147 menggunakan air lebih banyak relatif terhadap penggunaan air optimum.
Sebaliknya, untuk tanaman bawang merah, status kepemilikan lahan berhubungan positif dengan efisiensi, menunjukkan bahwa mengelola lahan sewa lebih efisien.
Sekitar 40 persen petani bawang merah mengusahakan lahan sewa, dan mereka yang sewa ini cenderung mengelola air lebih efisien, mengingat biaya dan risiko
yang dihadapinya lebih besar.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN
8.1. Kesimpulan
Dari hasil kajian yang sudah dipaparkan pada bab bab sebelumnya, ditarik beberapa kesimpulan:
1. Keberadaan irigasi pompa air artesis untuk penyelenggaraan usahatani lahan kering di Lombok Timur meningkatan intensitas pertanaman dari 100 persen
menjadi 261 persen per tahun; variabel input air berpengaruh nyata dalam peningkatan produksi; nilai elastisitas produksi dari input air lebih besar dari
nilai elastisitas produksi dari input benih, urea, obat tanaman dan tenaga kerja; 2. Pengaruh penggunaan input air irigasi dalam penyelenggaraan produksi
usahatani jagung dan bawang merah pada skim pompa air artesis di Lombok Timur adalah signifikan; penggunaan irigasi untuk usahatani jagung lebih
efisien dari untuk usahatani bawang merah. 3. Penggunaan irigasi untuk penyelenggaran usahatani lahan kering di Lombok
Timur secara umum belum efisien. Efisiensi irigasi di tingkat petani rata-rata 0,56; di tingkat operator rata-rata 0,89; sementara efisiensi teknis rata-rata
0,94; tingkat efisiensi ekonomi rata-rata 0,59 dengan komposisi penggunaan kurang underuse mencapai 53 persen petani. Untuk usahatani bawang merah
dataran rendah semua observasi dalam status penggunaan kurang dengan rata rata efisiensi ekonomi 0.35. Sementara untuk usahatani bawang merah
dataran tinggi, sebagian besar petani 78 persen beroperasi pada penggunaan kurang dengan rata rata tingkat efisiensi ekonomi sebesar 0.51, sedangkan
efisiensi ekonomi petani yang penggunaan lebih mencapai 0.77.
150 4. Faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi irigasi adalah pengalaman
berusahatani dalam skim, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, frekuensi menghadiri pelatihan tiga tahun terakhir, luas lahan dalam skim;
rasio biaya air terhadap biaya usahatani; rasio pendapatan usahatani terhadap pendapatan rumahtangga; dan variabel dummy status kepemilikan lahan.
8.2. Saran Kebijakan
Untuk memperbaiki efisiensi irigasi di tingkat petani perlu upaya 1 peningkatan pemahaman dan keterampilan petani tentang aplikasi irigasi air
artesis yang efisien; 2 peningkatan kemampuan manajerial petani yang berkaitan dengan manajemen penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan juga
yang berkaitan dengan sistem pencatatan usahatani. Untuk memperbaiki efisiensi irigasi di tingkat operator, perlu ditingkatkan
efisiensi distribusi air dari rumah pompa ke lahan petani, melalui peningkatan kinerja organisasi petani P3AT dan operator agar keberadaan skim dan pompa
menjadi lebih terawat. Untuk mengatasi permodalan, perlu dikembangkan skim bantuan modal
lunak yang bisa diakses oleh petani dengan mudah agar tersedia dana stimulus sehingga lebih banyak petani yang bisa mengelola usahatani Musim Kemarau II
dan Musim Kemarau III.
8.3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar variabel yang diukur ditambah dengan variabel aplikasi teknologi produksi terutama yang berhubungan langsung
dengan efisiensi penggunaan air, seperti cara, waktu dan jumlahvolume air yang digunakan petani. Ketersediaan data tersebut berguna dalam memahami keadaan
dengan lebih konkrit dan dapat digunakan dalam perumusan alternatif kebijakan perbaikan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2008. Efisiensi Pengelolaan Kawasan Tambak Udang dan Dampaknya Terhadap Aspek Ekonomi Sosial dan Ekologi di Wilayah
Pesisir Kabupaten Dompu NTB. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Adar, D. 2011. Efisiensi Produksi Jeruk Keprok Soe Di Pprovinsi Nusa Tenggara Timur. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Adiyoga, W. 1999. Beberapa Alternatif Pendekatan untuk Mengukur Efisiensi atau Inefisiensi dalam Usahatani. Informatika Pertanian, 128 : 488-496.
Aigner, D.J. and S.F. Chu. 1968. On Estimating the Industry Production Function. American Economic Review, 758 : 226-239.
Ajao, A.O., J.O. Ajetomobi, and L.O. Olarinde. 2005. Comparative efficiency of Mechanized and non-Mechanized Farms in Oyo State of Nigeria: A
Stochastic Frontier Approach.Journal of Human Ecology, 181: 27-30. Aqil, M., Anasiru, R.H, Firmansyah, Riyadi, dan Arif, S.S. 2001.
Pendayagunaan Irigasi Airtanah Menunjang Budidaya Tanaman Secara Produktif Pada Lahan Kering. Agritech Vol 22 No 4 2001: 144-152.
Arifin, B., 2007 Prospek dan Skeptisme Perberasan 2008 dalam Media Indonesia, Senin 10 Desember 2007.
Atkinson, S.E. Cornwell, C. 1994. Estimation of Output and Input Technical Efficiency Using a Flexible Form and Panel Data. International Economic
Review, Vol. 35 No 1, February: 245-255. Ayu, C., 2004. Evaluasi Tingkat Sosial Ekonomi Petani Pada Program Usahatani
Konservasi Lahan Kering Studi Kasus di Desa Pelangan Kecamatan Sekotong Tengah, Lombok Barat. Agroteksos Volume 14 Nomor 1, April
2004: 49-58.
______, 2008. Adopsi Teknologi Irigasi Air Tanah Serta Dampaknya Terhadap Pola Produksi dan Pola Konsumsi Rumah Tangga Petani Lahan Kering di
Lombok Timur. Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Mataram tanggal 23-24 Februari 2008.
Badan Pusat Statistik Provinsi NTB. 2009a. NTB dalam Angka 2009. Kerjasama Badan Pusat Statistik Provinsi NTB dengan Bappeda Provinsi
NTB. Mataram. Bagian Proyek Pengernbangan Air Tanah Lombok NTB. 2000. Laporan
Tahunan Tengah Semester 19992000. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi NTB, Proyek Irigasi Lombok. Mataram.