Teori Belajar yang Relevan dengan Metode Penemuan Terbimbing

lingkungannya. 9 Adanya perubahan dalam diri seseorang di sini berarti dapat dijadikan sebagai bukti bahwa seseorang tersebut telah melakukan kegiatan belajar. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan, “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. 10 Definisi ini menyatakan bahwa untuk dapat disebut belajar, maka perubahan yang terjadi harus lah relatif menetap, artinya tidak bersifat sementara. Perubahan itu sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar selama kurun waktu yang cukup panjang. Pendapat lain tentang belajar disampaikan oleh Hamalik, belajar diartikan sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. 11 Menurut pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam hal ini berarti belajar bukan hanya sekedar mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Good dan Bophy dalam bukunya Educational Psychology : A Realistic Approach menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar dalam usahanya untuk memperoleh hubungan-hubungan baru. 12 Hubungan-hubungan baru itu sendiri dapat berupa : antara perangsang- perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa belajar itu bukan berupa tingkah laku yang nampak akan tetapi suatu proses yang terjadi secara internal dalam diri seseorang. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang melalui pengalaman atau interaksi dengan lingkungan sehingga hasilnya di dapat suatu perubahan tingkah laku yang bersifat relatif menetap pada diri seseorang. 9 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003, h. 2 10 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011, h. 84 11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, h. 36 12 Purwanto, op. cit, h. 85 Adapun perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil belajar dapat berupa perubahan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Pembelajaran menurut Corey 1986, adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tetentu. 13 Pendapat lain yang sejalan tentang pembelajaran disampaikan oleh Fontana yaitu pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. 14 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran lebih kepada bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan dapat bersifat rekayasa perilaku. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 15 Hamalik memberikan definisi pembelajaran, yaitu sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. 16 Salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara berbagai unsur yang terkait dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dengan adanya interaksi maka akan terjadi kegiatan belajar didukung dengan ketersediaan berbagai unsur yang diperlukan sehingga diharapkan proses pembelajaran itu sendiri dapat terlaksana secara optimal. Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran yang diungkapkan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya untuk menciptakan kondisi agar suasana atau kegiatan belajar dapat terjadi dengan melibatkan interaksi berbagai unsur yang diperlukan sehingga proses belajar dapat berlangsung secara optimal. 13 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung : Alfabeta, 2008, h. 61 14 Tim MKPBM, Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung : JICA-UPI, 2001, h. 8 15 Sagala, op. cit, h. 62 16 Hamalik, op. cit, h. 57 Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari siswa dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pentingnya mempelajari matematika tidak lain dikarenakan memiliki banyak peran terhadap berbagai segi kehidupan, seperti yang diungkapkan oleh Cornelius 1982, belajar matematika diperlukan karena matematika merupakan 1 sarana berpikir yang jelas dan logis, 2 sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, 3 sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4 sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan 5 sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. 17 Menurut Cobb 1991, belajar matematika bukanlah suatu proses „pengepakan’ pengetahuan secara hati-hati, melainkan hal mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berpikir konseptual. 18 Adanya aktivitas yang dilakukan oleh siswa menunjukkan bahwa siswa tersebut sedang melakukan kegiatan belajar dalam hal ini yaitu belajar matematika. Oleh karena nya, belajar matematika itu sendiri dapat dilakukan oleh siswa dengan cara siswa melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan matematika seperti melakukan perhitungan, memanipulasi, mencari solusi dan menyelesikan permasalahan, serta melakukan penarikan kesimpulan, sehingga dengan berbagai aktivitas tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Cobb juga mendefinisikan bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. 19 Berdasarkan definisi tersebut, jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya untuk menciptakan kondisi agar suasana atau kegiatan belajar dapat terjadi dengan melibatkan berbagai unsur dan peran aktif siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika sehingga nantinya diharapkan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 17 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003, h. 253 18 MKPBM, op. cit, h. 71 19 Ibid.

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA BENDA KONGKRIT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Darul Ma’arif, Jakarta Selatan)

3 8 241

Pengaruh Model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi (quasi eksperimen di SMAN 72 Jakarta Utara)

5 19 165

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

1 9 95

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah 25 Pamulang)

3 26 192

Penggunaan metode guided discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung: studi quasi eksperimen di SMP Paramarta

6 16 69

Penggunaan bahan ajar berbasis penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis siswa

1 8 197

PENGARUH KINERJA SISWA PADA METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA

1 31 55

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP.

0 0 45

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERH

0 0 9