97 satunya sumber pemasukan yaitu mereka yang porsi pendapatan dari usahatani
skim sebesar 100 persen, mereka ini tidak mengusahakan lahan lain dan juga tidak memiliki pekerjaan lain.
Tabel 12 Produksi, Biaya Air, Rasio Biaya Air, Pendapatan dan Porsi Pendapatan Usahatani Jagung, Bawang Merah Dataran Rendah dan Bawang Merah
Dataran Tinggi Lahan Kering Skim Pompa Air Artesis Lombok Timur, 2011.
Variabel Jagung
BMDR BMDT
Rata rata Produksi kilogramhektar
Rata rata 4,055
5,840 4,228
4,708 Maksimum
5,300 8,469
9,000 7,590
Minimum 1,403
1,000 1,548
1,317 Std dev
892 2,428
2,192 1,837
Biaya Air RpHektar Rata rata
1,691,688 1,358,466
1,661,948 1,570,701
Maksimum 8,820,000
8,640,000 5,520,000
7,660,000 Minimum
55,064 80,000
240,000 125,021
Std dev 1,663,038
1,503,579 1,356,974
1,507,864 Rasio Biaya air
Rata rata 0.2322
0.1338 0.2391
0.2017 Maksimum
0.6915 0.5026
0.6532 0.6158
Minimum 0.0245
0.0065 0.0331
0.0214 Std dev
0.1338 0.1057
0.1595 0.1330
Pendapatan RpHektar Rata rata
8,361,509 6,574,564
5,056,075 6,664,049
Maksimum 61,004,000 48,319,870 37,176,000 48,833,290
Minimum 162,503
110,246 256,250
176,333 Std dev
10,565,190 8,950,332
6,830,436 8,781,986
Porsi Pendapatan persen Rata rata
64.47 16.02
59.89 46.79
Maksimum 100.00
100.00 100.00
100.00 Minimum
0.04 0.21
0.29 0.18
Std dev 45.17
33.46 46.74
41.79 N observasi
137 59
50 246
Paparan di atas diharapkan bisa menjadi landasan pijakan dalam memahami perilaku efisiensi dan faktor faktor yang mempengaruhinya, serta bagaimana cara
memperbaiki efisiensi tersebut.
98
5.3. Gambaran Umum Skim dan Operator
Penyajian gambaran umum skim dan operator disini dihubungkan dengan sejauh mana pemanfaatan sumur pompa air artesis dalam penyelenggaraan
usahatani lahan kering di Lombok Timur, yang ringkasannya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Gambaran Umum Skim dan Operator Pompa Sumur Air-Dalam, Lahan Kering Lombok Timur, 2011.
Variabel Maksimum Minimum Rata rata Std dev
Operator Umur Operator tahun
75 19
42 12
Pendidikan tahun 16
5 4
Jlh tanggungan orang 8
3 2
Lama kerja tahun 21
5 6
Frekuensi pergantian operator kali 5
3 1
Jauh dari rumah menit jalan kaki 30
5 11
8 Pompa dan skim
Debit pompa ltrdtk 32
10 18
5 Operasi MK1 Jam per hari
19 6
12 2
Operasi MK1 hari per minggu 7
5 7
1 Operasi MK1 minggu per musim
113 11
15 14
Operasi MK1 jam per musim 7,119
432 1,150
900 Biaya air Rpjam
35,000 10,000
23,459 6,149
Honor operator RpJam 5,000
500 2,469
1,383 Luas skim Hektar
207.5 10.8
24.4 26.8
Jumlah Petani orang 29
16 22
3 Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi kinerja skim adalah
kelembagaan petani skim, yang dalam kajian ini diindikasikan oleh frekuensi pergantian operator. Justifikasinya adalah bahwa kinerja skim banyak ditentukan
oleh operator terutama perawatan mesin dan instalasi, dengan menggunakan dana dari petani hasil pembayaran iuran air. Pergantian operator umumnya dilakukan
karena kinerjanya kurang, ketidak-adilannya dalam distribusi air serta adanya kecenderungan mengutamakan lahan sendiri atau lahan keluarga dalam
memberikan pelayanan dan yang sering terjadi adalah karena penyalah-gunaan keuangan skim. Setiap kali melakukan pergantian operator, diperlukan waktu
adaptasi bagi operator baru untuk mengenali dan memahami mesin dan skim
99 termasuk interaksi dengan kelembagaan petani sehubungan dengan penyelesaian
masalah dikala mesin rusak. Hal ini berarti terjadi penurunan kinerja operator pada masa penyesuaian tersebut.
Menurut Tabel 13, frekuensi pergantian operator rata rata 3 kali dalam 5 tahun terakhir, dengan rentangan nilai 0
– 5 kali. Dari Tabel 13 juga diketahui bahwa pompa air tanah beroperasi secara intensif ditunjukkan oleh lamanya jam
pompa beroperasi yaitu rata rata 12 jam per hari, dengan rentangan nilai antara 6 - 19 jam per hari. Biaya air dikeluhkan oleh petani sebagai nilai yang
memberatkan, rata ratanya adalah Rp 23,459 per jam, dengan kisaran Rp 10,000 - 35,000 per jam. Honor operator bervariasi mulai dari Rp500
– 5,000 per jam dengan rata rata Rp 2,469 per jam. Luas lahan yang dilayani dalam satu skim rata
rata 24.4 hektar dengan rentangan antara 10.8 - 207.5 hektar. Jumlah petani yang dilayani dalam satu skim rata rata 22 petani dengan rentangan nilai antara 16 - 29
petani. Indikasi lain dari kinerja pemanfaatan pompa adalah dari intensitas
penggunaan pompa pada Musim Kemarau II dan musim hujan seperti disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Gambaran Penggunaan Pompa Musim Kemarau II dan Musim Hujan Relatif Terhadap Penggunaan Pompa Pada Musim Kemarau I, Lahan
Kering Pengguna Air Artesis di Lombok Timur, 2011.
Rincian N operator
Persen Penggunaan Musim Kemarau II
Lebih banyak 23
47 Sama saja
20 41
Lebih sedikit 6
12 Penggunaan musim hujan
Tidak digunakan 14
29 Jarang
15 31
Untuk air minum 20
41 Status operator
Operator murni 5
10 Operator ganda
44 90
Total 49
100 Intensitas penggunaan pompa didekati secara kualitatif untuk mendapatkan
gambaran tentang intensitas penggunaan air relatif dibandingkan tingkat
100 penggunaan air Musim Kemarau I. Hal ini dilakukan karena tidak tersedianya
data kuantitatif tentang itu dan catatan operator tidak memadai, seperti terlihat pada Lampiran Gambar 5.
Terlihat pada Tabel 14 bahwa sebagian besar operator 47 persen memanfaatkan pompa pada Musim Kemarau II lebih banyak dari Musim
Kemarau I. Hal ini logis karena iklim pada Musim Kemarau II lebih kering, dan penguapan lebih tinggi sehingga diperlukan air lebih banyak pada Musim
Kemarau II, yang berarti diperlukan biaya irigasi lebih banyak, sehingga sebagian responden tidak menyelenggarakan usahatani pada Musim Kemarau II.
Dari 246 responden, terdapat 173 petani 70 persen yang menyelenggarakan usahatani pada Musim Kemarau II Tabel 10. Selebihnya
tidak melakukan karena alasan biaya. Sesuai dengan dugaan semula, pompa tetap digunakan walaupun pada
musim hujan karena curah hujan di lokasi penelitian rendah dan tidak merata sehingga petani sering mengalami kekurangan air untuk tanaman agar bisa
tumbuh dan menghasilkan, seperti yang dialami oleh 15 dari 49 operator 31 persen Tabel 14. Ditambahkan bahwa hampir semua operator juga
menyelenggarakan usahatani dalam skim yang dikelolanya, kecuali 5 dari 49 operator 10 persen yang murni sebagai operator Tabel 13. Tidak ada acuan
yang kuat bahwa operator yang juga mengelola usahatani dalam skim yang dilayaninya akan memiliki tingkat efisiensi irigasi yang lebih tinggi sebagaimana
sudah dibahas pada sesi 5.1.3. tentang status ganda petani.