tidak terjadi kelebihan hasil untuk investasi dan perbaikan usaha. Dengan perencanaan micro berbasis masyarakat, terjadi peningkatan partisipasi
petani dalam penggunan dan perawatan irigasi. Xevi dan Khan 2005 menggunakan kerangka kerja pengambilan keputusan
multi kriteria multi-criteria decision making, MCDM dengan pendekatan optimisasi multi objektif untuk mengkaji alokasi penggunaan air pada 14
tanaman. Ada tiga fungsi tujuan yang diformulasikannya: 1 memaksimumkan penerimaan bersih dari masing-masing tanaman yang diusahakan, 2
meminimumkan biaya variabel, dan 3 meminimumkan penggunaan air sebagai proxy variabel lingkungan, dengan pengertian bahwa lingkungan akan
terdegradasi jika air digunakan secara berlebih dari yang dibutuhkan. Kebanyakan kajian menggunakan satu objektif dengan menggunakan banyak
kendala, namun kajian tersebut menggunakan banyak 3 objektif dengan banyak kendala yang dikaji perilakunya secara serentak. Kendala biaya dikelompokkan
atas biaya air dan biaya lainnya. Biaya lainnya mencakup semua biaya variabel kecuali biaya air dan diperlakukan sebagai biaya komposit.
Penelitian Yingzhuo 2006 pada petani Georgia menemukan bahwa biaya irigasi mempengaruhi petani dalam memilih tanaman yang diusahakannya.
Pengaruh biaya air total didekomposisi sehingga terlihat pengaruhnya pada masing-masing tanaman. Kajian tersebut menggunakan model alokasi input tetap
fixed allocable input model dengan variabel dependen terbatas, menguji pengaruh biaya air terhadap keputusan petani dalam memilih tanaman, alokasi
lahan, pasokan produksi dan tingkat penggunaan air pada level usahatani. Kajian tersebut menggunakan data survei farm and ranch irrigation survey yang terdiri
dari data: produksi, harga input yang dibayar petani, harga output yang diterima petani, cuaca dan iklim, kualitas tanah, luas lahan, jumlah air irigasi, dan pilihan
tanaman yang diusahakan.