16 ditawarkan  kepada  pelanggan  potensial  untuk  memenuhi  kebutuhan
dan keinginan tertentu. b.  Pricing,  keputusan  bauran  jasa  berkenaan  dengan  kebijakan  strategik
dan taktikal, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelanggan.
Pada  umumnya  aspek-aspek  ini  mirip  dengan  yang  biasa  dijumpai pemasar  barang.  Akan  tetapi,  adapula  perbedaannya,  yaitu  bahwa
karakteristik  intangible  jasa  menyebabkan  harga  menjadi  indikator signifikan atas kualitas.
c.  Promotion,  bauran  promosi  tradisional  meliputi  berbagai  metode untuk  mengkomunikasikan  manfaat  jasa  kepada  pelanggan  potensial
dan  aktual.  Metode-metode  tersebut  terdiri  atas  periklanan,  promosi penjualan,  direct  marketing,  personal  selling,  dan  public  relations.
Meskipun  secara  garis  besar  bauran  promosi  untuk  barang  sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu
pada upaya meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa. d.  Place,  keputusan  distribusi  menyangkut  kemudahan  akses  terhadap
jasa  bagi  para  pelanggan  potensial.  Keputusan  ini  meliput  keputusan lokal fisik,  misalnya keputusan mengenai  di  mana sebuah hotel atau
restoran  harus  didirikan,  keputusan  mengenai  penggunaan  perantara untuk  meningkatkan  aksebilitas  jasa  bagi  para  pelanggan  misalnya,
apakah  akan  menggunakan  jasa  agen  perjalanan  ataukah  harus memasarkan sendiri paket liburan secara langsung kepada konsumen,
17 dan  keputusan  non-lokasi  yang  ditetapkan  demi  ketersediaan  jasa
contohnya, penggunaan telephone delivery systems. e.  People, bagi  sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital  dalam
bauran  pemasaran.  Bila  produksi  dapat  dipisahkan  dengan  konsumsi, sebagaimana  dijumpai  dalam  kebanyakan  kasus  pemasaran  barang
manufaktur,  pihak  manajemen  biasanya  dapat  mengurangi  pengaruh langsung  sumber  daya  manusia  terhadap  output  akhir  yang  diterima
pelanggan. f.
Physical  Evidence,  karakteristik  intangible  pada  jasa  menyebabkan pelanggan  potensial  tidak  bias  menilai  suatu  jasa  sebelum
mengkonsumsinya.  Ini  menyebabkan  resiko  yang  dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu,
salah  satu  unsur  penting  dalam  bauran  pemasaran  adalah  upaya mengurangi resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari
karakteristik jasa. g.  Process,  proses  produksi  atau  operasi  merupakan  faktor  penting  bagi
konsumen high-contact service, yang seringkali juga berperan sebagai co-producer  jasa  bersangkutan.  Pelanggan  restoran,  misalnya,  sangat
terpengaruh  oleh  staf  melayani  mereka  dan  lamanya  mengunggu selama proses produksi.
h.  Customer  Service,  dalam  sektor  jasa,  layanan  pelanggan  dapat diartikan  sebagai  kualitas  total  jasa  yang  dipersepsikan  oleh
pelanggan.  Oleh  sebab  itu,  tanggung  jawab  atas  unsur  bauran
18 pemasaran  ini  tidak  bisa  diisolasi  hanya  pada  departemen  layanan
pelanggan,  tetapi  menjadi  perhatian  dan  tanggung  jawab  semua personil  produksi,  baik  yang  dipekerjakan  oleh  organisasi  jasa
maupun pemasok.
3. Kualitas Pelayanan
Menurut  Kotler  dan  Keller  2008:143  kualitas  quality  adalah  total fitur dan karakterisrtik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuan
untuk  memuaskan  kebutuhan  yang  dinyatakan  atau  tersirat.  Kualitas  jasa atau  kualitas  layanan  service  quality  berkontribusi  signifikan  bagi
penciptaan diferensiasi,  positioning, dan strategi  bersaing setaip organisasi, baik perusahaan manufaktur maupun penyedia jasa Tjiptono, 2011:162.
Fokus pemasaran terhadap kualitas pelayanan adalah jelas: Rendahnya kualitas  akan  menempatkan  perusahaan  pada  kerugian  kompetitif,
berpotensi mengusir pelanggan yang tidak puas Lovelock., dkk, 2011:152. Dalam  jurnal  penelitian  Muhamad  Abduh  2011  dimensi  kualitas
pelayanan pada
penelitian awalnya,
Parasuraman., dkk
1985 mengidentifikasikan  sepuluh  dimensi  pokok,  yakni  reliabilitas,  daya
tanggap, kompetensi, akses, kesopanan, komunikasi, kredibilitas, keamanan, kemampuan  memahami  pelanggan,  dan  bukti  fisik.  Berry  et.  al  1985
Zeithaml  dan  Bitner  1996  mengindikasikan  kualitas  pelayaan  menjadi lima  dimensi  pokok.  Kompetensi,  kesopanan,  kredibilitas  dan  keamanan
disatukan menjadi jaminan assurance. Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan  memahami  pelanggan  diintegrasikan  menjadi  empati
19 empathy.  Dengan  demikian,  terdapat  lima  dimensi  utama  yang  disusun
sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut: a.  Bukti  langsung  Tangibles,  berkenaan  dengan  daya  tarik  fasilitas
fisik,  perlengkapan,  dan  material  yang  digunakan  perusahaan,  serta penampilan karyawan.
b.  Keandalan  Relibility,  berkaitan  dengan  kemampuan  perusahaan untuk  memberikan  layanan  yang  akurat  sejak  pertama  kali  tanpa
membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
c.  Daya  tanggap  Responsiviness,  berkenaan  dengan  kesediaan  dan kemampuan  para  karyawan  untuk  membantu  para  pelanggan  dan
merespon  permintaan  mereka,  serta  menginformasikan  kapan  jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
d.  Jaminan  Assurance,  yakni  perilaku  para  karyawan  mampu menumbuhkan  kepercayaan  pelanggan  terhadap  perusahaan  dan
perusahaan  bisa  menciptakan  rasa  aman  bagi  para  pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan
menguasai  pengetahuan  dan  keterampilan  yang  dibutuhkan  untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
e.  Empati Empathy, berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya  dan  bertindak  demi  kepentingan  pelanggan,  serta
memberikan  perhatian  personal  kepada  para  pelanggan  dan  memiliki jam operasi yang nyaman.
20
4. Customer Value
Customer  value  didasarkan  pada  prespektif  pelanggan  organisasi bersangkutan,  dengan  mempertimbangkan  apa  yang  mereka  inginkan  dan
yakini  bahwa  mereka  dapatkan  dari  pembelian  dan  penggunaan  produk tertentu Tjiptono, 2014:308.
Terdapat beberapa definisi customer value yang dirumuskan oleh para peneliti  yaitu  :  Zeithaml  1998  dalam  Tjiptono  2014:308,  misalnya
mendefinisikan  nilai  pelanggan  sebagai  penilaian  keseluruhan  keseluruhan konsumen terhadap utilitas sebuah produk berdasarkan terhadap persepsinya
apa  yang  diterima  dan  apa  yang  diberikan.  Monroe  1990  dalam  Tjiptono 2014:308  mengemukakan  bahwa  nilai  pelanggan  adalah  trade  off    antara
persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan lewat  harga  yang  dibayarkan.  Anderson,  et.al  1993  dalam  Tjiptono
2014:308 menyatakan bahwa nilai pelanggan merupakan perceived worth dalam  unit  moneter  atas  serangkaian  manfaat  ekonomik,  teknis,  layanan,
dan  sosial  sebagai  pertukaran  atas  harga  yang  dibayarkan  untuk  suatu produk    Gale  dan  Wood  1994  dalam  Tjiptono  2014:308  merumuskan
sebagai  kualitas  yang  dipersepsikan  pasar  dan  disesuaikan  dengan  harga relatif  produk  perusahaan.  Butz  dan  Goodstein  1996  dalam  Tjiptono
2014:308  menegaskan  bahwa  nilai  pelanggan  adalah  ikatan  emosional yang  terjalin  antara  pelanggan  dan  produsen  setelah  pelanggan
menggunakan  produk  atau  jasa  yang  dihasilkan  pemasok  tersebut  dan mendapati bahwa produk bersangkutan memberikan nilai tambah. Woodruff