249 532.102
202.461 1.642.157
1.400.539 25.197.168
22.325.127
20.202 8.852
1.449.178 1.837.189
7.282.892 5.834.147
- 4.535
14.537.940 13.094.048
9.730 6.050
60 60
558.847 213.977
1.642.157 1.400.539
1. Treasury
Divisi Treasury selain bertanggung jawab dalam pengelolaan dana atau likuiditas bank, juga menyediakan jasa pengembangan transaksi valuta asing, khususnya kepada nasabah yang sering melakukan transaksi keuangan
luar negeri dan menyediakan pula fasilitas pengadaan transaksi pasar uang, seperti jual beli surat berharga berupa Obligasi dan instrumen-instrumen Fixed Income lainnya. Jenis transaksi valuta asing yang ditawarkan antara lain
dalam bentuk Bank Note, Spot, Swap dan Forward. Produk-produk treasury disediakan untuk kepentingan nasabah terutama digunakan oleh perusahaan-perusahaan
besar yang melakukan hedging maupun perdagangan trading. Mengingat sifat produk treasury yang sangat rumit dan memiliki risiko yang tinggi, Perseroan senantiasa menetapkan pembatasan dan pengawasan yang ketat.
Setiap produk yang ditransaksikan harus mendapat persetujuan dari Komite Kredit. Demikian pula dengan nasabah yang akan melakukan transaksi, mereka harus terlebih dahulu mendapat fasilitas atas transaksi tersebut
dari Komite Kredit. Untuk memperoleh fasilitas, nasabah juga diharuskan untuk menandatangani Surat Perjanjian yang dibuat secara khusus.
2.
Jasa-jasa Perbankan Lainnya
Perseroan juga menyediakan berbagai jasa untuk memperlancar arus pembayaran nasabah antara lain berupa: Kliring, Transfer, RTGS, Pembayaran Tagihan, ATM Victoria, Auto Save, Auto Debet, Western Union, SKBDN
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri dan Bank Garansi. Perseroan juga telah mengembangkan produk-produk e-Banking yaitu mobile banking, internet banking, EDC dan
CHIP ATM Card. Perseroan bekerja sama dalam memasarkan produk asuransi bancassurance, yaitu VIP Pro, VIP Super Plan,
VIP Maxima Link, VIP Family Plan, dan VIP Lifestyle Protector. Selain itu, Perseroan bekerja sama dalam pemasaran produk reksadana, yaitu VIP SuperPlan.
PEMASARAN DAN OPERASIONAL
Untuk dapat meningkatkan pangsa pasarnya, secara umum, Perseroan telah mempersiapkan strategi pemasaran produk dan jasanya. Strategi pemasaran Perseroan difokuskan pada konsep pemasaran langsung direct
marketing yang ditunjang dengan kegiatan pemasaran yang tidak langsung indirect marketing. Strategi pemasaran Perseroan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemasaran Langsung Direct Marketing
Konsep pemasaran langsung merupakan upaya maupun kegiatan pemasaran yang memberikan dampak langsung kepada nasabah. Konsep pemasaran ini antara lain dilakukan melalui pemberian hadiah langsung
kepada nasabah New to Bank NTB sesuai nilai portofolio yang ditanamkan. Melalui program tersebut, nasabah NTB yang memutuskan menjadi nasabah loyal Perseroan dapat menerima manfaat secara
langsung. Nasabah NTB menjadi direct sekaligus end-receiver dari program pemasaran yang dijalankan. Selain memberikan manfaat bagi nasabah, program pemasaran tersebut ditujukan untuk memaksimalkan
biaya pemasaran dan mencapai target akuisisi nasabah customer acquisition. Program pemasaran yang difokuskan melalui promosi tabungan VIP Safe tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan dana current
account saving account CASA sebagai alternatif dana murah bagi Perseroan dan untuk meningkatkan segmen mass affluent, seperti pekerja kantoran maupun ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan tabungan VIP
Safe merupakan produk tabungan unggulan Perseroan yang memberikan suku bunga yang menarik serta perlindungan asuransi kepada nasabah, berupa asuransi kecelakaan maupun cacat tetap.
250
Secara bertahap Bank secara terus menerus berupaya untuk menurunkan porsi Deposito dan meningkatkan porsi dari CASA. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga secara umum akan difokuskan kepada deposan retail
dan berdana murah. Adapun beberapa kunci strategi yang akan diterapkan oleh Bank adalah sebagai berikut :
• Strategi Produk Product Strategy -
Memperkenalkan produk CASA dan Deposito valas USD other major currency -
Mendapatkan ijin APERD dengan mempersiapkan Administrasi dan System -
Memasarkan Chip Card ATM -
Meluncurkan Cash Management dan Virtual Account -
Mendorong penjualan VIP Safe, V-Plan, V88 -
Memasarkan fitur baru VIP Giro -
Mewajibkan rekening tabungan untuk pembukaan Deposito -
Memperkenalkan beberapa bundling program tabungan, deposito dan produk asuransi -
Meluncurkan beberapa produk dan program wealth mangement seperti Bancassurance regular premium untuk meningkatkan fee based Income Bank
- Memasarkan produk Mutual Fund
• Strategi Pemasaran Marketing Strategy -
Melakukan kegiatan sosialisasi perbankan melalui CSR dan atau edukasi terhadap masyarakat -
Setiap Cluster akan mengadakan customer event setiap bulannya untuk memperkenalkan produk unggulan Bank, terutama VIP Safe
- Melakukan aktivitas customer gathering untuk produk – produk Wealth Management
- Bekerjasama dalam hal referensi produk Bancassurance
- Memperkenalkan layanan Call Center Bank
• Strategi Penjualan Sales Strategy -
Meningkatkan produktivitas Pimpinan Cabang Marketing Officer dalam pencapaian DPK NTB melalui laporan, monitoring dan mentoring harian
- Mengurangi porsi deposan inti dengan memperbanyak porsi deposan retail agar DPK portfolio tidak
hanya dominasi oleh deposan inti -
Cabang melakukan aktivitas cross selling kepada Debitur dan Deposan KorporasiKomersial untuk menjual produk Deposito VIP Safe kepada karyawan.
- Mendorong cabang untuk melakukan aktivitas sales yang lebih agresif dengan cara referral, cross-
selling dan portfolio deepening -
Mengaktivasikan nasabah yang sudah dormant ataupun zero balance dengan memberikan informasi rate deposito yang up-to-date, fitur produk VIP Safe, dan cross-selling kepada produk
Wealth Management -
Setiap Cluster mengadakan program OTO minimal satu kali dalam satu bulan -
Meningkatkan profitabilitas bank melalui cross-selling penjualan produk Bancassurance Wealth Management
b. Pemasaran Tidak Langsung Indirect Marketing Kegiatan pemasaran tidak langsung dilakukan melalui media massa surat kabar dan radio maupun airport
branding, seperti di terminal kedatangan 2F Bandara Soekarno Hatta. Informasi yang disampaikan melalui media massa dan airport branding tersebut mencakup program pemasaran langsung, pencapaian Perseroan,
serta kegiatan media sosial, seperti Facebook Perseroan yang memberikan kesempatan bagi pengunjung airport untuk dapat mengikuti kompetisi di Facebook Perseroan dan memenangkan hadiah gadget setiap
bulannya. Kegiatan-kegiatan tersebut dijalankan sebagai upaya untuk memberikan interaksi langsung dan dua arah dengan calon nasabah maupun nasabah Perseroan di platform social media sehingga Bank menjadi
lebih relevan dan dekat dengan nasabah maupun masyarakat luas.
Manajemen Perseroan berpendapat bahwa kunci keberhasilan perusahaan yang bergerak dalam industri perbankan dengan iklim persaingan yang ketat dewasa ini dan di masa mendatang terletak pada profesionalisme
dan dedikasi dari seluruh jajaran karyawan, mulai dari front office, back office hingga tingkat manajemen pengambil
251
•
•
• keputusan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah marketing oriented. Selain itu,
menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan terpadu sangatlah penting untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dalam industri perbankan Indonesia.
Dengan penguatan infrastruktur dan pengembangan kualitas SDM tersebut, diharapkan bisa menjadi pondasi yang kokoh menuju perbaikan layanan dan peningkatan kepuasan nasabah, yang pada akhirnya akan berdampak
positif bagi kinerja keuangan Perseroan. Sejalan dengan hal tersebut, pengembangan beragam produk ritel- konsumer pun terus dilakukan dan disinergikan dengan strategi pemasaran yang efektif, termasuk melalui cross-
selling antar produk. TINGKAT KESEHATAN
Regulator senantiasa mendorong terciptanya iklim perbankan yang sehat dengan memonitor setiap perkembangan bank dan mewajibkan setiap bank untuk melaporkan posisi tingkat kesehatan setiap enam bulan
sebagaimana diatur dalam POJK No. 4POJK.032016 tanggal 26 Januari 2016 dan SEOJK
No. 14SEOJK.03242017 tanggal 17 Maret 2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Perhitungan tingkat kesehatan ini mencakup aspek-aspek Profil Risiko, Good Corporate Governance, Rentabilitas, dan
Permodalan. Regulator senantiasa mendorong terciptanya iklim perbankan yang sehat dengan memonitor setiap
perkembangan bank dan mewajibkan setiap bank untuk melaporkan posisi tingkat kesehatan setiap enam bulan sebagaimana diatur dalam POJK No. 4POJK.032016 tanggal 26 Januari 2016 dan SEBI No. 1324DPNP tanggal
25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Perhitungan tingkat kesehatan ini mencakup aspek-aspek Profil Risiko, Good Corporate Governance, Rentabilitas, dan Permodalan.
Dalam menjaga tingkat kesehatannya Perseroan senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatannya usahanya dengan berpedoman pada ketentuan yang telah digariskan oleh Regulator. Berdasarkan
ketentuan tersebut
Perseroan
telah melakukan penilaian tingkat kesehatan secara self assessment dan memperoleh peringkat nilai komposit 2 Sehat selama 5 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2012 hingga 2016.
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BMPK Untuk menghindari pemberian kredit secara terkonsentrasi kepada satu Debitur atau kelompok peminjam tertentu,
Bank Indonesia mengatur mengenai pembatasan persentase pemberian kredit kepada satu pihak atau satu kelompok terhadap total modal yang dimiliki bank.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31177KEPDIR tanggal 31 Desember 1998 dan selanjutnya diatur dengan Peraturan Bank Indonesia No. 216PBI2000 tanggal 12 Juni 2000, BMPK kepada pihak
yang terkait dengan bank ditetapkan setinggi-tingginya 10 dari modal bank dan kepada pihak yang tidak terkait setinggi-tingginya 20 dari modal Bank.
Ketentuan tersebut kemudian diubah melalui Peraturan Bank Indonesia No 73PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 dan Peraturan Bank Indonesia No. 813PBI2006 tanggal 05 Oktober 2006 dengan ketentuan dimana BMPK
terhadap pihak terkait setinggi-tingginya 10 dari modal Bank. Untuk BMPK kepada 1 satu peminjam yang bukan merupakan pihak terkait ditetapkan paling tinggi 20 dari modal bank dan BMPK kepada 1 satu kelompok
peminjam yang bukan merupakan pihak terkait ditetapkan paling tinggi 25 dari modal bank. GIRO WAJIB MINIMUM GWM
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1721PBI2015 tanggal 26 November 2015 yang berlaku efektif sejak 1 Desember 2015, tentang Perubahan kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1515PBI2013
tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum bagi Bank Umum konvensional dalam Rupiah dan Valuta Asing, setiap bank di Indonesia diwajibkan mempunyai saldo giro minimum di Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas. Giro
Wajib Minimum GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM Primer ditetapkan sebesar 7,5 dan GWM Sekunder ditetapkan sebesar 4, serta GWM Loan to Deposit ratio LDR sebesar perhitungan antara parameter disinsentif
252
bawah atau parameter disinsentif atas dengan selisih antara LDR bank dan LDR target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM bank dan KPMM Insentif. GWM dalam Dollar
Amerika Serikat ditetapkan sebesar 8. Berdasarkan ketentuan tersebut besarnya GWM bagi setiap bank dibedakan berdasarkan 2 kriteria utama yaitu:
i.
besarnya jumlah Dana Pihak Ketiga yang dihimpun ii. besarnya rasio kredit terhadap dana pihak ketiga LDR bank yang bersangkutan.
Berikut adalah tingkat GWM Perseroan dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015:
Keterangan 31 Desember
2016 2015
Ketentuan BI 7,50
7,50 GWM Rupiah
7,52 8,35
RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM CAR Berdasarkan POJK No. 11POJK.032016, diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8,00 dari
Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR dan Modal Inti sebesar 4,50 dari ATMR. Berdasarkan Peraturan ini, Perseroan yang memiliki total asset Rp10.000.000.000.000,- sepuluh triliun Rupiah atau lebih, Perseroan yang
melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan posisi instrumen keuangan berupa surat berharga danatau transaksi derivatif dalam trading book value sebesar Rp20.000.000.000 dua puluh miliar Rupiah atau lebih, dan
Perseroan bukan Bank devisa dengan posisi instrumen keuangan berupa surat berharga danatau transaksi derivatif suku bunga dalam Trading Book sebesar Rp 25.000.000.000,00 dua puluh lima miliar rupiah wajib
memperhitungkan risiko pasar dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dihitung dengan cara membagi modal dengan ATMR. Pengertian
modal menurut Peraturan Bank Indonesia ini meliputi Modal Inti Tier I dan Modal Pelengkap Tier II. Perseroan yang telah memperhitungkan risiko pasar dalam perhitungan CAR dapat pula memperhitungkan Modal Pelengkap
Tambahan Tier III. Besarnya Modal Pelengkap hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi-tingginya 100 dari jumlah Modal Inti.
ATMR terdiri dari aset neraca dan beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontijensi yang diberikan bobot sesuai kadar risiko. Bobot risiko untuk masing-masing aset ditentukan oleh Bank Indonesia. Apabila CAR
suatu bank lebih rendah 8,00, maka Bank Indonesia dapat meminta pemegang saham bank untuk menyuntikkan dana hingga kebutuhan CAR minimum terpenuhi. Jika berdasarkan evaluasi Bank Indonesia, CAR suatu Bank
Umum berada di bawah 8,00, jumlah GWM dalam Rupiah kurang dari 8,00 atau mengalami permasalahan likuiditas yang mendasar bank dapat dikategorikan sebagai Bank dalam Pengawasan Khusus. Terhadap Bank
yang termasuk dalam kategori Bank Indonesia dapat mengambil tindakan antara lain dengan: i. Bank dilarang untuk mendistribusikan modal;
ii. Bank dilarang untuk melakukan pembayaran atas pinjaman; iii. Bank dilarang melakukan transaksi dengan dengan pihak terafiliasi atau pihak lain yang ditentukan oleh Bank
Indonesia, kecuali telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia; iv. Bank diharuskan untuk memberikan laporan atas perubahan kepemilikan saham kepada Bank Indonesia;
i. Bank dilarang untuk menjual aset atau meningkatkan komitmen dan kontijensi tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali antara lain Sertifikat Bank Indonesia, giro pada Bank Indonesia, tagihan
antar bank dan Surat Utang Pemerintah.
253
Adapun CAR Perseroan setelah memperhitungkan risiko pasar pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015:
Keterangan 31 Desember
2016 2015
CAR Risiko Kredit, Operasional dan Pasar
24,58 19,30
CAR Risiko Kredit dan Operasional 26,18
20,38
Posisi CAR yang cukup tinggi dan berada diatas ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8,00 membuktikan bahwa Perseroan mempunyai dukungan permodalan yang memadai untuk pengembangan
kegiatan usahanya. RASIO LIKUIDITAS RASIO ANTARA PINJAMAN DENGAN DANA PIHAK KETIGA LDR
Dalam menjalankan operasinya Perseroan mengharapkan peningkatan kredit yang bersifat realistik dan konservatif, untuk mengantisipasi agar tingkat LDR Loan to Deposit ratio tetap dalam kriteria sehat sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia No. 1219PBI2010, Bank Indonesia menentukan posisi LDR pada kisaran batas bawah 78 dan batas atas 100.
Tabel berikut menggambarkan Rasio Pinjaman terhadap Dana Pihak Ketiga LDRRasio Likuiditas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015:
Keterangan 31 Desember
2016 2015
Loans to Deposits Ratio LDR 68,38
70,1
NON PERFORMING LOANS NPL Perseroan berkewajiban untuk menjaga rasio kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet terhadap total
aktiva produktif Non Performing Loans selalu dibawah 5. Berikut adalah tabel posisi Non Performing Loans NPL - Bersih Perseroan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015:
Keterangan 31 Desember
2016 2015
NPL – Bersih 2,37
3,93 NPL – Gross
3,89 4,48
NPL – menurut ketentuan BI 5,00
5,00
Rasio –Rasio Rentabilitas Perseroan untuk tahun per 31 Desember 2016 dan 2015:
Keterangan 31 Desember
2016 2015
ROA 0,5
0,53 ROE
5,07 5,78
NIM ,53
2,08 BOPO
94,30 93,89
254
PERINGKAT BANK Peraturan Bank Indonesia No. 131PBI2011 tanggal 5 Januari 2011 mewajibkan bank-bank untuk mendasarkan
usaha mereka pada prinsip kehati-hatian dengan tujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan peringkat bank mereka dan untuk melakukan penilaian sendiri atas peringkat bank setiap semester. Peringkat bank adalah
peringkat kualitatif terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi keadaan atau pelaksanaan bank dengan peringkat kuantitatif dan atau kualitatif atas faktor-faktor berikut:
• Permodalan; • Good corporate governance;
• Risiko; dan • Pendapatan.
Peringkat komposit ditetapkan berdasarkan penilaian atas masing-masing faktor di atas. Terdapat lima peringkat komposit:
• Peringkat komposit 1, mencerminkan bahwa bank dalam kondisi sangat sehat dan mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya;
• Peringkat komposit 2, mencerminkan bahwa bank dalam kondisi sehat dan mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya;
• Peringkat komposit 3, mencerminkan bahwa bank dalam kondisi cukup sehat dan mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya;
• Peringkat komposit 4, mencerminkan bahwa bank dalam kondisi kurang sehat dan kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya; dan
• Peringkat komposit 5, mencerminkan bahwa bank dalam kondisi tidak sehat dan diyakini tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan dari Bank Indonesia yang dilakukan secara self assessment, berturut- turut tingkat kesehatan Perseroan tanggal 31 Desember 2016, 2015, 2014, 2013 dan 2012 masing-masing
memperoleh nilai komposit 2. TEKNOLOGI
Perencanaan strategis IT untuk mendorong rencana bisnis bank secara keseluruhan dalam memberikan dukungan teknologi informasi, haruslah dapat memberikan produk teknologi yang inovatif yang dapat mendukung
kebutuhan bisnis bank dalam memberikan layanan dan keamanan kepada nasabah. Dengan membangun teknologi sistem informasi yang terkini sejalan degan bisnis bank sehingga memberikan kemudahan akses,
keamanan bertransaksi, membantu layanan back office dalam mendukung operasional bisnis bank dan dapat memberikan effisiensi biaya operasional dalam mendukung ekspansi bisnis bank yang lebih agresif, hal ini
merupakan target dari pengembangan sistem informasi teknologi di Bank Victoria. Sejalan dengan hal tersebut maka untuk menunjang kebutuhan bisnis bank dalam menaikan status dari bank
umum menjadi “bank devisa” maka Divisi Teknologi Informasi dengan melakukan pengembangan yang utama saat ini adalah merelokasi Data Center DC dan Data Recovery Center DRC yang akan digunakan sebagai
payment sistem dan operasional bank back office diluar system corebanking yang nantinya dapat digunakan untuk memberikan layanan product-product e-channel Digital Banking, Branchless Banking, Customer Delivery
Sisstem serta Payment Sistem yg terintegrasi dengan Core sistem yang lebih inovatif dari saat ini. Selain itu juga di kembangkan corebanking untuk mampu mengakomodir transaksi dalam mata uang valas, selain itu juga akan
direncanakan melakukan pengembangan tambahan untuk dapat interface dengan aplikasi pihak ketiga seperti SWIFT, Bloomberg, yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan bisnis yang berjalan.
Selanjutnya dalam meningkatkan security awarness dan sejalan dengan rencana badan regulator bank sentral Divisi Teknologi Informasi sudah melakukan upgrading sistem kartu ATM dari yang berbasis Magnetic ke berbasis
Chip EMV. Terkait dengan security awarnes ini juga bank sudah melakukan sertifikasi pengujian infrastruktur, aplikasi dan Jaringan baik internal dan external dengan melakukan PENTEST termasuk REMEDIASI secara
255
• •
• •
• •
• •
•
umum menjadi “bank devisa” maka Divisi Teknologi Informasi dengan melakukan pengembangan yang utama regular dari tahun 2014oleh pihak ketiga secara independen dan akan terus dilakukan pada tahun 2017 dan tahun-
tahun selanjutnya, hal ini untuk meyakinkan bahwa infrastruktur, aplikasi dan jaringan Bank Victoria sudah memiliki tingkat security yang baik dan sejalan dengan aturan kebijakan regulator bank central.
Dan terkait untuk mendukung bisnis bank yang berfokus pada segmentasi retail pada tahun 2016 sudah meluncurkan Internet Banking Mobile Banking yang dapat mempermudah nasabah melakukan transaksi
banking dimana pun nasabah berada dengan didukung keamanan security yang tinggi dari VeriSign Secured System dan Mobile Token Sistem, maka pada tahun 2017 bank juga berencana akan melakukan pengembangan
Module Loan yang ada saat ini dengan kebutuhan perkembangan segmentasi retail yang lebih variatif, serta berencana mengimplementasikan E-Account dan Cash Management termasuk Virtual Account, EDC Sistem
untuk mendukung M-Kios dan Paymen Sistem, Wealth Management System WMS. Untuk mendukung customer experience, dalam meningkatkan layanan nasabah dan mendekatkan bank kepada
nasabahnya Divisi Teknologi Informasi juga akan membangun sistem Call Center Sistem yang berbasis kepada IVR yang langsung terkoneksi secara host to host sehingga memudahkan nasabah untuk melakukan pergantian
PIN ATM, Cek Saldo, Inquery Saldo dan personalisasi nasabah private banking juga dikembangkan yang lebih baik. Sehingga memudahkan nasabah dalam meningkatkan keamanan kartu atm dan bertransaksi.
Rencana pengembangan system informasi manajemen, pada dasarnya seluruh Pengurus Bank Direksi dan Dewan Komisaris sangat concern dengan pengembangan fungsi sistem informasi Manajemen
MIS – Management Information System sebagai landasan dasar dalam setiap pengambilan keputusan strategis Bank kedepan. Secara umum fungsi MIS ini dapat dibedakan menjadi dua Bagian yaitu : 1. MIS untuk keperluan
pemenuhan regulasi perbankan dan 2. Untuk keperluan internal terkait sistem informasi manajemen. Baik Direksi dan Dewan Komisaris sepakat untuk membudayakan manajemen informasi system sebagai salah
satu faktor acuan dalam setiap pengambilan keputusan. Oleh karenanya kualitas dan keakuratan informasi laporan keuangan memiliki peran yang amat krusial baik untuk konsumsi pihak intern maupun pihak eksternal.
Untuk mengakomodasi hal tersebut, maka kedepannya Divisi IT bersama Divisi yang terkait akan mengembangkan datawarehouseyang nantinya dapat sebagai “Single View Data of the Business Analytic”.
Pengembangan datawarehouse ini diperuntukan untuk sebagai : 1.
Menyediakan sumber data yang tunggal dan terintegrasi provide single data integrated repository 2.
Dapat dengan mudah dan cepat dalam memberikan data untuk pengambilan keputusan 3.
Untuk dapat lebih mudah dan fokus terhadap pemecahan masalah, sbb: •
Data Konsolidasi •
Risk Compilance serta financial management •
Customer insight marketing effectiveness •
KPI ASURANSI
Seluruh asetharta kekayaan berupa bangunan serta kendaraan bermotor tersebut telah diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang memadai untuk mengganti obyek yang diasuransikan atau menutup
risiko yang dipertanggungkan Perseroan.
No. Nama Asuransi
Total Nilai Rp.
1. Property All Risk
PT Victoria Insurance 117.665.142.000
2. Cash In Transit
PT Victoria Insurance 1.005.000.000.000
256
No. Nama Asuransi
Total Nilai Rp.
3. Cash In Safe
PT Victoria Insurance 57.150.000.000
4. Kendaraan Bermotor
PT Victoria Insurance 23.644.000.000
MANAJEMEN RISIKO, KEPATUHAN DAN PENGENDALIAN INTERN Sistem manajemen risiko Perseroan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia tentang penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum,sesuai Surat Edaran SE Bank Indonesia No. 1323DPNP, yang dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2011, dan dokumen terkait lainnya dari Komite Basel tentang Pengawasan Perbankan
Banking, terutama sesuai dengan Basel II, maka Perseroan melaksanakan pengawasan dan audit intern dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
1.
Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan Manajemen Risiko dilakukan melalui implementasi manajemen risiko pada setiap aktivitas operasional bank sehingga manajemen risiko mampu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap aktivitas operasional
Perseroan dan melalui pengelolaan permodalan Perseroan agar mampu menyerap risiko yang dihadapi Perseroan serta sesuai dengan persyaratan regulator. Dalam praktiknya, Perseroan dalam menerapkan manajemen risiko
dilakukan secara menyeluruh yang mencakup 8 delapan jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Statejik, Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi. Kerangka