Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Sekolah Menengah Atas

37 masing. Dalam hal ini ada tiga tingkatan yang digunakan yaitu tingkat pemula, menengah dan tingkat tinggi. Pembelajaran keterampilan berbicara pada tingkat pemula bertujuan agar peserta didik dapat: 1 melafalkan bunyi-bunyi bahasa; 2 menyampaikan informasi; 3 menyatakan setuju atau tidak setuju; 4 menjelaskan identitas diri; 5 menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan; 6 menyatakan ungkapan rasa hormat; dan 7 bermain peran. Untuk tingkat menengah tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat: 1 menyampaikan informasi; 2 berpartisipasi dalam percakapan; 3 menjelaskan identitas diri; 4 menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan; 5 melakukan wawancara; 6 bermain peran; dan 7 menyampaikan gagasan dalam diskusi atau pidato. Adapun untuk tingkat yang paling tinggi, yaitu tingkat lanjut, tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat: 1 menyampaikan informasi; 2 berpartisipasi dalam percakapan; 3 menjelaskan identitas diri; 4 menjelaskan kembali hasil simakan atau bacaan; 5 berpartisipasi dalam wawancara; 6 bermain peran; dan 7 menyampaikan gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat.

5. Penilaian Keterampilan Berbicara di Sekolah Menengah Atas

Penilaian berbicara yang baik adalah penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian. Menurut Soenardi Djiwandono 2011: 119 38 sasaran tes berbicara meliputi: a relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, b kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi, c penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar. Menurut Brooks dalam Henry Guntur Tarigan 2008: 28 terdapat lima faktor yang digunakan dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang yaitu, di antaranya adalah: a Apakah bunyi-bunyi tersendiri vokal dan konsonan diucapkan dengan tepat? b Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, tekanan suku kata, memuaskan? c Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakannya? d Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat? e Sejauh manakah “kewajaran” atau “kelancaran” ataupun “ke-native-speaker-an” yang tercermin bila seseorang berbicara? Menurut Arsyad dan Mukti dalam Isnaniar 2013: 23 faktor-faktor yang dinilai untuk keefektifan berbicara ada dua yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup pengucapan vokal, pengucapan nadairama, pilihan kata, pilihan ungkapan, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan ragam kalimat. Faktor nonkebahasaan mencakup keberanian dan semangat, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan mata, gerak gerik dan mimik, keterbukaan, penalaran, dan penguasaan topik. 39 Selanjutnya menurut Burhan Nurgiyanto dalam Astri Setyawati 2014: 19-20 terdapat tiga tingkatan tes ketrampilan berbicara, yaitu sebaigai berikut: a Tes Berbicara Tingkat Ingatan Tes berbicara tingkat ingatan ini umumnya bersifat teoritis, menyatakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang pengertian, fakta dan sebagainya. Tes tingkatan ini dapat juga berupa tugas yang dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan ingatan siswa secara lisan. Tes ini dapat berupa permintaan untuk menyebutkan fakta atau kejadian, misalnya rumusan pancasila, nama-nama tokoh, acara televisi dan baris puisi. b Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Pemahaman Tes keterampilan berbicara pada tingkat pemahaman juga masih bersifat teoritis, menanyakan masalah-masalah yang berhubungan dengan berbagai tugas berbicara. Tes tingkat pemahaman dapat pula dimaksudkan untuk mengungkap pemahaman siswa secara lisan. c Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Penerapan Tes keterampilan berbicara pada tingkat penerapan tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Tes tingkat penerapan menuntut siswa untuk mampu 40 menerapkan keterampilan berbahasanya untuk berbicara dalam situasi dan masalah tertentu untuk keperluan berkomunikasi. Dalam mengukur tes kemampuan berbicara menggunakan metode role playing peneliti menggunakan tes keterampilan berbicara tingkat penerapan menurut Burhan Nurgiyantoro, tes yang digunakan adalah tes unjuk kerjaperformance. Menurut Astri Setyawati 2014: 23 terdapat lima aspek yang digunakan dalam menilai keterampilan berbicara siswa, diantaranya adalah: 1 intonasi, yaitu penempatan tekanan katasuku kata pada saat berbicara; 2 lafal, yaitu pengucapan bunyi konsonan dan vokal pada saat berbicara; 3 kelancaran, yaitu pengucapan bunyi tanpa terputus-putus dan tanpa jeda; 4 ekspresi berbicara, yaitu mimikpantomimik pada saat berbicara; 5 pemahaman isi yaitu pemahaman isi pembicaraan sesuai dengan topik dan tokoh yang diperankan. Dalam penilaian berbicara ini, peneliti menggunakan penilaian keterampilan berbicara pada kelas XI SMA Muhammadiyah Pakem, Sleman menurut Astri Setyawati, yang meliputi : 1 lafal yaitu kejelasan vokalkonsonan, 2 intonasi yaitu penempatan tekanan katasuku kata, 3 kelancaran yaitu pengucapan bunyi tanpa terputus-putus, 4 ekspresi yaitu mimik pada saat berbicara dan 5 pemahaman isi yaitu pemahaman pembicaraan sesuai dengan topik dan tokoh yang diperankan.

Dokumen yang terkait

DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Teks Dialog Dengan Menggunakan Strategi Role Playing Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 03 Nu

0 3 17

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 1 15

PENDAHULUAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog 02 Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 6

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 2 15

PENDAHULUAN Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI SD Negeri 3putatnganten Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 6

NO NAMA SISWA Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI SD Negeri 3putatnganten Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 47

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V di SD Negeri 01 Malanggaten Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DI KELAS IV SD

0 0 10

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III MIN 7 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 103