Simpulan Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kelapa Indonesia Dan Penentuan Identitas Kelapa Hibrida Berdasarkan Marka Molekuler

4 KERAGAMAN GENETIK KELAPA Cocos nucifera L. INDONESIA BERDASARKAN MARKA SNAP BERBASIS GEN WRKY, SUS, SACPD DAN ABI3 Abstrak Pemanfaatan plasma nutfah kelapa di Balai Penelitian Tanaman Palma Manado untuk peningkatan produktivitas dan karakter unggul masih mengalami kendala disebabkan oleh terbatasnya informasi genetik untuk banyak aksesi kelapa. Untuk meningkatkan informasi genetik tersebut dilakukan analisis keragaman genetik menggunakan marka SNAP berbasis gen WRKY, SUS, SACPD dan ABI3. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi keragaman genetik dan struktur genetik plasma nutfah 28 aksesi kelapa Dalam dan 13 aksesi kelapa Genjah berdasarkan 16 marka SNAP. Rata-rata nilai jumlah alel yang teramati secara aktual Na, heterozigositas Ho dan He dan Polymorphic Information Content PIC berturut-turut adalah 2, 0.33, 0.39 dan 0.31. Hasil analisis polimorfisme menunjukkan bahwa tiga belas lokus yang digunakan cukup informatif. Aksesi kelapa Dalam dan Genjah dapat dipisahkan ke dalam tiga kelompok yang berbeda dengan piranti lunak DARwin menggunakan metode Neighbour Joining. Struktur genetik populasi dengan piranti lunak STRUCTURE dapat membagi kelapa Dalam dan Genjah atas dua subgrup populasi, dari perhitungan ad hoc maksimum ΔK diperoleh pada K=2. Kata kunci: kelapa Dalam, kelapa Genjah, single nucleotide amplified polymorphism Abstract Utilization of coconut germplasm of the Indonesian Palm Research Institute in Manado to increase productivity and superior characters are still constraints caused by the limited genetic information for many accessions. To increase genetic information genetic diversity analysis was done using the SNAP gene- based markers WRKY, SUS, SACPD and ABI3. The purpose of the research was to evaluate the genetic structure and genetic diversity of the germplasm of the 28 Tall coconut accessions and 13 Dwarf coconut accession based on 16 SNAP markers. Average number of alleles Na, observed heterozygosity, expected heterozygosity and the Polymorphic Information Content PIC are 2, 0.39 0.31 and 0.33, respectively. Polymorphism analysis of the results indicates that thirteen loci used quite informative. Accession of Tall and Dwarf coconut can be separated into three distinct groups with DARwin software utilizing the Neighbour Joining method. In line with this, the genetic structure of a population with the software STRUCTURE can also divide all coconut accessions in two population groups, derived from ad hoc calculation maximum K obtained at K=2. Keywords: Tall coconut, Dwarf coconut, single nucleotide amplified polymorphism

4.1 Pendahuluan

Plasma nutfah kelapa di Balai Penelitian Tanaman Palma Manado perlu mendapat perhatian, tidak hanya dalam bentuk mengumpulkan dan memelihara, tetapi juga mengkarakterisasi keragaman genetik, mengevaluasi sifat-sifat yang dikehendaki dan memanfaatkannya untuk pemuliaan tanaman. Untuk menunjang program peremajaan tanaman kelapa, diperlukan strategi penyediaan benih unggul. Tanaman kelapa sebagai tanaman tahunan mem- butuhkan waktu yang lama untuk seleksi dan evaluasi hasil persilangan sehingga pendekatan bioteknologi melalui pengembangan marka molekuler diperlukan untuk membantu mempercepat program pemuliaan. Marka molekuler menghubungkan ciri genotipe dan fenotipe. Marka ini dapat digunakan untuk menentukan keragaman genetik inter dan intra spesies dan menghasilkan peta genetik. Karakterisasi molekuler tanaman kelapa sudah dilaporkan menggunakan marka RAPD Upadhyay et al. 2004, RFLP Lebrun et al. 1998, AFLP Perera et al. 1998, ISSR Manimekalai dan Nagarajan 2006, SSR Rivera 1999; Perera et al. 2000; Teulat et al. 2000; Meerow et al. 2003; Rajesh et al. 2008; Devakumar et al. 2010; Xiao et al. 2013, dan SNP Herrera et al. 2007. Saat ini, marka SNP menjadi marka pilihan untuk studi genetik karena marka ko-dominan, bersifat bi-alel, terdapat di daerah coding dan non coding region. Adanya SNP akan berpengaruh pada penentuan genetik suatu karakter yang memiliki nilai ekonomi, yang dapat digunakan dalam aplikasi marker assisted selection dan seleksi genomik Tang et al. 2013. Frekuensi SNP dalam genom sangat bervariasi tergantung jenis tanaman. Pada tanaman jagung ditemukan 1 SNP per 31 pb di bagian non-coding region dan 1 SNP per 124 pb di bagian coding region Ching et al. 2002 . Pada kedelai ditemukan 1.64 SNP per 1 kb coding region dan 4.85 SNP per 1 kb non-coding region Zhu et al. 2001. Kanazin et al. 2002 melaporkan keberadaan 1 SNP setiap 189 pb pada tanaman barley. Polimorfisme satu nukleotida ditemukan sangat banyak, sehingga berpotensi sebagai marka yang tersebar di semua bagian genom tanaman. Marka molekuler berbasis SNP telah digunakan untuk studi genotipe Till et al. 2010, pembuatan peta tautan genetik beresolusi tinggi Drenkard et al. 2000, identifikasi varietas Sun et al. 2011, dan seleksi untuk karakter tertentu dalam proses pemuliaan tanaman Gupta et al. 2001. Keberadaan SNP juga berpotensi ditemukan pada sekuen DNA dari fragmen WRKY, SUS, SACPD dan ABI3. Faktor transkripsi WRKY merupakan superfamili protein yang mengandung satu atau dua daerah WRKY yang terkonservasi conserve region di antara anggota familinya. Famili gen WRKY meningkat selama evolusi melalui duplikasi. Famili faktor transkripsi WRKY termasuk dalam sejumlah fungsi biologi pada tanaman yang pertama kali dijelaskan oleh Eulgem et al. 2000. Faktor transkripsi ini memiliki sekuen asam amino yang tetap ada, daerah WRKYGQK merupakan asal penamaannya. Beberapa gen WRKY telah diidentifikasi sebagai komponen penting dalam kontrol genetik mekanisme respon pertahanan pada sejumlah spesies tanaman Yu et al. 2001; Ulker dan Somssich 2004; Ryu et al. 2006 . Gen WRKY diinduksi pada respon cekaman abiotik yaitu cekaman dingin atau kekeringan Rizhsky et al. 2002, berperan dalam senesen Robatzek dan Somssich 2001, berfungsi dalam perkembangan trikoma dan seed coat Johnson et al. 2002, dan pengaturan ukuran biji Luo et al. 2005. Enzim yang berperan utama dalam pembentukan sukrosa untuk kebutuhan energi, metabolik, dan organ penyimpan dalam sel tanaman adalah sucrose synthase. Sucrose synthase menunjukkan aktivitas yang meningkat selama tahap akhir perkembangan endosperma buah kopi dan berjalan secara paralel dengan akumulasi sukrosa Geromel et al. 2006. Pada beberapa studi, sintesis sukrosa dilakukan bersamaan dengan degradasi galaktomanan menjadi manosa dan galaktosa. Enzim lainnya yang berperanan penting dalam endosperma kelapa adalah stearoyl-acyl carrier protein desaturase SACPD, yaitu enzim yang terlibat pada sintesis asam lemak. SACPD mengubah senyawa asam stearat asam lemak jenuh menjadi asam oleat asam lemak tak jenuh dengan membuat ikatan rangkap-cis pada karbon ke-9 di senyawa asam stearat Kachroo et al. 2008. Mobilisasi galaktomanan pada proses perkecambahan embrio ternyata di bawah kontrol yang berbeda antar tanaman, terutama peranan hormon seperti giberelin GA dan asam absisik ABA. Pada tanaman legum dan non-legum, ABA mempunyai peranan sebagai modulator interaksi secara biokimia dan fisiologi antar endosperma dengan embrio pada proses perkecambahan dan awal pertumbuhan kecambah Buckeridge et al. 2000; Potomati dan Buckeridge 2002. Situs SNP fragmen WRKY, SUS, SACPD dan ABI3 yang berasal dari tanaman kelapa belum pernah dievaluasi dan digunakan dalam studi keragaman genetik. Tujuan penelitian ini ialah 1 menghasilkan marka SNAP untuk analisis keragaman genetik kelapa Indonesia; dan 2 mendapatkan metode multiplex PCR untuk analisis keragaman genetik kelapa Indonesia dengan gen WRKY.

4.2 Bahan dan Metode

Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai Juni 2014 di Laboratorium Biologi Molekuler Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4.2.1 Bahan Tanaman

Daun kelapa berasal dari kebun koleksi plasma nutfah Balai Penelitian Tanaman Palma Manado. Sebanyak 28 aksesi kelapa Dalam masing-masing 15 individu, 13 aksesi kelapa Genjah masing-masing 10 individu. Ke-41 aksesi ini selanjutnya digunakan nomor danatau singkatan aksesi adalah 1 Dalam Aertembaga DAG, 2 Dalam Australia DAI, 3 Dalam Banyuwangi DBG, 4 Dalam Bali DBI, 5 Dalam Ilo Ilo DIO, 6 Dalam Jepara DJA, 7 Dalam Kosinggolan DKL, 8 Dalam Kinabuhutan DKN, 9 Dalam Kalasey DKY, 10 Dalam Lansio DLO, 11 Dalam Lubuk Pakam DLP, 12 Dalam Mamuaya DMA, 13 Dalam Mapanget DMT, 14 Dalam Marinsow DMW, 15 Dalam Pandu DPA, 16 Dalam Pungkol DPL, 17 Dalam Paslaten DPN, 18 Dalam Palu DPU, 19 Dalam Rarumis DRS, 20 Dalam Sawarna DSA, 21 Dalam Sea DSE, 22 Dalam Seilon DSN, 23 Dalam Tenga DTA, 24 Dalam Takome DTE, 25 Dalam Talise DTS, 26 Dalam Tontalete DTT, 27 Dalam Tebu DTU, 28 Dalam Wusa DWA, 29 Genjah Aromatik GAK, 30 Genjah Hijau Jombang GHJ, 31 Genjah Hijau Nias GHN, 32 Genjah Kuning Bali GKB, 33 Genjah Kuning Malaysia GKM, 34 Genjah Kuning Nias GKN, 35 Genjah Merah Malaysia GMM, 36 Genjah Orange Sagerat GOS, 37 Genjah Raja GRA, 38 Genjah Salak GSK, 39 Genjah Mansinam GMN, 40 Genjah Tebing Tinggi GTT dan 41 Genjah Waingapu GWU.

4.2.2 Amplifikasi DNA

Sebanyak 16 pasangan primer SNAP digunakan dalam penelitian ini. Delapan primer SNAP gen WRKY; empat primer SNAP gen SUS CNSUS1, tiga primer SNAP gen SACPD CocoSACPD, dan satu primer SNAP gen ABI3 disajikan dalam Tabel 4.1. Enambelas pasangan primer tersebut dianggap sebagai 16 lokus marka SNAP. Primer-primer dari ketiga gen yang disebutkan terakhir diperoleh dari disain primer tidak disajikan dalam bab ini sesuai dengan disain primer dengan gen WRKY yang telah diulas dalam Bab 3. Reaksi singleplex PCR untuk gen SUS, SACPD dan ABI3 dilakukan dengan menggunakan KAPA2G TM PCR kit Kapa Biosystems Inc.,USA. Komposisi reaksi untuk amplifikasi DNA terdiri atas: 6.25 µL PCR mix, masing-masing 0.75 µL untuk primer forward dan primer reverse dengan konsentrasi 10 µM, dan ditambah dengan ultra purewater ddH 2 O steril hingga mencapai volume akhir total 25 µL. Reaksi multiplex PCR untuk gen WRKY menggunakan satu template DNA dengan 2 pasangan primer SNAP dalam satu reaksi. Komposisi reaksi multiplex terdiri atas 6.0 µL 5x buffer PCR, 0.6 µL MgCl 2 25 mM, 0.6 µL dNTPs 10 mM, 0.55 µL untuk primer forward dan 0.55 untuk primer reverse dengan konsentrasi 10 µM, 0.1 µL Taq DNA Polymerase 5 unitµL, DNA template 3 µL [10 ngµL] dan ultra purewater ddH 2 O steril ditambahkan sehingga volume akhir menjadi 25 µL. Amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan mesin PCR BioRad T100 TM Thermal Cycler. Tahapan amplifikasi terdiri atas: satu siklus pre- denaturasi pada suhu 95°C selama 3 menit; diikuti dengan 35 siklus yang terdiri atas tahapan denaturasi pada suhu 95°C selama 15 detik, penempelan primer pada suhu 48.8 –55.4°C sesuai suhu penempelan primer pada Tabel 4.1 selama 15 detik, pemanjangan primer pada suhu 72°C selama 1 detik; dan diakhiri dengan satu siklus pemanjangan akhir pada suhu 72°C selama 10 menit. P roduk PCR dipisahkan berdasarkan ukuran menggunakan gel agarosa 1 Vivantis Inc., USA dalam 1x SB buffer. Ukuran produk amplifikasi diestimasi dengan perbandingan ladder 100 pb Vivantis Inc., USA pada arus konstan sebesar 80 volt selama 30 menit. Pita DNA divisualisasi menggunakan pewarnaan 33 vv Gelred TM Biotium Inc. di bawah lampu UV Vilber Lourmat Super Bright TFX- 20 MX, Sigma-Aldrich dan didokumentasikan Canon. Tabel 4.1 Daftar primer SNAP gen WRKY, SUS, SACPD, ABI3 yang digunakan pada penelitian No Nama primer Sekuens oligonukleotida Panjang primer basa TM °C Ukuran alel pb 1 WRKY21Ref TCAAAAGTCGTACGTGAACCACGGG 25 66.7 319 WRKY21Rev GCCCTCTCAACGTGCTTCCGG 21 67.0 WRKY21Alt CATCAAAAGTCGTACGTGAACCAGGGA 27 66.7 321 2 WRKY22Ref TGATGATGGTTACCGCTGGGGG 22 66.7 260 WRKY22Rev GCCCTCTCAACGTGCTTCCGG 21 67.0 WRKY22Alt TGATGATGGTTACCGCTGGGGC 22 66.8 260 3 WRKY61Ref AAAATATAATTCAGGGAATTAAGCAG 26 54.9 107 WRKY61Rev AAAGTAGTGAAAGGGAATCCAAA 23 55.1 WRKY61Alt AAAATATAATTCAGGGAATTAAGCAA 26 55.2 107 4 WRKY63Ref ATAAATATCACATATCCCTGAGCAA 25 55.0 352 WRKY63Rev CTACAGGTATTGTTAAATGTGCCA 24 55.0 WRKY63Alt TATAAATATCACATATCCCTGAGCAG 26 54.9 353 5 WRKY71Ref CATCCGATCATTCGTGCG 18 58.1 354 WRKY71Rev ATCGATATCACTTGTGGTCTGAA 23 55.0 WRKY71Alt CATCCGATCATTCGTGCC 18 56.9 354 6 WRKY191Ref CGTCTTCTGCAAACTAAGCTCA 22 56.3 211 WRKY191Rev ATGATATATATACAAGACTACGCCGAT 27 55.0 WRKY191Alt GTCTTCTGCAAACTAAGCTCG 21 53.5 210 7 WRKY211Ref ATTGCCTATTAAAAATAACAATTTACG 27 55.0 272 WRKY211Rev TACCATATATTAATGCGGATGAGAT 25 55.0 WRKY211Alt ATTGCCTATTAAAAATAACAATTTACC 27 54.2 272 8 WRKY213Ref AGCATCTTGATCAATTACGATACC 24 55.4 237 WRKY213Rev AAGCATCTTGATCAATTACGATACA 25 55.1 WRKY213Alt TACCATATATTAATGCGGATGAGAT 22 54.2 238 9 CNSUS13 Ref GAATGAGATGCTACAAAGAATAAATAAG 28 56 410 CNSUS13 Rev TCTGTTCTAAATGGAACGCG 20 56 CNSUS13 Alt GAATGAGATGCTACAAAGAATAAATAAA 28 56 10 CNSUS111 Ref ATCCTCCGCGTTCCATCTAG 20 60 400 CNSUS111 Rev GGTTTCCATCACTGTAGTTAC C 22 60 CNSUS111 Alt ATCCTCCGCGTTCCATCTAA 23 60 11 CNSUS114 Ref GCTGAAAGTCACTGAAAAGGTAG 25 55 390 CNSUS114 Rev AAATTATTAAGAATGTCATGGTTTC 25 55 CNSUS114 Alt GCTGAAAGTCACTGAAAAGGTAC 23 55 12 CNSUS117 Ref CTGCAGTTCTCCTGTTAGTACG 23 61 385 CNSUS117 Rev CAGATTGCTACCTGATGCAG 20 61 CNSUS117 Alt CCTGCAGTTCTCCTGTTAGTACA 23 61 13 ABI33 Ref GGAGGACATAGGCACCTCCTA 21 61 360 ABI31 Rev ACCAGATGATTATTTGCTCTCCT 23 61.4 ABI33 Alt GAGGACATAGGCACCTCCTG 20 61 14 CocoSACPD1Ref AAATATCATGACTTCAAGCATTCC 24 56 427 CocoSACPD1Rev TTGCCCCACATGCTGGTA 18 56 CocoSACPD1Alt ATAAAATATCATGACTTCAAGCATTCT 27 56 15 CocoSACPD2Ref GGCTGTTCTCTGTCCTTGGA 20 55 442 CocoSACPD2Rev CGTTATCAAATTCATATATAGTAAAGGA 28 55 CocoSACPD2Alt GCTGTTCTCTGTCCTTGGG 19 55 16 CocoSACPD3Ref AAGGTACGGGCTGTGCTC 18 54 425 CocoSACPD3Rev GGAGCATTATGCTTCCCTG 19 54 CocoSACPD3Alt AAGGTACGGGCTGTGCTT 18 54 Keterangan: Ref = Reference; Rev = Reverse; Alt = Alternate