Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
tahun, diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa Indonesia masih tergolong rendah yaitu mendapat peringkat ke- 61 dari 65 peserta.
5
Penelitian lain dilakukan oleh TIMSS Trend in International Mathematics and Science Study pada tahun 2011 melakukan tes kemampuan matematika
terhadap siswa kelas 8 terdiri atas kemampuan dalam pengetahuan knowing, aplikasi applying, dan penalaran reasoning menampilkan kemampuan siswa
Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 386, dibawah rata-rata internasional 500.
6
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan matematika siswa dilihat dari skor yang
diperoleh sebagai pengukur terhadap kompetensi matematika yang didalamnya terdapat kemampuan penalaran siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 5 Kota Tangerang Selatan melalui wawancara dengan guru matematika kelas XI IPA menunjukkan bahwa
kemampuan penalaran adaptif siswa masih sangat rendah. Hal ini dapat terlihat dari siswa yang masih mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal
matematika khususnya soal yang mengukur kemampuan penalaran adaptif dan guru kurang memperhatikan perkembangan kemampuan penalaran khususnya
kemampuan penalaran adaptif siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini yang menyebabkan lemahnya kemampuan penalaran adaptif siswa, akibatnya
mereka tidak dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik sehingga hasil belajar matematika di sekolah tersebut rendah.
Rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa tidak lain karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah masih sedikit nya
pembelajaran yang terjadi di sekolah dengan menerapkan kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada umum nya guru hanya memberikan latihan untuk menyelesaikan persoalan matematika sebatas di tingkat pemahaman siswa saja, akan tetapi jarang atau
sedikit sekali memberikan persoalan matematika yang mengharuskan penggunaan
5
OECD, PISA
2009 Results :
Executive Summary, 2010, tersedia di
http:www.oecd.orgpisapisaproducts46619703.pdf , diakses tanggal 10 mei 2013 pukul 15.44
6
Ina V.S. Mullis, et al., TIMSS 2011 International Result in Mathematics, Chestnut Hill : TIMSS PIRLS International Study Center, h. 42
kemampuan seperti menganalisa, berpikir kritis dan kreatif sebagai alat untuk menyelesaikannya.
Penyebab lain kemampuan penalaran adaptif siswa masih rendah yaitu dikarenakan oleh metode pembelajaran matematika yang dipakai kebanyakan
guru masih menggunakan pendekatan tradisional. Pembelajaran dengan pendekatan ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional
dimana pelaksanaannya masih menerapkan kombinasi antara metode ceramah dan ekspositori selama proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan metode tersebut
menjadikan peran guru semakin dominan dan siswa hanya pasif menerima begitu saja apa yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang digunakan juga sedikit
sekali menerapkan aktivitas siswa secara optimal sehingga yang terjadi adalah selain mengakibatkan daya berpikirnya lemah, siswa pun menjadi kurang
memiliki kreativitas yang tinggi dan berpikir kritis terhadap penyelesaian persoalan matematika.
Berdasarkan dari beberapa persoalan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan penalaran adaptif menjadi bagian penting yang masih harus
dikembangkan dan dimiliki oleh siswa. Oleh karen itu, diperlukan suatu proses pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan dan mengaplikasikan
kemampuan tersebut dalam setiap tahapan proses pembelajarannya. Salah satu alternatif yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan ini adalah
dengan menerapkan metode penemuan terbimbing guided discovery method dalam pembelajaran matematika.
Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban berupa konsep atau prinsip umum terhadap suatu bahan atau data yang disediakan dengan bimbingan guru. Metode ini memberikan
keleluasaan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan dan menarik suatu kesimpulan dengan menggunakan terkaan, intuisi, dan mencoba
– coba trial and error sesuai dengan pengalamannya pengetahuan siapnya sehingga siswa
memiliki kesempatan untuk berperan aktif selama proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menempatkan peran guru hanya sebagai pendamping yaitu memberikan bimbingan seperlunya kepada
siswa dalam mencari dan menemukan suatu konsep atau pengetahuan. Dengan bimbingan guru ini diharapkan dapat menstimulasi siswa untuk mulai melakukan
berpikir dengan kemampuan penalarannya. Kemudian dengan proses penemuan yang dilakukannya, akhirnya siswa juga dapat mengembangkan kemampuan
penalaran adaptifnya sehingga dapat dimanfaatkan tidak hanya dalam proses pembelajaran, melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik melakukan penelitian eksperimen dengan mengambil judul :
“Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Guided Discovery Method dalam Pembelajaran
Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif siswa SMA Kelas XI IPA
”