40
menerapkan keterampilan berbahasanya untuk berbicara dalam situasi dan masalah tertentu untuk keperluan berkomunikasi.
Dalam mengukur tes kemampuan berbicara menggunakan metode role playing peneliti menggunakan tes keterampilan berbicara tingkat
penerapan menurut Burhan Nurgiyantoro, tes yang digunakan adalah tes unjuk kerjaperformance.
Menurut Astri Setyawati 2014: 23 terdapat lima aspek yang digunakan dalam menilai keterampilan berbicara siswa, diantaranya
adalah: 1 intonasi, yaitu penempatan tekanan katasuku kata pada saat berbicara; 2 lafal, yaitu pengucapan bunyi konsonan dan vokal pada saat
berbicara; 3 kelancaran, yaitu pengucapan bunyi tanpa terputus-putus dan tanpa jeda; 4 ekspresi berbicara, yaitu mimikpantomimik pada saat
berbicara; 5 pemahaman isi yaitu pemahaman isi pembicaraan sesuai dengan topik dan tokoh yang diperankan.
Dalam penilaian berbicara ini, peneliti menggunakan penilaian keterampilan berbicara pada kelas XI SMA Muhammadiyah Pakem,
Sleman menurut Astri Setyawati, yang meliputi : 1 lafal yaitu kejelasan vokalkonsonan, 2 intonasi yaitu penempatan tekanan katasuku kata, 3
kelancaran yaitu pengucapan bunyi tanpa terputus-putus, 4 ekspresi yaitu mimik pada saat berbicara dan 5 pemahaman isi yaitu pemahaman
pembicaraan sesuai dengan topik dan tokoh yang diperankan.
41
C. Karakteristik Materi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari mulai SD sampai dengan perguruan tinggi. Menurut Mulyasa dalam Main
Sufanti 2010: 11 Berdasarkan KTSP, mata pelajaran bahasa indonesia di SD mendapat alokasi waktu 5 jam pelajaran per minggu, di SMP
mendapat alokasi waktu 4 jam perminggu, di SMA kelas X mendapat alokasi waktu waktu 4 jam per minggu, di SMA kelas XI dan XII IPA dan
IPS mendapat alokasi waktu 4 jam pelajaran per minggu, dan di SMA kelas XI dan XII Bahasa mendapat alokasi waktu per minggu.
Materi Bahasa Indonesia memiliki beberapa aktivitas seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari beberapa aktivitas
terdapat beberapa topik, diantaranya puisi, cerita pendek, novel, drama, cerita rakyat, dan cerita melayu klasik. Selain topik terdapat komponen
kemampuan bersastra. Komponen tersebut dipaparkan dalam SKKD dalam Main Sufanti 2010: 15-16, yaitu di antaranya:
1. Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama SK mendengarkan, kelas XI semester
1 2. Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh pratagonis dan atau
antagonis SK berbicara, kelas XI semester 1 3. Menganalisis
unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik
novel indonesiaterjemahan SK membaca, kelas XI semester 1
42
4. Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang-orang pelaku, peristiwa, latar SK menullis, kelas X II semester 1.
Setiap pembelajaran memiliki tujuan. Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam
Main Sufanti 2010: 13 yaitu: 1 Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
2 Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, 3 memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, 4 menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, 5 menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 6 menghargai dan membanggakan satra Indonesia sebagai Khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
D. Karakteristik Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas
Proses belajar seseorang mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat belajar
sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya menurut Piaget dalam Asri Budiningsih 2012: 39-40 mengemukakan tahap perkembangan
operasional formal umur 1112-18 tahun, dalam tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir
43
“kemungkinan”. Model berfikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductive dan inductive sudah mulai dimilki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat:
a. Bekerja secara efektive dan sistematis. b. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua
kemungkinan penyebabnya, misal C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
c. Berfikir secara proposional, yakni menentukan macam-macam proposional tentang C1,C2, dan R misalnya.
d. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Siswa SMA disebut juga dengan periode remaja, periode remaja
adalah transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Usia periode remaja antara 12-20 tahun. Menurut Jacqueline Lerner dkk Syamsu Yusuf , 2011:
79 Pada periode remaja ini siswa memiliki 5 karakteristik positif, yaitu a Competence, remaja memilki persepsi positif terhadap aspek sosial,
akademik, fisik, karier, dan sebagainya; b Confidence, remaja memiliki hubungan positif dengan orang lain, seperti memiliki self-worth dan self-
efficacy;c Connection, remaja memiliki hubungan positif dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman sebaya, guru, dan yang lainnya dalam
kehidupan masyarakat; d Character, remaja memiliki sikap respek terhadap peran-peran sosial, memahami benar-salah atau baik buruk, dan
memiliki intergritas: dan e Caringcompassion, remaja menunjukan
44
perhatian emosional terhadap orang lain, terutama pada saat mereka sedang berada dalam keadaan duka cita distress.
E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Astri Setyawati pada tahun 2014 dengan judul
penelitian “Pengaruh Metode Role Playing dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri
Panjatan Kulon Progo”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat peningkatn keterampilan berbicara bahasa indonesia dengan menggunakan
metode role playing yang ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata antara kelompok kontrol dan eksperimen sebesar 11,92.
Relevansi hasil penelitian yang dilakukan oleh Astri Setyawati dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode role playing
atau bermain peran untuk pembelajaran keterampilan berbicara dan metode penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan quasi
eksperiment . Selain memiliki persamaan, penelitian ini memiliki perbedaan yaitu pada subjek yang diteliti, pada penelitian yang dilakukan
Astri Setyawati subjeknya adalah siswa kelas V SD dengan jumlah 39 siswa, sedangkan dalam penelitian ini subjeknya adalah siswa kelas XI
SMA dengan jumlah 32 siswa.