kerja siswa LKS yang dibagikan kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran. LKS dikerjakan dalam kelompok dan dipresentasikan di
depan kelas. e. Pemberian Kuis
Pemberian kuis dilakukan disela-sela kegiatan pembelajaran. Kegiatan kuis ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa sudah
tercapai dalam indikator apa belum. f.
Penghargaan Prestasi Tim Peneliti memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok
yang dilakukan guru adalah untuk memotivasi siswa dalam belajar secara individual ataupun kelompok. Penghargaan yang diberikan
peneliti berupa permen yang dibungkus kertas kado.
2. Peningkatan Motivasi Siswa
Penelitian peningkatan motivasi siswa menggunakan model kooperatif tipe STAD telah dilaksanakan di kelas V A SD Negeri Denggung tahun
pelajaran 20142015. Variabel motivasi diteliti dengan menggunakan instrumen kuesioner dan lembar observasi.
Peneliti berharap dalam penelitian ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam kerja kelompok pada mata pelajaran IPS. Motivasi siswa
dalam kelompok sangat penting untuk tercapainya tujuan IPS dan tercapainya semua indikator dalam pembelajaran sehingga proses belajar
mengajar berjalan maksimal.
Proses pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 26 November 2014 dan Sabtu, 29 November 2014. Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan
oleh 5 observer terhadap 5 kelompok heterogen dapat diperoleh rata-rata motivasi siswa pada kriteria “baik” dengan rata-rata skor 75,90. Tabel
4.3. Hasil tersebut menunjukkan motivasi siswa sudah meningkat namun belum maksimal. Diperkuat juga dengan hasil kuesioner yang diisikan
oleh siswa diakhir siklus pada pertemuan ke 2 menunjukkan kriteria “baik” dengan rata-rata skor 82,45 Tabel 4.5. Hasil perhitungan
persentase kriteria kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15 Data Persentase Kriteria Kuesioner Siklus I
No Jumlah Siswa
Kriteria Persentase
1. 10
Sangat baik 38,47
2. 16
Baik 61,53
3. Cukup
4. Kurang
Dari hasil perhitungan, ada 10 siswa pada kriteria “sangat baik” atau 38,47, ada 16 siswa pada kriteria “baik” atau 61,53.
Pelaksanaan penelitian pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 12 Januari 2015 dan Kamis, 15 Januari 2015. Berdasarkan kegiatan observasi
dapat diperoleh rata-rata motivasi siswa pada kriteria “baik” dengan rata- rata skor 83,50 Tabel 4.6. Hasil tersebut menunjukkan motivasi yang
dimiliki siswa meningkat dibandingkan dengan siklus I. Data tersebut diperkuat juga dengan hasil kuesioner yang diisi siswa diakhir siklus
menunjukkan kriteria “sangat baik” dengan rata-rata 87,35 Tabel 4.7.
53,61 79,17
85,42
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Kondisi Awal
Siklus I Siklus I
Peningkatan Motivasi Siswa
Kondisi Awal Siklus I
Siklus I
Hasil perhitungan persentase kriteria kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Data Persentase Kriteria Kuesioner Siklus II
No Jumlah Siswa
Kriteria Persentase
1. 15
Sangat baik 57,70
2. 11
Baik 42,30
3. Cukup baik
4. Sangat kurang
Dari hasil perhitungan, ada 15 siswa pada kriteria “sangat baik” atau 57,70, ada 11 siswa pada kriteria “baik” atau 42,30.
Tabel 4.17. Data Peningkatan Motivasi
Variabel Instrumen
Kondisi awal
Siklus I Siklus II
Target Capaian
Target Capaian
Motivasi Rata-rata
skor motivasi
53,61 75
79,17 80
85,42
Berdasarkan data kondisi awal diperoleh rata-rata motivasi siswa adalah 53,61. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I menjadi 79,17. Sedangkan
pada siklus II dapat diperoleh rata-rata motivasi siswa 85,42 yang mengalami peningkatan. Dari data tersebut dapat digambarkan pada
diagram sebagai berikut:
Gambar 4.1. Peningkatan Motivasi Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan membagi
siswa dalam kelompok heterogen membuat siswa termotivasi untuk bekerjasama dalam kelompok meskipun pada saat awal pembagian
kelompok terdapat beberapa siswa yang tidak senang dengan teman kelompoknya namun seiring berjalannya waktu pada setiap pertemuan di
setiap siklusnya siswa mulai bisa terbuka menerima teman satu sama lain dikelompoknya masing-masing.
3. Peningkatan Prestasi Belajar
Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 26 November 2014 dan Sabtu, 29 November
2014. Sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 12 Januari 2015 dan Kamis, 15 Januari 2015.
Hasil prestasi belajar siswa kelas V A SD Negeri Denggung pada siklus I mengalami penurunan dari kondisi awal sebelum menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS. Kondisi awal menunjukkan rata-rata nilai ulangan 65,83 Tabel 4.11 dan jumlah
siswa yang dapat memenuhi KKM adalah 55,4 Tabel 4.12. Dari data tersebut dapat digambarkan persentase siswa yang mencapai KKM pada
kondisi awal sebagai berikut:
55,4
44,6
Persentase Pencapaian KKM Kondisi Awal
Siswa yang mencapai KKM
Siswa yang belum mencapai KKM
Gambar 4.2. Persentase Pencapaian KKM Kondisi Awal.
Setelah dilakukan tindakan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, peneliti memperoleh rata-rata ulangan 59,80 Tabel
4.13. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 sedangkan nilai terendah siswa adalah 35. Jumlah siswa yang mencapai KKM ada 7 siswa
atau 26,92 dari 26 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 19 siswa atau 73,08 dari 26 siswa. Dari data tersebut dapat
digambarkan pada diagram sebagai berikut:
26,92 73,08
Persentase Pencapaian KKM Siklus I
Siswa yang mencapai KKM
Siswa yang belum mencapai KKM
Gambar 4.3. Persentase Pencapaian KKM Siklus I
Berdasarkan data dan gambar di atas, peneliti membandingkan tingkat persentase yang diperoleh dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM
sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 55,4 setelah diberikan tindakan pada siklus I menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD persentase siswa yang mencapai KKM menjadi 26,92. Peneliti menduga menurunnya tingkat persentase
siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal ke siklus I dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini baru diterapkan pada siswa
yang sekarang duduk di kelas V A SD Negeri Denggung tahun pelajaran 20142015. Hal tersebut diperkuat pada saat guru peneliti membagi siswa
dalam kelompok yang heterogen, terdapat beberapa siswa yang tidak suka dengan teman kelompoknya. Kondisi kelas juga kurang kondusif karena
beberapa siswa asyik berbicara dengan temannya pada saat guru memberikan penjelasan materi.
Peneliti pada siklus II ini membuat media dan lembar kerja siswa LKS yang disusun lebih menarik dan baik agar siswa bersedia
mengerjakan tugas besama-sama dengan kelompoknya. Perbedaan lain pada siklus I dan siklus II yaitu materi yang disampaikan. Motivasia siswa
sudah semakin baik ditunjukkan dengan menyelesaikan tugas bersama teman satu kelompok. Selain itu, siswa lebih mudah memahami materi
yang disampaikan pada siklus II dibandingkan dengan siklus I terbukti dengan hasil prestasi belajar yang diperoleh. Dari data yang diperoleh
pada siklus II menunjukkan nilai rata-rata ulangan 77,70. Nilai tertinggi
yang diperoleh siswa adalah 90 sedangkan nilai terendah siswa adalah 60. Jumlah siswa yang mencapai KKM ada 21 siswa atau 80,77 sudah
mencapai KKM dan 5 siswa atau 19,23 yang belum mencapai KKM dari 26 siswa. Dari data tersebut dapat digambarkan pada diagram sebagai
berikut:
Gambar 4.4. Persentase Pencapaian KKM Siklus II Hasil prestasi belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.18 Data Prestasi Belajar Siswa
Variabel Indikator
Kondisi awal
Siklus I Siklus II
Target Capaian
Target Capaian
Prestasi Belajar
Siswa 1. Rata-rata
nilai ulangan
65,83 70
59,80 75
77,70 2. Persentase
jumlah siswa
yang mencapai
nilai KKM 71 55,40
65 26,92
75 80,77
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa siklus I baik dari segi rata- rata nilai ulangan dan persentase siswa yang mencapai KKM mengalami
penurunan dibandingkan dengan kondisi awal. Sejalan dengan data yang
diperoleh peneliti menemukan beberapa kelemahan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I misalnya: Guru
mengalami kesulitan dalam mengajak siswa untuk mau berkelompok, guru kesulitan dalam mengajak siswa yang pintar untuk mau membantu
temannya yang kurang paham terhadap materi, konflik verbal yang berkenaan dengan perbedaan pendapat anggota-anggota kelompoknya,
siswa tidak senang dengan teman satu kelompok dan situasi kelas kurang kondusif. Sedangkan untuk siklus II penelitian berjalan sesuai dengan
yang diinginkan oleh peneliti. Dari data tersebut dapat digambarkan persentase prestasi belajar siswa yang mencapai KKM pada diagram
berikut:
55.4 26.92
80.77
20 40
60 80
100
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II
Persentase Jumlah Siswa Yang Mencapai Nilai KKM
Gambar 4.5. Persentase Jumlah Siswa Yang Mencapai Nilai KKM.
Hasil rata-rata nilai ulangan siswa pada kondisi awal yaitu 65,83 setelah dilakukan tindakan pada siklus I menjadi 59,80. Target pada siklus
I belum tercapai sehingga dilanjutkan ke siklus II. Hasil rata-rata nilai ulangan siswa pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 77,70. Dari data
tersebut dapat digambarkan nilai rata-rata ulangan siswa pada diagram berikut:
65.83 59.8
77.7
20 40
60 80
100
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II
Nilai Rata-rata Ulangan
Gambar 4.6. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial sangat sesuai untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V A SD Negeri Denggung meskipun pada
siklus I pencapaian prestasi belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Peningkatan prestasi belajar siswa yang menonjol pada
siklus II disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: siswa yang berada di dalam kelompok sudah saling menerima satu sama lain, bekerjasama
menyelesaikan tugas, saling tukar-menukar pendapat kerja tim dan diakhiri dengan mengerjakan soal evaluasi yang dibagikan untuk
dikerjakan secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa yang didapatkan saat berkelompok.
99
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan peneliti dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada KD: 3.3 memahami
manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia
dan KD: 3.2 mengenal perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa
penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya di kelas V A SD Negeri
Denggung tahun pelajaran 20142015 telah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Penyampaian tujuan, pembagian kelompok, presentasi materi dari guru, kegiatan belajar dalam tim
diskusi, pemberian kuis, dan pemberian penghargaan atas prestasi tim. 2. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS pada KD: 3.3 memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di
wilayah Indonesia dan KD: 3.2 mengenal perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada
masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya di kelas V A SD Negeri
Denggung tahun pelajaran 20142015. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kondisi awal rata-rata skor motivasi siswa adalah 53,61
sangat kurang, setelah dilakukan tindakan menggunakan pembelajaran pada siklus I meningkat rata-rata menjadi 79,17 baik, kemudian
dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 85,42 baik. 3. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pada 3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di
wilayah Indonesia dan 3.2 Mengenal perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa
penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya di kelas V A SD Negeri
Denggung tahun pelajaran 20142015. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kondisi awal adalah 65,83 setelah dilakukan tindakan
menggunakan pembelajaran pada siklus I diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar menjadi 59,80 kemudian dilanjutkan pada siklus II rata-rata
prestasi belajar siswa meningkat menjadi 77,70. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal sebesar 55,40, setelah dilakukan
tindakan siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami penurunan menjadi 26,92 dan pada siklus II persentase jumlah siswa
yang mencapai KKM menjadi 80,77.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan oleh peneliti karena guru kelas yang meminta.
2. Pada saat penelitian, peneliti mengalami kendala atau kesulitan dalam pengkondisian kelas saat pembelajaran berlangsung.
3. Prestasi belajar siswa hanya diukur pada aspek kognitif.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini sebaiknya dilaksanakan oleh guru kelas, karena guru kelas lebih tahu tentang kondisi kelas yang sebenarnya.
2. Peneliti alangkah lebih baik mengkondisian kelas dengan membuat peraturan kelas agar siswa mentaati peraturan yang telah disepakati.
3. Prestasi belajar siswa seharusnya diukur pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.