UMUM IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING

40

A. UMUM

Kondisi ekonomi makro Indonesia dalam tiga tahun terakhir dipenuhi tantangan dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat sampai dengan semester II-2015 serta pasar finansial yang volatil di tengah isu kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat AS, Fed Fund Rate. Perekonomian nasional dalam tren perlambatan sejak mencapai rekor tertinggi di era reformasi sebesar 6,5 year-on-yearyoy pada 2011 dan 6,23 yoy pada 2012. Perlambatan menjadi semakin dalam sejak kenaikan BI Rate sebesar 175 bps dalam tempo lima bulan di tahun 2013. Pada tahun 2015, ekonomi hanya tumbuh 4,79 yoy atau hampir menyamai level pertumbuhan sebelum 2004. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 juga belum menunjukkan perbaikan secara signifikan, meskipun telah dilakukan stimulus fiskal dan relaksasi kebijakan makroprudensial. Perekonomian Indonesia tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp11.540,8 triliun atau tumbuh sebesar 4,79 dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tersebut melambat bila dibanding tahun 2014 yang sebesar 5,02. Dari sisi sektoral lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, serta jasa lainnya. Sektor informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 10,06, sektor jasa keuangan dan asuransi tumbuh sebesar 8,53, serta sektor jasa lainnya tumbuh sebesar 8,08. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah berasal dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan listrik dan gas, serta sektor perdagangan besar dan eceran yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar -5,08, 1,21, dan 2,47. Kondisi tersebut berpengaruh pada pertumbuhan kredit bank umum juga turut melambat dari 24,59 yoy [2011] menjadi hanya 10,44 yoy [2015]. Demikian pula dengan pertumbuhan pendapatan bunganya yang melambat menjadi hanya 13,84 yoy [2015] dari 44,83 yoy [2011]. Di sisi lain, kenaikan BI Rate mendorong kenaikan suku bunga pasar uang antarbank dan meningkatnya persaingan penghimpunan dana serta menaikkan biaya dana dan beban bunga perbankan. Beban bunga melonjak dari turun 1,03 yoy [2012] menjadi naik 36,59 yoy [2014] kendati kemudian melambat menjadi 15,12 yoy [2015]. Kenaikan biaya dana di tengah melambatnya pendapatan bunga dan kredit tadi menyebabkan melambatnya penghimpunan dana dan, dengan demikian, kenaikan total aset. Kenaikan dana pihak ketiga DPK melambat dari 19,07 yoy [2011] menjadi 7,26 yoy [2015]. Peningkatan total aset melambat dari 21,54 yoy [2011] menjadi 9,21 yoy [2015]. Konsekuensi yang terjadi adalah saat ekonomi melambat, masalah di sektor pinjaman mulai muncul. Data terakhir dari BI menunjukkan bahwa rasio NPL sistem perbankan dan Pinjaman Dalam Perhatian Khusus telat belum mencapai 90 hari telah mencapai level tertinggi sejak awal 2014. Per Maret 2016, rasio NPL perbankan Indonesia adalah sebesar 2,8 lebih tinggi dibandingkan 2,5 pada Desember 2015. Rasio Pinjaman Dalam Perhatian Khusus di bulan Maret 2016 adalah sebesar 5,8 lebih tinggi dibandingkan level per Desember 2015 yaitu sebesar 4,9 persen lebih fluktuatif dibandingkan dengan rasio NPL. Menurut prediksi Bank Indonesia BI, perekonomian Indonesia akan semakin membaik pada tahun 2016. Meski perekonomian global masih diselimuti ketidakpastian, namun BI optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5,4-5,5. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada sektor perbankan. Seperti diketahui, tahun 2014 dianggap sebagai tahun yang sulit bagi sejumlah pelaku bisnis tidak terkecuali sektor perbankan. Namun dengan sejumlah kepiawaian perbankan nasional dalam meracik bisnis, sektor perbankan optimis menatap potensi bisnis di 2017 yang lebih baik. Menyikapi hal tersebut, industri perbankan harus memacu pertumbuhan dana pihak ketiga DPK agar mampu mengimbangi pertumbuhan kredit yang terus tumbuh. Upaya untuk menarik lebih banyak dana murah masih realistis dilakukan. Sayangnya komposisi deposito yang dominan justru kerap merepotkan bank lantaran beban bunga yang besar. Kendati demikian, secara umum industri perbankan pada tahun 2016 masih memiiki peluang dan prospek yang sangat baik.

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN