Infeksi Nosokomial Kinerja Rumah Sakit dari Perspektif Bisnis Internal

limbah yang menuju ke instalasi pengolahan limbah IPAL. Air limbah diolah, disedimentasi, disaring, dan diberi desinfektan sehingga setelah keluar dari IPAL air sudah aman dibuang ke selokan. Air keluaran IPAL sebelum dibuang ke selokan dialirkan ke kolam berisi ikan, jika ikannya masih bertahan hidup berarti air sudah memenuhi standar. Air limbah keluaran IPAL dan hasil bakaran incenerator secara rutin dicek di laboratorium intern dan seminggu sekali dibawah ke BTKL. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa hasil pengolahan limbah RSUD Dr. Pirngadi suhu, pH, BOD, COD, NH3 sudah sesuai standar yang ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup. Berarti limbah RSUD Dr.Pirngadi sudah aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan.

5.3.5. Infeksi Nosokomial

Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kodisi rumah sakit. Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian bagi pasien. Upaya menghindari nosokomial infeksi di rumah sakit adalah menggunakan alat dan ruangan yang steril, begitu juga tindakan dijaga tetap steril, memetakan Universitas Sumatera Utara kuman dan membatasi orang yang masuk atau berkunjung. Memiliki ventilasi udara yang baik, pintu yang tertutup untuk ruangan ICU dan memakai baju yang steril. Cara pencegahannya adalah rumah sakit harus mempunyai tim pengendalian infeksi yang secara reguler mengontrol di kamar bedah dan ruangan, selain itu rumah sakit juga harus mengatur jam berkunjung, menjaga pasien terutama di ICU atau ruangan yang rentan terkena infeksi nosokomial. Data sekunder tentang infeksi nosokomial tahun 2012 masih ditemukan insiden rate infeksi nosokomial pada pasien di beberapa ruang perawatan. Jenis infeksi nosokomial phiebities ditemukan hampir di setiap ruangan perawatan selain itu insiden rate ILO dan sepsis juga ada ditemukan di beberapa ruangan perawatan. Pada tahun 2013 sudah tidak ditemukan lagi infeksi nosokomial. Hal ini menunjukkan RSUD Dr. Pirngadi Medan sudah melakukan upaya pencegahan infeksi nosokomial dengan cara melaksanakan sistem kebersihan agar pasien dapat terhindar dari infeksi ini. Sistem hand scrub atau pembersihan tangan sebelum atau sesudah melakukan pemeriksaan bagi para dokter dan perawat sudah diterapkan. Semua ruangan perawatan dilengkapi hand scrub pembersih tangan yang berisi antiseptik, selain itu manajemen rumah sakit juga melakukan pengendalian sampah medis seperti sampah jarum suntik yang langsung dimasukkan ke tempat pembuangannya yang tersendiri. Bahan-bahan yang digunakan untuk perawatan dan pengobatan pasien juga sudah ditingkatkan agar lebih steril.Tindakan-tindakan medik yang mencegah infeksi nosokomial juga sudah dilaksanakan. Universitas Sumatera Utara RSUD Dr. Pirngadi belum melakukan penelitian tersendiri tentang kasus infeksi nosokomial. Manajemen hanya melakukan langkah antisipasi saja, hanya mewaspadai tempat-tempat yang rentan nosokomial, seperti di kamar bedah atau ruang rawat intensif yang dilengkapi dengan alat sterilisasi ultra violet untuk memeriksa kuman.

5.4. Kinerja Rumah Sakit dari Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan