Uji Hipotesis pertama Pengujian Hipotesis
                                                                                93
berbicara bahasa Indonesia tanpa campur tangan guru dalam pembelajaran. Siswa  dibagi  dalam  kelompok  untuk  memainkan  peran  terhadap  tema
yang  menjadi  materi  pembelajaran.  Siswa  diajak  untuk  praktik  berbicara, bersikap  dan  berperilaku  sesuai  dengan  peran  yang  mereka  mainkan
kemudian melakukan evaluasi. Penyajian  materi  pelajaran  keterampilan  berbicara  yanng
disisipkan  melalui  bermain  peran  merupakan  penerapan  pengajaran berdasarkan  pengalaman.  Hal  ini  mampu  memberikan  suasana  yang
menarik  bagi  siswa  dan  menciptakan  pembelajaran  yang  menyenangkan serta  bermakna  sehingga  keterampilan  berbicara  siswa  dapat  meningkat
sesuai dengan pendapat Hamzah B. Uno 2007:26  bahwa bermain peran bertujuan membantu siswa menemukan makna jati diri di dunia sosial dan
memecahkan  dilema  dengan  bantuan  kelompok.  Selain  itu  juga bermanfaat  untuk  menggali  perasaannya,  memperoleh  inspirasi  dan
pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, serta mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara.
Metode  role  playing  memiliki  kelemahan  menurut  Miftahul  Huda 2014:  210-211  sebagai  berikut:  1  Banyaknya  waktu  yang  dibutuhkan,
2  kesulitan  menugaskan  peran  tertentu  kepada  siswa  jika  tidak  dilatih dengan  baik,  3  ketidakmungkinan  menerapkan  RPP  jika  suasana  kelas
tidak  kondusif,  4  membutuhkan  persiapan  yang  benar-benar  matang yang  akan  menghabiskan  waktu  dan  tenaga,  dan  5  tidak  semua  materi
pelajaran  dapat  disajikan  melalui  strategi  ini.  Pelaksanaan  metode  role
94
playing harus dipersiapkan dengan matang. Antisipasi dari kekurangan di atas  perlu  dicari  agar  pembelajaran  yang  maksimal  dapat  tercapai.  Teks
percakapan dialog yang digunakan harus disusun dengan memperhatikan waktu lamanya peserta didik menyelesaikan perannya.
Pembelajaran  role  playing  dengan  dampingan  guru  siswa  lebih terpaku  pada  teks  drama  yang  sudah  ditetapkan  dan  kurang  bebasnya
siswa  dalam  berekspresi  karena  keterlibatan  guru  dalam  pembelajaran, serta suasana kelas yang ramai dan berisik membuat pembelajaran kurang
kondusif karena suara siswa saling bersautan dengan kelompok lain. Peran guru  dalam  pembelajaran  role  playing  dengan  dampingan  guru  adalah
mendampingi  siswa dalam  proses belajar bermain peran dan memberikan contoh  sebelum  pelaksanaan  pembelajaran  dimulai,  hal  ini  sesuai  dengan
pendapat  Vigotsky  dalam  Asri  Budiningsih  2012:  101  yaitu  sebelum terjadi  internalisasi  dalam  diri  anak,  atau  sebelum  kemampuan
instramental terbentuk, maka anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Sedangkan pembelajaran role playing tanpa dampingan guru, siswa
akan lebih bisa berekspresi sesuai imajinasi tidak harus sesuai teks drama dan  suasana  pembelajaran  lebih  kondusif  karena  siswa  belajar  tidak  pada
satu  ruangan  yang  sama,  peran  guru  hanya  mengawasi  siswa,  tidak perperan  aktif  dalam  pembelajaran.  Pembelajaran  keterampilan  berbicara
dengan metode role playing tanpa dampingan guru merupakan penerapan berdasarkan  pengalaman  secara  mandiri,  seperti  yang  dikemukakan  oleh
Elizabeth  B.  Hurlock  Umi  khoirotun,  12:  2012  bahwa  bermain  aktif
                                            
                