Revenue Persentase Tingkat Kepuasan Terhadap Pendapatan Selain Gaji No

Balanced Scorecard sebagai alat strategik. Penilaian kinerja bermakna harus mencakup dimensi lain, khususnya kualitas, kepuasan pasien dan retensi staf di samping pendapatan dan biaya operasional. Balanced Scorecard menyediakan kerangka kerja untuk mengukur kinerja yang kompleks dan perubahan lingkungan medis. Sementara tetap mempertahankan ukuran finansial, keberhasilan keuangan dimasukkan ke dalam kartu : hasil klinis yang berkualitas, penyedia ahli perawatan klinis, kepuasan pasien, dokter dan staf, dan volume dan pertumbuhan pangsa pasar. Rumah Sakit Bridgeport berhasil meningkatkan pendapatan dan laba setelah menerapkan ke-4 perspektif Balanced Scorecard dalam strategi bisnisnya. Perjalanan 3 tahun 2001-2003 keuangan Rumah Sakit Bridgeport menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat strategik menunjukkan keberhasilan rumah sakit ini dalam memperbaiki kinerja keuangannya. Gambaran umum mengenai kinerja RSUD Dr. Pirngadi Medan dari perspektif keuangan adalah seperti diuraikan diatas. Secara terperinci kinerja keuangan ini dinilai dengan mengukur indikator revenue, cost, dan laba rumah sakit.

5.1.1. Revenue

Total revenue RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 sangat baik yaitu 116,81 melebihi target yang ditetapkan. Revenue meningkat terus jumlahnya setiap tahun dari tahun 2010-2013 namun persentase pertumbuhan revenue naik turun. RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Pemda Kota Medan sehingga Pemda Kota Medan memberikan target penerimaan revenue setiap tahunnya kepada rumah sakit ini. Target tersebut ada yang tercapai, Universitas Sumatera Utara ada juga yang tidak tercapai. Target tercapai pada tahun 2010 namun tahun 2011, 2012, dan 2013 target tidak tercapai. Hal ini disebabkan karena piutang rumah sakit sangat besar, tahun 2010-2013 piutang RSUD Dr. Pirngadi Medan berkisar Rp.10.000.000.000-Rp.32.000.000.000. Pada dasarnya apabila piutang ini dibayarkan oleh pemerintah maka revenue rumah sakit tahun 2013 mencapai target bahkan surplus. Perolehan total revenue berasal dari rawat inap, rawat jalan, laboratorium dan pendapatan lain-lain. Revenue rawat inap cenderung meningkat setiap tahun hanya pertumbuhan revenue rawat inap tahun 2010 bernilai negatif sebesar 0,45, angka pertumbuhan revenue meningkat sebesar 41,97 pada tahun 2012, tahun 2013 angka pertumbuhan revenue hanya 1,06. Pertumbuhan revenue rawat inap yang cukup tinggi pada tahun 2012 tidak disebabkan oleh pertumbuhan pasien rawat inap melainkan disebabkan bertambahnya jumlah hari rawatan. Pertumbuhan revenue yang yang belum konstan disebabkan kinerja bisnis internal rumah sakit belum maksimal, BOR pada rawat inap belum mencapai daerah efisien 75, setiap tahun BOR rumah sakit berkisar 65. Angka BOR sudah baik sesuai dengan standar Depkes namun secara ekonomi belum signifikan untuk meningkatkan pertumbuhan revenue . Penyebab lainnya adalah pembangunan ruang rawat inap pada tahun 2010 belum selesai sampai sekarang sehingga ruang rawat inap yang diharapkan sudah dapat beroperasi belum dapat menghasilkan revenue agar mencapai target. Pertumbuhan revenue juga dipengaruhi segmentasi pasar rumah sakit, persentase pasien umum berkurang sedangkan pasien asuransi meningkat setiap tahun. Sesuai Universitas Sumatera Utara penelitian Irawani 2007 menemukan bahwa pertumbuhan revenue rumah sakit rendah disebabkan segmentasi pasar pasien umum rendah. Lokasi rumah sakit yang berada di pusat kota Medan dapat digunakan sebagai alat pemacu laju pertumbuhan revenue dengan cara memperluas penawaran produk dan jasa bagi masyarakat. Peningkatan revenue juga dapat dilakukan dengan penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap produk dan jasa. Peningkatan pelayanan prima dan terpadu kepada pasien, pelayanan cepat, tepat, peningkatan nilai tambah produk jasa rumah sakit. Persentase pertumbuhan revenue rawat jalan 0,57 pada tahun 2011, menurun 9,81 pada tahun 2012, dan meningkat kembali 64,91 pada tahun 2013. Pertumbuhan revenue rawat jalan yang cukup tinggi pada tahun 2013 disebabkan bertambahnya jumlah pasien rawat jalan yang berasal dari pasien IKS dimana rumah sakit memulai ikatan kerjasama dengan PT. POS Indonesia dan PTPN pada tahun 2012. Fluktuasi pertumbuhan revenue rawat jalan ini disebabkan RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit pemerintah yang tidak bertujuan mencari keuntungan, rumah sakit tidak memiliki target pendapatan rawat jalan. Visi rumah sakit adalah memberikan pelayanan seluas-luasnya bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.23 bahwa segmentasi pasar rawat jalan tahun 2010- 2013 adalah ± 80 pasien asuransi. Kemampuan rumah sakit mengelola kekayaannya aset dalam upaya menghasilkan pendapatan operasional sangat baik. Dari total aset terlihat pendapatan operasional rumah sakit dalam kurun waktu 4 tahun besarnya 2 kali jumlah seluruh kekayaan yang ada di rumah sakit ini. Rumah sakit telah berhasil mendayagunakan Universitas Sumatera Utara seluruh kekayaan, baik harta lancar maupun harta tetap yang dimilikinya secara optimal. Aset tetap pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan karena pada tahun tersebut pemerintah daerah sudah melakukan perhitungan ulang nilai aset tetap sehingga nilai peralatan dan mesin serta gedung dan bangunan dinilai mengalami penyusutan. Aset lancar mengalami penurunan pada tahun 2012 disebabkan kas menurun drastis dan persediaan pun berkurang. Kemampuan rumah sakit menghasilkan revenue dapat ditingkatkan dengan menerapkan rencana strategi dan business planning. Rencana strategi akan digunakan untuk melihat kedepan dalam jangka waktu 3-5 tahun secara garis besar sedangkan business planning merupakan gambaran usaha yang akan dilakukan untuk merealisasikan apa yang ada direncana strategi rumah sakit tersebut. Business planning mengarahkan setiap unit usaha menggunakan sumber-sumber atau resources untuk menghasilkan revenue semaksimal mungkin. Instalasi rawat inap merupakan salah satu unit usaha rumah sakit dan merupakan penyumbang revenue terbesar dalam rumah sakit sehingga perlu diterapkan business planning pada instalasi rawat inap supaya dapat menghasilkan target revenue. Peningkatan kinerja secara komprehensif menggunakan Balanced Scorecard pada instalasi rawat inap dengan cara meningkatkan mutu pelayanan rawat inap dan mengurangi proses yang tidak mempunyai nilai tambah dapat menciptakan loyalitas pelanggan untuk membeli pelayanan ulang sehingga meningkatkan revenue rumah sakit. Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Cost