2.6. Sejarah Balanced Scorecard
Pada tahap awal perkembangannya, Balanced Scorecard ditujukan untuk mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum
tahun 1990 eksekutif hanya mengukur kinerja mereka dari perspektif keuangan. Sebagai akibatnya, fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk
mewujudkan kinerja keuangan, sehingga terdapat kecenderungan eksekutif mengabaikan kinerja non keuangan, seperti kepuasan customers, produktivitas dan
cost-effectiveness proses yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, dan
keberdayaaan dan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan customers. Oleh karena ukuran kinerja keuangan mengandalkan informasi
yang dihasilkan dari sistem akuntansi yang berjangka pendek umumnya mencakup satu tahun, maka petunjuk pengukuran kinerja yang berfokus ke keuangan
mengakibatkan eksekutif lebih memfokuskan perwujudan kinerja jangka pendek. Dimasa itu, kinerja non keuangan tidak mendapat perhatian dari eksekutif Mulyadi,
2001. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik
KPMG di U.S.A. yang dipimpin oleh David P. Norton, menyeponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan.” Studi ini didorong oleh
kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced
Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke
Universitas Sumatera Utara
kinerja keuangan dan non keuangan, serta kinerja jangka pendek dan jangka panjang. Hasil studi tersebut diterbitkan dalam sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard-
Measure That Drive Performance ” dalam Harvard Business Review Januari-
Februari 1992. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup
empat perspektif : keuangan, customers, proses bisnisintern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut Balanced Scorecard, yang cukup komprehensif
untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut agar keberhasilan keuangan yang diwujudkan perusahaan bersifat
sustainable berjangka panjang.
Menurut Kaplan dan Norton 1996, Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata yaitu Balanced dan Scorecard. Balanced berarti menunjukkan bahwa kinerja personel
atau karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari 2 aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang dan dari segi intern maupun
ekstern. Sedangkan Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil
kinerja yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Mulyadi 1999 Balanced Scorecard adalah kumpulan
ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Pada dasarnya Balanced
Scorecard merupakan sistem manajemen bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam
jangka panjang untuk pelanggan customer, pembelajaran dan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
karyawan, termasuk manajemen learning and growth, proses bisnis internal demi memperoleh hasil-hasil finansial yang memungkinkan perkembangan organisasi.
Dari dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Balanced Scorecard
merupakan alat ukur manajemen yang mampu mengimplementasikan tujuan strategik organisasi melalui 4 perspektif dasarnya keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal, dan pertumbuhan, dengan tujuan meningkatkan performa organisasi dalam jangka panjang.
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen yang digunakan untuk
mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Oleh karena itu organisasi pada dasarnya adalah institusi pencipta kekayaan,
penggunaan Balanced Scorecard dalam pengelolaan menjanjikan peningkatan
signifikan kemampuan organisasi dalam menciptakan kekayaan.
Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dan strategi perusahaan. Norton dan Kaplan
menjelaskan pentingnya memilih tolok ukur berdasarkan keberhasilan strategi dalam artikel kedua Harvard Business Review, “Putting the Balanced Scorecard to Work”
September-Oktober 1993. Dalam artikel ini, Kaplan dan Norton menunjukkan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan Balanced Scorecard. Pengukuran
yang efektif harus merupakan bagian yang integral dari proses manajemen. Balanced Scorecard
merupakan sistem manajemen ang dapat memotivasi berbagai temuan perbaikan pada area-area seperti; produk, proses pelanggan dan pengembangan
produk.
Universitas Sumatera Utara
Mulai pertengahan tahun 1993, perusahaan konsultan yang dipimpin oleh
David P. Norton, Renaissance Solution, Inc, menerapkan Balanced Scorecard
sebagai sarana untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan strategi diberbagai perusahaan kliennya. Sejak saat itu, Balanced Scorecard tidak hanya digunakan
sebagai sistem pengukuran kinerja namun berkembang lebih lanjut sebagai sistem manajemen strategis Yuwono, 2002.
2.7. Pengukuran Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard