Kepatuhan Prospektus Bank Victoria(3)

256 No. Nama Asuransi Total Nilai Rp. 3. Cash In Safe PT Victoria Insurance 57.150.000.000 4. Kendaraan Bermotor PT Victoria Insurance 23.644.000.000 MANAJEMEN RISIKO, KEPATUHAN DAN PENGENDALIAN INTERN Sistem manajemen risiko Perseroan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia tentang penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum,sesuai Surat Edaran SE Bank Indonesia No. 1323DPNP, yang dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2011, dan dokumen terkait lainnya dari Komite Basel tentang Pengawasan Perbankan Banking, terutama sesuai dengan Basel II, maka Perseroan melaksanakan pengawasan dan audit intern dalam melakukan kegiatan operasionalnya. 1. Penerapan Manajemen Risiko Penerapan Manajemen Risiko dilakukan melalui implementasi manajemen risiko pada setiap aktivitas operasional bank sehingga manajemen risiko mampu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap aktivitas operasional Perseroan dan melalui pengelolaan permodalan Perseroan agar mampu menyerap risiko yang dihadapi Perseroan serta sesuai dengan persyaratan regulator. Dalam praktiknya, Perseroan dalam menerapkan manajemen risiko dilakukan secara menyeluruh yang mencakup 8 delapan jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Statejik, Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi. Kerangka tersebut menempatkan manajemen risiko sebagai elemen penting dalam kegiatan usaha Perseroan melalui penerapan 4 empat pilar pengelolaan risiko yang terdiri dari: a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit. c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko. d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

2. Kepatuhan

Dalam rangka meningkatkan efektifitas penerapan Fungsi Kepatuhan, agar sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku, maka Bank Victoria, baik sebagai individu maupun terintegrasi Konglomerasi Keuangan Grup Victoria dan sebagai Entitas Utama, telah menetapkan tugas dan tanggung jawab pada Divisi yang membawahi Fungsi Kepatuhan dalam berbagai rencana dan langkah strategis untuk: a. Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank; b. Mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi oleh Bank; c. Memastikan agar kebijakan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia BI dan atau Otoritas Jasa Keuangan OJK serta peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada BI danatau OJK serta pengawas lain yang berwenang. Dalam penerapan tugas dan tanggung jawab dimaksud, termasuk juga menetapkan langkah-langkah yang bersifat ex-ante preventif untuk memitigasi risiko dalam penerapan kegiatan usaha Bank dan penyempurnaan serta pengembangan secara efektif sesuai best practice terkini. 257 PENGENDALIAN INTERN Sistem pengendalian intern Perseroan telah sesuai dengan Internal Control Integrated Framework yang dikembangkan oleh The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission COSO di tahun 2013. Tujuan pengendalian intern menurut COSO meliputi tujuan operasional, tujuan pelaporan dan tujuan kepatuhan. Hal ini sesuai dengan tujuan sistem pengendalian intern Perseroan yang telah diuraikan di atas. Menurut COSO, unsur-unsur pengendalian intern meliputi komponen-komponen sebagai berikut: a. Lingkungan pengendalian; b. Penilaian risiko; c. Kegiatan pengendalian; d. Informasi dan Komunikasi; e. Kegiatan pemonitoran Kelima unsur pengendalian intern menurut COSO sejalan dengan Elemen Sistem Pengendalian Intern Bank menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.522DPNP Tentang Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi Bank Umum tanggal 29 September 2003. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERSEROAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Perseroan mendukung pengembangan komunitas yang berada di lokasi operasional cabang - cabang Perseroan di seluruh Indonesia. Aktivitas tanggung jawab sosial atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility CSR Perseroan yang terkait dengan lingkungan hidup, ketenagakerjaan, kesehatan, keselamatan kerja K3 , pengembangan sosial dan masyarakat, dan tanggung jawab kepada nasabah. Program CSR dilaksanakan tidak hanya sekedar bersifat “charity” semata. Perseroan melaksanakan kegiatan CSR sebagai sebuah aktivitas yang tak terpisahkan dan dilaksanakan secara transparan, akuntabel, berkesinambungan, sejalan dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip pengelolaan dari kegiatan dan program CSR merujuk kepada peraturan perundang - undangan yang berlaku diantaranya adalah Undang - Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas dimana tanggung jawab sosial dan lingkungan menjadi komitmen Bank untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Program kegiatan CSR Perseroan terbagi dalam 3 tiga bidang kegiatan, yaitu : 1. Program Pendidikan, yang diberikan dalam bentuk beasiswa kepada anak-anak Almarhum Karyawan Perseroan dalam rangka membantu dan meringankan biaya sekolah agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2. Program Kesehatan, yang dilaksanakan dalam bentuk donor darah bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia. 3. Program Keagamaan, yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Raya Keagamaan dan diberikan dalam bentuk santunan kepada panti asuhan dan bantuan peralatan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. PERSAINGAN USAHA DAN STRATEGI MENGHADAPI PERSAINGAN Selain menurunkan rasio NPL, komponen aset yang menghasilkan profit juga ditingkatkan seperti pertumbuhan kredit yang sehat sehingga profitabilitas Bank Victoria akan meningkat. Sesuai dengan Rencana Bisnis Bank ditahun 2017, Perseroan akan fokus terhadap peningkatan dana-dana ritel untuk mengurangi ketergantungan DPK kepada Deposan inti. Walaupun Deposan Inti Perseroan termasuk deposan yang loyal. Untuk itu porsi Deposan retail akan terus ditingkatkan begitu juga dengan rasio Tabungan 258 dan Giro CASA, mengingat Bank sudah memiliki fitur Internet Banking dan Mobile Banking IBMB dan program presentasi Office to Office OTO untuk mendapatkan pay-roll account yang diharapkan berjalan secara berkesinambungan dengan partisipasi dari seluruh cabang. Segmen perbankan ritel memiliki prospek yang baik bagi arah pengembangan usaha Perseroan ke depan dengan beberapa keuntungan antara lain: 1. Potensi pasar yang luas dan terus berkembang 2. Interest spread yang relatif besar 3. Penyebaran risiko kredit yang lebih luas 4. Potensi untuk melakukan cross selling produk, dan 5. Sumber peningkatan fee based income. Sementara itu, pemberian kredit ke sektor-sektor riil yang produktif dengan risiko terkendali menjadi kegiatan utama Perseroan dalam menyalurkan dana sesuai fungsi intermediasi perbankan. Untuk tujuan tersebut, Perseroan melanjutkan proses transformasi menjadi bank ritel dan bisnis terkemuka melalui pemasaran produk jasa perbankan ritel dan sekaligus melayani dunia usaha di Indonesia. Pengalaman melalui beberapa krisis atau mini-crisis seperti pada tahun 2008, 2012 maupun 2013 mendorong Perseroan meningkatkan upaya perluasan basis nasabah ritel, peningkatan komposisi dana murah dan penurunan biaya dana. Dalam mempersiapkan diri menghadapi pemulihan ekonomi nasional, Perseroan tetap menjalankan kebijakan dan strategi yang konservatif dan prudent melalui target pertumbuhan yang moderat cenderung rendah moderate-to-low dengan fokus pada peningkatan efisiensi dan konsolidasi internal. Penguatan struktur pendanaan dilakukan bersamaan dengan penurunan ketidaksesuaian maturitas maturity missmatch dengan memperpanjang jangka waktu simpanan. Di samping perbaikan komposisi dana dan penurunan cost of fund, Perseroan akan memprioritaskan peningkatan kualitas aset, meningkatkan marjin serta menjaga permodalan dan likuiditas internal di level yang kuat. Aspek pendukung bisnis seperti peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM, investasi teknologi sistem informasi, penguatan Good Corporate Governance dan manajemen risiko juga menjadi bagian integral dalam penguatan kebijakan dan strategi manajemen. Strategi manajemen disusun berlandaskan visi-misi Perseroan, kebijakan umum, kapasitas internal dan perubahan kondisi eksternal. Dalam strategi pertumbuhan kredit, penggerak utama pertumbuhan akan ditekankan pada segmen usaha kecil dan menengah Small-Medium BusinessSMB. Pengembangan produk seperti asset-based finance dan dealer financing diharapkan mampu melengkapi portofolio produk segmen komersial. Dalam consumer banking, penjualan produk unggulan seperti Kredit Pemilikan Rumah KPR dan Kredit Pemilikan Mobil KPM menjadi penopang pertumbuhan melalui jaringan distribusi Perseroan yang lebih luas di samping produk-produk jasa lain yang terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan nasabah seperti layanan cash management, wealth management, ataupun e-banking serta mobile banking, dan sebagainya. Secara garis besar strategi Perseroan terkait pemberian kredit yaitu sebagai berikut: • Melakukan peningkatan infrastruktur, sarana dan prasarana guna menunjang proses pemberian kredit. Peningkatan tersebut meliputi kesiapan sistem informasi dan teknologi yang terpadu serta kecukupan sumber daya manusia yang handal dan berpengalaman. • Perseroan berencana melakukan ekspansi kredit secara organik maupun anorganik. - Secara organik, Perseroan akan berfokus pada sektor industri pilihan, yaitu trading, manufaktur, infrastruktur, travel, restoran, dan fast moving consumer goods. Perseroan juga berfokus untuk pertumbuhan pemberian kredit pada segmen retail dalam hal ini kredit UKM. - Secara anorganik, Perseroan juga mencanangkan pertumbuhan anorganik. Pertumbuhan secara anorganik tersebut dilakukan lewat pola channeling dengan cara bekerja sama dengan perusahaan pembiayaanBPR yang melakukan pembiayaan kredit produktif. 259 • • Perseroan juga berencana mengembangkan strategi Supply ChainValue Chain sebagai anchor untuk pengembangan portofolio kredit antar segmen, dimulai dari identifikasi nasabah existing segmen korporasi yang dimiliki oleh Perseroan. Sedangkan disisi lending, Perseroan fokus pada pengembangan kredit UKM dan kredit Komersil dengan fokus kepada cabang-cabang yang telah memiliki portofolio kredit dan yang mempunyai potensi untuk untuk penetrasi target market UKM dan Komersil. Secara bertahap rasio UKM terhadap total kredit yang akan dicapai Bank adalah 15 di tahun 2017 sesuai Surat Edaran Nomor 1712PBI2015 dan 20 pada tahun 2018. Peningkatan eksposur segmen kredit UKM dan Komersil akan mendivesifikasi pemberian kredit sehingga dapat menurunkan konsentrasi risiko kredit. Upaya-upaya yang akan terus dilakukan adalah : • Memberdayakan lebih lagi peran Divisi Bisnis sebagai pemegang kendali strategi dan pencapaian portofolio. • Meningkatkan kuantitas dan kualitas pembiayaan khususnya pada Segmentasi UMKM dan Komersial yang didukung melalui peran aktif DEG dalam memberikan pengarahan dan pelatihan melalui keahliannya. • Mengembangkan cakupan pembiayaan kredit ke perusahaan atau anak perusahaan Jerman di Indonesia melalui kepiawaian German Desk DEG. • Memantau pertumbuhan kredit di cabang dan memantau pipeline secara disiplin. • Disiplin menjalankan step-step kredit proses. Terkait strategi dan upaya yang akan dilakukan Perseroan untuk pencapaian pertumbuhan kredit yang cukup signifikan adalah sebagai berikut : a. Korporasi • Perseroan akan berfokus pada perusahaan-perusahaan yang memiliki supply chain atau value chain untuk mendukung cross sell kredit segmen lainnya Komersial, UKM, Konsumer. • Aktif pada kredit sindikasi dengan bank-bank besar terutama untuk Listed Indonesia Companies yang dimiliki konglomerasi besar di Indonesia. b. Perusahaan Pembiayaan • Perseroan berfokus pada debitur existing yang memiliki historikal dan track record yang baik, memiliki kinerja usaha yang bagus. • Untuk penambahan debitur baru di segmen ini akan dilakukan selektif. c. Komersial UKM • Perseroan berfokus pada peningkatan portofolio sektor industri yang masuk dalam kriteria risk appetite dari Perseroan, seperti trading, manufacture, transportasi. • Perseroan akan aktif mengadakan program pemasaran produk kredit terutama kredit UKM salah satunya melalui community banking, dengan memobilisasi Kantor Cabang maupun Capem dengan cara menjangkau perkumpulan-perkumpulan bisnis, komunitas pengusaha yang berada di sekitar Kantor Cabang maupun Capem berada. d. Konsumer • Memperbanyak kerjasama dengan developer terkemuka, terutama yang mendapat pembiayaan konstruksi dari Perseroan. • Membuat program ekskulsif rumah, apartemen, kantor dengan gimmick yang menarik. • Mengembangkan produk implant banking kredit karyawan melalui kerjasama dengan Dana Pensiun, Koperasi. 260 Secara umum, Perseroan akan fokus kepada kredit segmen UMKM dan Komersial dengan strategi yang akan diterapkan oleh Perseroan kedepannya adalah sebagai berikut: • Menetapkan sasarantarget pasar berdasarkan risk appetite - Mengklasifikasikan jenis usaha perdagangan, industri, jasa dari yang menjadi prioritas hingga yang dihindari - Memberdayakan lebih lagi peran Divisi Bisnis sebagai pemegang kendali strategi dan pencapaian portofolio - Menjaga pemberian kredit yang prudent berdasarkan SOP dan ketentuan Bank serta history kredit bermasalah lesson learned • Meningkatkan pertumbuhan portofolio kredit secara konsisten - Memprioritaskan pertumbuhan kredit UMKM sd. Rp. 10 M dan Komersial sd. Rp. 25 M - Mendorong pertumbuhan kredit di Cabang dengan memantau perkembangan pipeline cold, warm, hot secara displin - Memfokuskan pada Cabang yang sudah memiliki portofolio kredit cukup besar dan baik serta potensial untuk dikembangkan. • Melakukan percepatan proses pengajuan kredit agar dapat kompetitif - Memperbaiki isi usulan permohonan kredit meningkatkan kualitas - Meningkatkan efisiensi sistem pengecekan alur proses pengajuan kredit dan dokumentasinya - Meningkatkan koordinasi yang lebih baik dengan bagian support, taksasi agunan legal dan administrasi kredit - Melakukan koordinasi yang sinerji dengan bagian analis kredit berdasarkan azaz prudential banking dan kesepakatan risk appetite. • Mengoptimalkan peran Cabang, Divisi Business dan Divisi Credit Analyst dalam peningkatan kualitas proses kredit - Sentralisasi proses kredit di Kantor Pusat untuk pengajuan dengan plafon diatas Rp 5 Milyar - Kantor Cabang dapat melakukan proses kredit untuk plafon lebih kecil sampai dengan Rp 5 Milyar - Proses Kredit hanya dapat dilakukan oleh Divisi Business dan Kantor Cabang dengan limit yang telah ditetapkan - Kantor Capem diperkenankan untuk membukukan kredit, namun tidak dapat melakukan pemrosesan kredit. - Kantor Kas tidak dipekenankan untuk memproses dan membukukan kredit dan hanya bersifat referral - Peranan Credit Analyst lebih ditingkatkan dengan menurunkan plafon kredit yang harus dilakukan review menjadi diatas Rp 5 Milyar sebelumnya diatas Rp 10 Milyar. • Meningkatkan peran dan kualitas SDM di bidang perkreditan, terutama BM dan AO - Menetapkan sarsaran kerja individu KPI bagi Kadiv, BM dan AO berdasarkan pencapaian portofolio dari sisi kuantitas dan kualitas - Meningkatkan knowledge skill BM dan AO secara berkala melalui program pelatihan baik dari internal maupun eksternal - Memberikan kewenangan memutus kredit kepada BM dan dimonitoring secara berkala. • Meningkatkan penanganan manajemen account secara konsisten - Melakukan pemantauan dan penagihan kol 2 secara regular dan disiplin - Melakukan koordinasi dengan bagian restrukturisasi dan Special Asset Management untuk kol 2 NPL - Melakukan pemantauan perkembangan kol 3,4 dan 5 NPL yang ditangani baik oleh bagian restrukturisasi maupun remedial, termasuk jika membaik dan kembali ke bisnis 261 • • • • • • C. KECENDERUNGAN DAN PROSPEK USAHA Kondisi Makroekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergerak dengan sangat baik, dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi triwulan I-2017 yang membaik signifikan disbanding tahun sebelumnya, merupakan indikator yang paling tepat dalam menggambarkan ekonomi Indonesia saat ini dan ke depan. Disamping pertumbuhan ekonomi, berbagai indikator makroekonomi Indonesia lainnya, khususnya yang menunjang pertumbuhan ekonomi, juga tercatat turut membaik. Perkembangan yang semakin baik ini tidak hanya tercatat secara nilai, tapi juga diiringi dengan kualitas yang semakin baik dan semakin meratanya pertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia. Terlebih pemerintah sebagai pemegang kebijakan fiskal dan Bank Indonesia sebagai pemegang kebijakan moneter dalam negeri berinisiatif serta memfasilitasi dengan sangat baik berbagai aktivitas ekonomi dalam negeri. Setidaknya hal ini tercermin dari paket kebijakan ekonomi I hingga XI yang telah dikeluarkan oleh pemerintah semenjak akhir tahun 2016 hingga triwulan-I Tahun 2017 ini. Karenanya sebuah optimisme akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan sustainable development hingga beberapa puluh tahun ke depan, sepertinya akan terealisasi dengan cukup baik. Berbagai kondisi makro Indonesia yang diperkirakan akan semakin baik ke depan, selain didorong oleh faktor dari dalam negeri internal yang baik, juga turut didukung oleh kondisi ekonomi global eksternal yang sepertinya juga menguntungkan Indonesia. Kondisi ekonomi negara-negara maju yang belum pulih layaknya sebelum krisis di tahun 2008, diikuti dengan slowdown pertumbuhan ekonomi Tiongkok, begitupun dengan resesi di Brazil dan Rusia menjadikan pelaku ekonomi khususnya investor global melakukan manuver terhadap kegiatan ekonomi mereka. Hal ini menjadikan mereka mulai mengarahkan kegiatan ekonomi dan investasi mereka pada negara yang lebih berpotensi khususnya Asia-Pasifik. Sehingga tidak salah bila pasar Indonesia, yang memiliki fundamental dan potensi ekonomi yang baik, diperkirakan akan turut merasakan dampak positif dari kondisi ekonomi global yang berkembang. Kondisi dan proyeksi berbagai indikator ekonomi makro dalam negeri dan kondisi ekonomi global yang dirasa akan menguntungkan Indonesia, diperkirakan juga berimbas pada daya beli penduduk. Setidaknya hal ini tercermin dari jumlah penduduk miskin Indonesia. Selama 2013 hingga 2016, jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 400 ribu orang. Yakni dari 28,55 juta orang 11,47 dari total penduduk Indonesia di September 2013, hingga berada di angka 28,51 juta orang 11,13 dari total penduduk Indonesia pada September 2015. Selain tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, angka inflasi yang terkendali di angka yang rendah juga dirasa sebagai salah satu faktor pendorong yang turut menurunkan tingkat kemiskinan, dan juga meningkatkan daya beli penduduk. Selain dari sisi daya beli demand, kondisi industri yang membaik juga turut menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indikasinya tercermin dari nilai Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang yang secara rata-rata bergerak meningkat dalam dua tahun terakhir. Peningkatan indeks produksi industri ini sendiri setidaknya mampu menggambarkan makin kuatnya sisi supply dalam perekonomian riil dalam negeri. Layaknya sebuah sistem perekonomian yang saling terhubung satu sama lain, kondisi industri yang baik tentunya diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Dengan penyerapan yang lebih tinggi, diharapkan tingkat dependency ratio juga akan mampu menurun. BPS 2016 memperkirakan angka dependency ratio sendiri menurun dari angka 50,5 di Tahun 2010 menjadi 48,6 di Tahun 2015, seterusnya semakin menurun mencapai angka 47,4 di Tahun 2020. Penurunan nilai dependency ratio ini merupakan salah satu sinyal yang cukup baik dalam memperkirakan bahwa kemampuan daya beli penduduk, kebutuhan hasil produksi industri, dan pertumbuhan ekonomi secara umum akan bergerak meningkat di waktu mendatang. 1. Perkembangan Industri Perbankan Dalam Negeri Kondisi industri perbankan yang berfungsi sebagai intermediaries dalam perekonomian tentunya akan sangat diuntungkan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turut membaik. Masih besarnya pangsa pasar perbankan di dalam negeri merupakan suatu hal yang sangat menarik bagi perkembangan industri perbankan ke depan. Dengan baru hanya sepertiga dari penduduk Indonesia yang memiliki rekening account di perbankan, 262 berbagai cara intensifikasi dan berbagai bentuk penetrasi pasar di industri perbankan pada masa mendatang tampaknya masih sangat berpeluang besar untuk dilakukan. Selain dari besarnya peluang yang masih terbuka lebar bagi industri perbankan, besaran profit keuntungan yang ditawarkan juga relatif lebih tinggi dibanding negara-negara lain di kawasan. Lebih lanjut hal ini dapat dilihat dari besaran net interest margin NIM yang dimiliki oleh rata-rata perbankan di Indonesia. Dimana nilai NIM Indonesia bahkan tercatat dua kali lipat lebih besar dibanding Thailand, apalagi Malaysia, ataupun Singapura. Seiring dengan perlambatan perekonomian Indonesia dan global serta pelemahan harga komoditas, dunia, industri perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir ini. Tingkat suku bunga dan tingkat inflasi yang tinggi, serta pelemahan mata uang Rupiah juga menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan kredit dan konsumsi masyarakat Indonesia. Hingga bulan Juni 2016, total kredit yang diberikan sektor perbankan mencapai Rp 4.168,31 triliun atau hanya bertumbuh 8,9 yy, dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2014 dan 2015 sebesar 11,58 dan 10,4. Dari segi kualitas aset, sektor perbankan Indonesia masih memiliki masalah, dimana tingkat NPL Non-Performing-Loan perbankan Indonesia masih dalam tren peningkatan, tercatat sebesar 3,18 pada bulan Juli 2016, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2012. Di sisi lain, sektor perbankan Indonesia juga mengalami perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga DPK yang membuat likuiditas perbankan cenderung mengetat, dilihat dari rasio LDR Loan-to-Deposit rasio perbankan yang mencapai level 91,2 pada bulan Juni 2016. Kondisi tersebut membuat perbankan Indonesia cenderung berhati- hati dalam menyalurkan kredit dikarenakan pengetatan likuiditas dan resiko kredit NPL, sementara dari sisi permintaan, masyarakat Indonesia cenderung menahan ekspansi dan konsumsi dikarenakan perlambatan ekonomi dan tingkat suku bunga yang tinggi. Figur 1. Laju Pertumbuhan Kredit dan DPK yy Figur 2. Tingkat Kredit Bermasalah NPL Perbankan Sumber : OJK Meskipun di tengah situasi yang menantang bagi industri perbankan Indonesia, namun adanya optimisme sektor perbankan akan mengalami perbaikan ke depannya, seiring dengan: • Rasio CAR perbankan yang terjaga dan kebijakan BI yang kondusif. Di tengah perlambatan pertumbuhan industri, Capital Adequacy Ratio perbankan Indonesia justru meningkat di kisaran 22 pada bulan Juni 2016 vs CAR tahun 2013: 18,1, hal ini menunjukkan ketahanan dan kewaspadaan perbankan Indonesia terhadap risiko-risiko yang ada. Di sisi lain, sejak awal 2016 Bank Indonesia telah mengambil kebijakan yang agresif untuk mendorong pertumbuhan dan penguatan industri perbankan Indonesia yang antara lain adalah: 1 Pemangkasan BI Rate sebesar 100 bps; 2 Pemberlakuan 7-days-repo-rate sebagai suku bunga acuan baru; 3 Penurunan rasio kewajiban GWM Giro Wajib Minimum menjadi 7,5 dari DPK; 4 Perubahan formula LDR Loan-to-deposit ratio menjadi LFR Loan-to-Funding Ratio dengan memasukan komponen surat berharga yang diterbitkan oleh Bank. 263 • Figur 3. Rasio Kecukupan Modal Perbankan CAR Figur

4. Suku Bunga Acuan