Pengukuran Kinerja Teori tentang Kinerja

b. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci: 1 Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2 Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar. 3 Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.

2.2.2. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian Yuwono, 2002. Pengukuran kinerja sendiri merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang mencakup, baik tindakan yang mengimplikasikan keputusan perencanaan maupun penilaian kinerja pegawai serta operasinya. Penilaian kinerja merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai, menilai prestasi bisnis, manajer, divisi dan individu dalam perusahaan, serta untuk memprediksi harapan-harapan perusahaan dimasa mendatang. Universitas Sumatera Utara Munculnya berbagai paradigma baru dimana bisnis harus digerakkan oleh costumer focused , suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan; b Evaluasi atas berbagai aktivitas menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer validated ; c Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif; d Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang ada kemungkinan perbaikan. Secara lebih luas dan rinci, Mc.Mann dan Nanni 1994 dalam Yuwono 2002 memberikan 24 atribut bagi suatu sistem pengukuran kinerja yang baik, sebagaimana terlihat dalam tabel 2.2. Manfaat pengukuran kinerja yang baik menurut Lynch dan Cross 1993 dalam Yuwono 2002 adalah sebagai berikut : a Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan; b Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal; Universitas Sumatera Utara c Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut reduction of waste; d Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi; e Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut. Tabel 2.2. Berbagai Atribut Pengukur Kinerja yang Baik Secara umum, Suatu Sistem Pengukuran yang Baik Harus terdiri dari Sekumpulan Tolok Ukur yang Mengkombinasikan antara Matriks Keuangan dan non Keuangan dengan 24 Atribut berikut : 1. Mendukung dan konsisten dengan tujuan, tindakan, budaya, dan faktor-faktor kunci keberhasilan perusahaan. 2. Relevan dan mendukung strategi. 3. Sederhana untuk diimplementasikan. 4. Tidak kompleks. 5. Digerakkan oleh pelanggan. 6. Integral dengan seluruh fungsi dalam organisasi. 7. Sesuai dengan keseluruhan tingkat organisasi. 8. Sesuai dengan lingkungan eksternal. 9. Mendorong kerjasama dalam organisasi baik secara horizontal maupun vertikal. 10. Hasil pengukurannya dapat dipertanggungjawabkan. 11. Jika memungkinkan, dikembangkan dengan menggabungkan pendekatan top down dan bottom up. 12. Dikomunikasikan ke seluruh bagian yang relevan dalam organisasi. 13. Dapat dipahami. 14. Disepakati bersama. 15. Realistik. 16. Berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dan membuat “sebuah perbedaan”. 17. Terhubung dengan aktivitas sehingga hubungan yang jelas terlihat antara sebab dan akibat. 18. Difokuskan lebih pada pengelolaan sumber daya, ketimbang biaya yang sederhana. 19. Dimanfaatkan untuk memberi “real time feedback ”. 20. Digunakan untuk memberi “action-oriented feedback ”. 21. Jika diperlukan suatu tolok ukur bisa ditambahkan lintas fungsional dan lintal level manajemen. 22. Mendukung bagi pembelajaran individu dan organisasi. 23. Mendorong perbaikan secara kontinyu dan tiada henti. 24. Secara kontinyu dinilai relevansinya terhadap 23 atribut di atas dan dibuang jika kegunaannya hilang atau ada tolok ukur yang baru atau lebih relevan ditemukan. Jika suatu Sistem Tolok Ukur Organisasi Jauh dari Karakteristik atau Atribut di atas Maka Saatnya untuk Menguji Kembali Kegunaan Tolok Ukur Kinerja yang Ada dan Mencari Tolok Ukur Baru Universitas Sumatera Utara

2.3. Penilaian Kinerja Organisasi Tradisional