mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan
masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan.
7
Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran, digambarkan oleh Woolfolk 1997 sebagai berikut :
8
1. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
2. Membantu siswa mencari hubungan antar konsep.
3. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri
jawabannya. 4.
Medorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
yang terjadi di sekolah sudah seharusnya dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran yang mendorong kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep
atau pengetahuan yang sedang dipelajari. Pembelajaran ini bisa dilakukan dengan cara guru menyediakan bahan yang didalamnya dimunculkan suatu masalah yang
dapat mendorong
siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan
seperti mengidentifikasi, memahami sampai pada menemukan prinsip-prinsip umum
yang ada dalam bahan atau materi yang telah disediakan.
b. Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan aktivitas yang paling utama dalam keseluruhan proses di setiap jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, pemahaman tentang arti belajar dengan segala aspek dan
bentuknya harus dapat dipahami agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses belajar.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dapat dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
7
Trianto, op. cit, h. 33
8
Ibid., h. 34
lingkungannya.
9
Adanya perubahan dalam diri seseorang di sini berarti dapat dijadikan sebagai bukti bahwa seseorang tersebut telah melakukan kegiatan
belajar. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology
mengemukakan, “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
10
Definisi ini menyatakan bahwa untuk dapat disebut belajar, maka perubahan yang terjadi harus lah relatif
menetap, artinya tidak bersifat sementara. Perubahan itu sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar selama kurun waktu yang cukup panjang.
Pendapat lain tentang belajar disampaikan oleh Hamalik, belajar diartikan sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
11
Menurut pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam hal ini berarti belajar bukan hanya sekedar mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Good dan Bophy dalam bukunya Educational Psychology : A Realistic Approach menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat
dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar dalam usahanya untuk memperoleh hubungan-hubungan
baru.
12
Hubungan-hubungan baru itu sendiri dapat berupa : antara perangsang- perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa belajar itu bukan berupa tingkah laku yang nampak akan tetapi suatu proses yang terjadi secara internal dalam diri seseorang.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang
melalui pengalaman atau interaksi dengan lingkungan sehingga hasilnya di dapat suatu perubahan tingkah laku yang bersifat relatif menetap pada diri seseorang.
9
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003, h. 2
10
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011, h. 84
11
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, h. 36
12
Purwanto, op. cit, h. 85