13 memasarkannya.  Keempat  karakteristik  tersebut  dinamakan  paradigma
IHIP: intangibility, heterogeneity, inseparability, dan perishability Lovelock  dan  Gummesson,  2004  dalam  Tjiptono  2014:34-46.
Karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut: a.  Intangibility
Jasa  bersifat  intangible  artinya  jasa  tidak  dapat  dilihat,  dicium, didengar,  atau  diraba  sebelum  dibeli  dan  dikonsumsi.  Konsep
intangible  ini  memiliki  dua  pengertian  yaitu:  1  sesuatu  yang  tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasakan, dan 2 sesuatu  yang tidak
muda didefinisikan, dirumuskan atau dipahami secara rohaniah. b.  HeterogenetyVariabilityInconsistency
Jasa  bersifat  sangat  variabel  karena  merupakan  non-standardized output,  artinya  terdapat  banyak  variasi  buruk,  kualitas,  dan  jenis,
tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut di produksi c.  Inseparability
Barang  biasanya  diproduksi  telebih  dahulu,  kemudian  dijual  baru dikonsumsi.  Sedangkan  jasa  umumnya  dijual  terlebih  dahulu,  baru
kemudian  diproduksi  dan  dikonsumsi  pada  waktu  dan  tempat  yang sama.  Interaksi  antara  penyedia  jasa  dan  pelanggan  merupakan  ciri
khusus  dalam  pemasaran  jasa.  Keduanya  mempengaruhi  hasil outcome dari jasa bersangkutan.
d.  Perishability
14 Perishability  berarti  bahwa  jasa  merupakan  komoditas  tidak  tahan
lama,  tidak  dapat  disimpan  untuk  pemakaian  ulang  di  waktu mendatang, dijual kembali ata dikembalikan.
2. Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran  marketing mix merupakan seperangkat  alat  yang dapat  digunakan  pemasar  untuk  membentuk  karakteistik  jasa  yang
ditawarkan  kepada  pelanggan.  Alat-alat  tersebut  dapat  digunakan  untuk menyusun  strategi  jangka  panjang  dan  juga  merancang  program  taktik
jangka pendek Tjiptono, 2014:41. Konsep bauran pemasaran dipopulerkan pertama  kali  beberapa  dekade  yang  lalu  oleh  Jerome  McCarthy  yang
merumuskannya  menjadi  4P  Product,  Price,  Promotion,  dan  Place.  Bila ditinjau dari sudut pandang pelanggan, 4P bias dirumuskan pula menjadi 4C
Customers’  needs  and  wants,  Cost,  Communication,  dan  Convenience. Dalam  perkembangannya,  sejumlah  penelitian  menunjukkan  bahwa
penerapan 4P terlampau terbatassempit untuk bisnis dikarenakan Tjiptono, 2014:41-42:
a.  Karakteristik  intangible  pada  jasa  diabaikan  dalam  kebanyakan analisis  mengenai  bauran  pemasaran.  Sebagai  contoh,  bauran  produk
kerap  kali  dianalisis  berdasarkan  desain  properti  fisik  yang  tidak relevan  untuk  proses  jasa.  Selain  itu,  manajemen  distribusi  fisik  bisa
saja bukan unsur yang penting dalam keputusan bauran distibusi jasa. b.  Unsur harga mengabaikan fakta bahwa banyak jasa  yang di  produksi
oleh sektor publik tanpa pembebanan harga pada konsumen akhir.
15 c.  Bauran promosi dalam 4P tradisional mengabaikan promosi jasa yang
dilakukan  personil  produksi  tepat  pada  konsumsi  jasa.  Keterlibatan langsung  penyedia  jasa  dalam  promosi  ini  tidak  dijumpai  dalam
promosi barang kepada konsumen akhir. d.  Oversimplifikasi terhadap unsur-unsur distribusi yang relevan dengan
keputusan distribusi jasa strategik. e.  Pendekatan bauran pemasaran tradisional juga dianggap mengabaikan
masalah-masalah  dalam  mendefinisikan  konsep  kualitas  pada intangible  service,  dan  mengidentifikasi  serta  mengukur  unsur-unsur
bauran pemasaran yang dapat dikelola dalam rangka menciptakan jasa berkualitas.
f. Bauran  pemasaran  tradisional  juga  merupakan  arti  penting  orang
people, baik sebagai produsen, konsumen, maupun co-consumers. Hasilnya,  4P  tradisional  diperluas  dan  ditambahkan  menjadi  empat
unsur  lainnya,  yaitu  People,  Process,  Physical  Evidence,  dan  Customer Service.  Keputusan  mengenai  setiap  unsur  bauran  pemasaran  ini  saling
berkaitan  satu  sama  lain.  Kendati  demikian,  tingkat  kepentingan  yang ditekankan  pada  masing-masing  unsur  antar  jasa  cendrung  bervariasi
Tjiptono, 2014:42-44. a.  Product,  produk  merupakan  bentuk  penawaran  organisasi  jasa  yang
ditunjukkan  untuk  mencapai  tujuan  organisasi  melalui  pemuasan kebutuhan  dan  keinginan  pelanggan.  Dalam  konteks  ini,  produk  bisa
berupa  apa  saja  baik  yang  berwujud  fisik  maupun  tidak  yang  dapat
16 ditawarkan  kepada  pelanggan  potensial  untuk  memenuhi  kebutuhan
dan keinginan tertentu. b.  Pricing,  keputusan  bauran  jasa  berkenaan  dengan  kebijakan  strategik
dan taktikal, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelanggan.
Pada  umumnya  aspek-aspek  ini  mirip  dengan  yang  biasa  dijumpai pemasar  barang.  Akan  tetapi,  adapula  perbedaannya,  yaitu  bahwa
karakteristik  intangible  jasa  menyebabkan  harga  menjadi  indikator signifikan atas kualitas.
c.  Promotion,  bauran  promosi  tradisional  meliputi  berbagai  metode untuk  mengkomunikasikan  manfaat  jasa  kepada  pelanggan  potensial
dan  aktual.  Metode-metode  tersebut  terdiri  atas  periklanan,  promosi penjualan,  direct  marketing,  personal  selling,  dan  public  relations.
Meskipun  secara  garis  besar  bauran  promosi  untuk  barang  sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu
pada upaya meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa. d.  Place,  keputusan  distribusi  menyangkut  kemudahan  akses  terhadap
jasa  bagi  para  pelanggan  potensial.  Keputusan  ini  meliput  keputusan lokal fisik,  misalnya keputusan mengenai  di  mana sebuah hotel atau
restoran  harus  didirikan,  keputusan  mengenai  penggunaan  perantara untuk  meningkatkan  aksebilitas  jasa  bagi  para  pelanggan  misalnya,
apakah  akan  menggunakan  jasa  agen  perjalanan  ataukah  harus memasarkan sendiri paket liburan secara langsung kepada konsumen,