Manfaat Bahan Ajar Kimia

20 mengidentifikasi manfaat penggunaan media instruksional dalam proses pembelajaran, yaitu dapat: 1 menyeragamkan penyampaian materi pembelajaran, 2 membuat proses instruksional menjadi lebih menarik, 3 membuat proses belajar siswa menjadi lebih interaktif, 4 mengurangi jumlah waktu belajar-mengajar, 5 meningkatkan kualitas belajar siswa, 6 meningkatkan sikap positif siswa terhadap bahan belajar maupun terhadap proses belajar itu sendiri. Bahan ajar memiliki dua fungsi, yaitu bagi guru dan bagi siswa. Menurut Lestari 2013, fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Adapun bagi siswa akan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari. Penyediaan bahan ajar cukup menunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran, berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Merujuk pada perlunya guru menggunakan berbagai bahan ajar, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bahan ajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut Komalasari, 2013. 1 Sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran 2 Mengatasi keterbatasan pengalaman belajar 3 Memungkinkan keseragaman pengamatan 4 Menanamkan konsep baru 5 Membangkitkan minat siswa 6 Membangkitkan motivasi siswa 7 Memberikan pengalaman menyeluruh. 21 Berdasarkan beberapa manfaat dari bahan ajar, diketahui bahwa bahan ajar memilliki peranan bagi guru, bagi siswa, dan dalam proses pembelajaran. Selain itu, manfaat lain dari penggunaan bahan ajar yaitu dapat meningkatkan minat belajar dan literasi sains siswa .

6. Model Pembelajaran STS a. Hakikat Model Pembelajaran STS

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran ini berfungsi sebagai pedoman bagi pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran Trianto, 2010. Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk mengembangkan literasi sains adalah STS Ackay Ackay, 2015. Model pembelajaran STS diartikan sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat. Mikdar Wati, Karyanto, Santosa, 2014 menyatakan bahwa model pembelajaran STS dilandasi oleh teori konstruktivisme yang menekankan pada pengembangan konsep dan struktur kognitifnya secara mandiri oleh siswa. Model pembelajaran tersebut menekankan agar siswa dapat berpikir, menilai, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Model pembelajaran STS bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungan Poedjiadi, 2005. Bakar mengatakan bahwa pelaksanaan model STS ditujukan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah yang telah diidentifikasi. STS dimulai dengan masalah nyata dan rasa kepedulian Wati et al., 2014. Siswa fokus pada masalah dan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah kehidupan mereka. 22 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akcay Akcay 2015, model pembelajaran STS dapat pengetahuan sains siswa.

b. Sintaks Model Pembelajaran STS

Model pembelajaran STS menurut Smarabawa 2013 merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan isu-isu sains yang ada di lingkungan sekitar siswa untuk dibahas dalam pembelajaran. Model pembelajaran STS meliputi 5 tahapan Poedjiadi, 2005. Adapun penjelasan setiap tahapan adalah sebagai berikut. 1 Fase 1 tahap apersepsiinisiasi Tahap apersepsi merupakan kegiatan yang merupakan jembatan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari Sanjaya, 2016. Tahapan ini memperlihatkan siswa mengenai hubungan antara pengetahuan yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Selain itu, tahap apersepsi juga dapat dilakukan dengan menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini dapat membuat siswa merasa lebih dekat dan lebih percaya diri dalam proses pembelajaran. 2 Fase 2 tahap pembentukan konsep Tahap pembentukan konsep dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan dan metode Poedjiadi, 2005. Pendekatan yang dapat digunakan misalnya pendekatan konseptual, pendekatan kontekstual, pendekatan sejarah, dan lain- lain. Adapun metode yang dapat digunakan misalnya metode diskusi, demonstrasi, ceramah, dan lain-lain. Metode yang digunakan sangat mempengaruhi konsep yang akan dibentuk siswa. Dengan pendekatan dan metode yang sesuai akan membuat siswa terhindar dari adanya miskonsepsi atau salah konsep.