38 memperbaiki manajemen usaha sampai dicapai kapasitas penuh dari teknologi
yang ada.
Y
A
W Y
d
Y
c
Y
b
Y
a
W
a
W
b
F w
F
1
w
Sumber: Coelli, Rao and Battese, 1998; Dimodifikasi. Gambar 6.
Pengaruh Perubahan Teknologi Terhadap Produksi Pada Gambar 6, Fungsi f
w dan f
1
w masing-masing merupakan fungsi produksi pada teknologi nol dan teknologi satu. Pada tingkat teknologi yang
sama, f w misal, petani yang beroperasi pada titik A, bisa meningkatkan
efisiensi dengan memperbaiki manajemen usahatani, sehingga diperoleh kenaikan produksi dari Y
a
ke Y
b
, tanpa menambah input yang digunakan. Y
b
merupakan produksi batas frontier dari penggunaan input sebanyak W
a
, namun bukan merupakan produksi maksimum pada tingkat teknologi tersebut. Karena itu,
petani masih memiliki peluang menaikan produksi dengan menggunakan teknologi yang sama hingga sampai ke Y
c
. Jika petani sudah beroperasi pada Y
c
, maka produksi tidak bisa dinaikan lagi
, sudah „level off‟, kecuali dengan memperbaiki teknologi sehingga terjadi pergeseran fungsi produksi ke atas dari
f w ke f
1
w. Terlihat dengan teknologi baru akan terjadi kenaikan produksi dari Y
c
ke Y
d
pada tingkat penggunaan input yang sama, yaitu tetap di W
c
. Peningkatan produksi dari Y
a
ke Y
b
terjadi karena perbaikan efisiensi irigasi; dari Y
b
ke Y
c
karena perbaikan efisiensi skala.
39 Sehubungan dengan aplikasi teknologi, Schoengold dan Zilberman 2001
mengingatkan bahwa
selain meningkatkan
produksi, teknologi
dapat menyebabkan terjadinya disparitas pendapatan antar petani dan juga degradasi
lingkungan. Disparitas pendapatan terjadi, karena efektifitas penggunaan teknologi dalam meningkatkan produksi tergantung pada tingkat pendidikan,
keterampilan serta kemampuan aksesibiitas petani akan teknologi. Petani yang memiliki pendidikan dan keterampilan lebih tinggi serta akses lebih besar, akan
mendapatkan manfaat teknologi lebih banyak, sehingga diperoleh produksi dan pendapatan yang lebih tinggi. Adapun degradasi lingkungan terjadi karena
kehadiran teknologi cenderung menyebabkan eksploitasi sumberdaya menjadi lebih mudah. Untuk mengatasinya, disarankannya agar melakukan intervensi
pemerintah melalui kebijakan yang tepat.
3.4. Mengukur Efisiensi Irigasi
Pada prinsipnya, efisiensi produksi diukur dengan membandingkan output observasi dengan output optimum. Output optimum dihitung dengan beberapa
pendekatan tergantung
tujuan: memaksimumkan
produksi fisik
atau memaksimumkan keuntunganmeminimumkan biaya.
Yotopaulus 1973, Abubakar 2008 mengukur efisiensi penggunaan aquainput menggunakan konsep ukuran efisiensi NPM=Px atau NPMPx=k=1.
Petani dikatakan efisien jika tingkat aquainput yang digunakan memenuhi kondisi tersebut. Itulah tingkat penggunaan input optimum yang memungkinkan petani
mendapatkan keuntungan maksimum. Dengan membandingkan output observasi dengan output optimum diperoleh tingkat efisiensi ekonomi masing-masing petani
sehingga bisa diketahui variasi efisiensi dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Kelompok ini menggunakan rasio output sebagai ukuran efisiensi.
Forsund et al 1980, Battese 1992 mengkaji efisiensi dari sisi inefisiensi, dengan menggunakan variabel acak dari model produksi stokastik frontier sebagai
variabel inefisiensi. Dengan mengetahui tingkat inefisiensi maka tingkat efisiensi bisa dihitung, efisiensi=1-inefisiensi. Hal yang ingin ditekankan di sini adalah
bahwa 1 yang diukurnya merupakan inefisiensi total, tidak mendekomposisi efisiensi total tersebut atas efisiensi untuk masing-masing input, seperti yang akan
40 dilakukan oleh penelitian ini. Informasi dan pemahaman tentang efisiensi input
diperlukan agar upaya peningkatan produksi bisa difokuskan pada input yang belum efisien penggunaannya. Dengan demikian, latihan training bisa dilakukan
secara khusus untuk input tertentu, disesuaikan dengan kebutuhan. Selama ini, pelatihan dilakukan secara generik, dan terkesan petani tidak mendapatkan banyak
manfaat, karena tidak dikaitkan langsung dengan kebutuhannya; 2 ukuran inefisiensi didekati dengan menggunakan variabel acak stokastik.
Prinsip ukuran efisiensi yang digunakan dalam kajian ini sama dengan prinsip yang digunakan dalam kajian lain yaitu dengan membandingkan antara
data observasi dengan data optimum. Perbedaannya, efisiensi dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan input optimum dengan input observasi orientasi
input. Dengan cara ini, bisa dikaji efisiensi masing-masing input. Kajian ini menggunakan fungsi produksi stokastik frontier Cobb Douglass
karena: 1 bisa dilinearkan dalam parameter sehingga bisa diestimasi dengan OLS; 2 parameternya langsung menunjukkan nilai elastisitas produksi masing-
masing input; 3 hasilnya bisa diinterpretasi dengan mudah; 4 banyak digunakan dalam penelitian empiris, khususnya penelitian usahatani yang ada di
negara-negara sedang berkembang. Kritikan utama mengenai penggunaan fungsi Cobb Douglass adalah berkaitan dengan estimasinya tentang nilai elastisitas
permintaan input yang nilainya selalu lebih besar satu Chand dan Kaul, 1986. Ini bearti, penggunaan fungsi produksi Cobb Douglass untuk kajian elastisitas
permintaan input bersifat bias. Penelitian ini tidak berkaitan dengan kajian permintaan input, dan karenanya kekhawatiran bias dari penggunaan fungsi Cobb,
bisa diabaikan. Karagiannis 2003 menggunakan fungsi frontier tapi dalam bentuk Translog, sedangkan Dhehibi 2007 menggunakan fungsi produksi Cobb
Douglass. Efisiensi yang diukur mencakup efisiensi fisik yang terdiri dari efisiensi
irigasi di tingkat operator, efisiensi irigasi di tingkat petani, efisiensi manajemen irigasi, dan efisiensi teknis. Selain itu juga dikaji efisiensi ekonomis. Efisiensi
fisik digunakan untuk kajian produksi fisik yang berguna untuk misal kajian swasembada pangan, sedangkan, efisiensi ekonomi digunakan untuk kajian