Profil Alel Persilangan Kelapa Kopyor Lampung dengan Marka SNAP SSR
Persilangan kelapa Dalam kopyor di Lampung dengan kelapa unggul nasional DTE, DMT, DBI, GSK menghasilkan progeni yang memiliki alel tetua
betina dan jantan legitimate hybrid lebih banyak dari individu illegitimate hybrid. Legitimate hybrid mencapai 84.4 dari jumlah total individu sebanyak 36
individu sedangkan illegitimate hybrid hanya 15.6, seperti disajikan pada Gambar 8.10. Hal ini diduga karena tidak terjadi hibridisasi dengan polen tetua
yang lain. Persentase jumlah individu illegitimate hybrid pada persilangan di Lampung lebih rendah dari persilangan di Pati karena jumlah progeni dari setiap
persilangan di Lampung lebih sedikit sehingga dapat dianggap belum merepre- sentasikan jumlah ideal progeni untuk suatu persilangan.
Gambar 8.10 Grafik tingkat keberhasilan persilangan di Lampung berdasar jumlah individu A dan persentasi B menggunakan tetua jantan DTE, DMT,
DBI dan GSK Tetua jantan kelapa Dalam Bali DBI memiliki persentasi paling tinggi
100 sedangkan tetua jantan kelapa Genjah Salak GSK paling rendah 75. Hal ini menyatakan bahwa individu legitimate hybrid lebih banyak diperoleh dari
penyerbukan polen kelapa DBI. Dengan demikian tetua jantan DBI merupakan tetua yang memiliki nilai persentasi tertinggi baik pada persilangan di Pati
maupun di Lampung. Keberhasilan pembuahan yang tinggi ini diduga karena tingginya viabilitas polen DBI dibandingkan polen tetua jantan lainnya. Menurut
Widiastuti dan Palupi 2008 mengungkapkan keberhasilan pembuahan pada kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh viabilitas polen. Viabilitas yang tinggi dari
polen akan cepat membuahi sel telur. Pengaruh lain, rendahnya viabilitas polen tetua-tetua lain mungkin karena telah menurunnya kualitas polen selama masa
penyimpanan sampai dengan waktu akan dilakukan penyerbukan terkontrol.