Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3 yaitu
“Barang siapa berpegang teguh pada Alquran dan hadist maka tidak akan tersesat selama-
lamanya”. Ekonomi islam adalah salah satu solusi yang bisa menciptakan keadilan dalam bertransaksi.
Othman dan Owen 2001 melakukan penelitian mengenai Service Quality kualitas pelayanan pada bank Islam studi kasus Kuwait Finance
House KFH. Menurut Othamn dan Owen 2001 ada beberapa alasan bank syariah harus menyadari Service Quality SQ: pertama, produk dan layanan
bank syariah dianggap berkualitas tinggi oleh pelanggan karena konsep melakukan pekerjaan dalam islam adalah termasuk ibadah. Hadist Rasulullah :
Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya
diampuni oleh Allah SWT. HR. Thabrani. Perbankan syariah beroperasi di Indonsia sejak tahun 1992 dan hal ini
sebenarnya sudah tertinggal oleh negara-negara tetangga yang mayoritas penduduknya non muslim. Tantangan yang cukup banyak terhadap
pengembangan perbankan syariah menuntut para pegiat perbankan syariah untuk melakukan inovasi terhadap produk serta menyusun strategi yang
komprehensif untuk menciptakan citra yang baik di masyarakat bisa dengan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga nasabah menjadi loyal terhadap
bank syariah. Kunci sukses dalam mempetarhankan perbankan syariah yaitu bank
syariah harus memiliki kemampuan yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan memiliki keunggulan kompetitif.
4 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
dikeluarkan tanggal 16 Juli 2008 menjadikan perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Perkembangan bank syariah dalam lima tahun terakhir sangat impresif, dengan rata-rata pertumbuhan asset lebih
dari 65 pertahun. Maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian mendukung perekonomian nasiaonal akan semakin
signifikan www.bi.go.id,2013. Perkembangan perbankan syariah juga dapat dilihat dari data statistik
perbankan syariah yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagaimana yang diperlihatkan Tabel 1.1 berikut
Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK Juni 2015 Terlihat semenjak diberlakukannya Undang
–Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah jumlah bank syariah meningkat signifikan dari 6
enam Bank Umum Syariah pada Tahun 2009 meningkat menjadi 12 dua belas. Pada tahun 2009 lalu terdapat 25 UUS, kemudian pada tahun 2010
Tabel 1. 1 Statistik Perbankan Syariah Indonesia
Jaringan Jumlah Kantor Perbankan Syariah Tahun
Indikator 2009 2010
2011 2012
2013 2014
Bank Umum Syariah -Jumlah bank
6 11
11 11
11 12
-Jumlah Kantor 711
1215 1401
1745 1998
2151
Unit Usaha Syariah
-Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS
25 23
24 24
23 22
-Jumlah Kantor 287
262 336
517 590
320
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah -Jumlah Bank
138 150
155 158
163 163
-Jumlah Kantor
225 286
364 401
402 439
5 mengalami penurunan yakni sebesar 23 UUS, yang artinya sudah berdiri
sendiri menjadi BUS, tahun 2011-2012 terdapat 24 UUS dan kemudian pada tahun 2013-2014 kembali mengalami penurunan menjadi 23 UUS. Pada tahun
2009 terdapat 138 BPRS, tahun 2010 terdapat 150 BPRS, tahun 2011 terdapat 155 BPRS, tahun 2012 terdapat 158 BPRS dan pada tahun 2013 meningkat
menjadi 163 BPRS. Kemudian di tahun 2014 terdapat 163 BPRS yang di mana sama dengan tahun sebelumnya.
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu pemain dalam industri perbankan syariah dan eksis sejak November 1999. Pada awal berdiri aset
Bank Syariah Mandiri hanya Rp 448 milyar dan pada tanggal 30 juni 2015 total aset mencapai 66,953 triliun Laporan BSM Triwulan II 2015.
Pangsa pasar Bank Syariah Mandiri diantara bank syariah, saat ini merupakan yang terbesar yang tersebar di dunia yakni 37,3 juta orang menjadi
modal strategis bagi perbankan syariah syariahmandiri.co.id Nasabah merupakan aset utama bagi pertumbuhan perbankan syariah.
Melalui nasabah maka bank syariah dapat memperoleh dana dari masyarakat untuk selanjutnya diputar kembali untuk menghidupkan sektor riil. Peran bank
syariah yang utama diharapkan dapat memfasilitasi pengusaha kecil dan menengah supaya dapat mengembangkan usahanya. Perbankan syariah
memerlukan strategi dan taktik untuk dapat menarik nasabah baru. Namun hal yang terpenting adalah siasat yang dilakukan bank syariah supaya dapat
memberikan pelayanan yang optimal bagi nasabah. Tujuannya supaya nasabah selalu dapat merasakan kepuasan ketika bertransaksi dengan bank syariah.
6 Kepuasan nasabah merupakan salah satu faktor penting yang
memerlukan perhatian dari pihak internal bank syariah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arief Perdana Erlangga mengenai
“pengaruh kualitas pelayanan Bank Syariah Mandiri terhadap kepuasan nasabah melalui
pendekatan Zone Of Tolerance ” dinyatakan bahwa Survei yang dilakukan
Divisi Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Kinerja 2008. Bank Syariah Mandiri menunjukkan nasabah secara keseluruhan belum mendapatkan
kepuasan optimal terhadap Bank Syariah Mandiri. Pengukuran yang dilakukan Bank Syariah Mandiri menyatakan bahwa nasabah yang telah puas akan
menghasilkan Indeks Kepuasan Optimal 85. Tingkat kepuasan nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri secara nasional masih memerlukan perbaikan
tingkat kepuasan nasabah Bank Syariah Mandiri secara nasional berada pada indeks 76.82. Satu-satunya wilayah yang hampir mencapai tingkat kepuasan
optimal adalah nasabah Bank Syariah Mandiri di wilayah Sumatera Selatan indeks =81.70. Untuk itu, masih diperlukan sedikit peningkatan agar
kepuasan optimal nasabah di daerah tersebut terpenuhi. Lima provinsi lain Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan,
Sumatera Utara, dan DI Yogyakarta masih memerlukan perbaikan sebagaimana kondisi nasional untuk mencapai tingkat kepuasan optimal
nasabah. Rata-rata indeks kepuasan optimal nasabah Bank Syariah Mandiri di kelima provinsi diatas adalah 77.45. Sedangkan di wilayah Jabodetabek dan
Provinsi Jawa Barat serta Jawa Timur dengan Indeks Kepuasan berturut-turut adalah sebesar 74.55, 74.75, dan 74.73. Wilayah Jabodetabek dan kedua
7 propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur bahkan memerlukan perubahan dari
kondisi saat ini agar nasabah dapat memperoleh kepuasan optimal. Permasalahan juga timbul akibat kualitas pelayanan dalam menangani
masalah yang kurang baik sehingga mengakibatkan nasabah tidak merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan kemudian kendala perbedaan persepsi
dalam Customer value yang diberikan oleh bank dan yang dirasakan oleh nasabah.
Terlalu banyak perusahaan layanan yang berfokus pada jumlah pelanggan yang mereka layani tanpa memberikan perhatian yang cukup pada
nilai masing – masing pelanggan. Secara umum, pengguna rutin yang membeli
lebih sering dan dengan volume yang lebih besar biasanya menguntungkan ketimbang pengguna yang datang sesekali Lovelock dkk, 2011:85-86.
Menurut Roger Hallowell dalam Lovelock 2011:86 menegaskan Populasi suatu nasabah bank tidak diragukan lagi terdiri dari para individu
yang tidak bisa terpuaskan, meskipun bank mampu memberikan tingkat layanan dan harga yang pantas, atau tidak pernah menguntungkan, yakni
kegiatan bank mereka penggunaan sumber daya yang mereka habiskan dibandingkan dengan pedapatan yang mereka berikan. Bank apa pun
seharusnya bijak menargetkan dan melayani hanya pelanggan yang kebutuhannya dapat dipenuhi secara lebih baik ketimbang pesaing sembari
mencapai keuntungan. Pelanggan yang seperti inilah yang akan bertahan dengan bank tersebut dalam jangka waktu yang panjang, yang akan membeli
beragam produk dan layanan, yang akan merekomendasikan bank itu kepada
8 teman dan relasi mereka, dan mungkin menjadi sumber pengembalian unggul
bagi pemegang saham bank.