mempertahankan karyawan yang berkomitmen secara kontinuans, organisasi perlu memberikan perhatian dan penghargaan lebih terhadap unsur-unsur yang
meningkatkan semangat kerja karyawan agar dapat berkomitmen secara afektif terhadap organisasi Manetje, 2005.
c. Komitmen Normatif Berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Karyawan
yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa mereka wajib bertahan dalam organisasi, terlepas dari tingkat kepuasan yang diberikan oleh
organisasi selama bertahun-tahun Manetje, 2005. Tingkat kekuatan komitmen normatif dipengaruhi oleh aturan tentang kewajiban
timbal balik antara organisasi dan karyawan Suliman Iles, 2000. Kewajiban timbal balik ini didasarkan pada teori pertukaran sosial, yang menunjukkan
bahwa karyawan yang menerima manfaat dari organisasi, merasa memiliki kewajiban normatif yang kuat untuk membayar manfaat yang diperoleh
McDonald Makin, 2000. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan
pada organisasi terdiri atas 3 tipe yaitu afektif, kontinuans dan normatif.
4. Tahap Komitmen Karyawan pada Organisasi
Komitmen karyawan pada organisasi berkembang melalui beberapa tahapan, sebagaimana yang dikemukakan oleh O’Reilly 1989 :
a. Tahap Kepatuhan Pada tahap pertama, komitmen terfokus pada kepatuhan karyawan dalam
menerima pengaruh orang lain di sekitarnya terutama yang bermanfaat bagi mereka, melalui remunerasi atau promosi O’Reilly, 1989. Sikap dan perilaku
diadopsi bukan karena keyakinan bersama namun hanya untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
imbalan tertentu. Sifat komitmen dalam tahapan ini berkaitan dengan dimensi kontinuans, dimana karyawan mempertimbangkan kebutuhan untuk bertahan
dalam organisasi dengan imbalan yang diterima Beck Wilson, 2000. Hal ini berarti bahwa karyawan tetap bertahan dalam organisasi pada tahapan ini karena
apa yang mereka terima Meyer Allen, 1997. b. Tahap Identifikasi
Pada tahap kedua, identifikasi terjadi ketika karyawan menerima pengaruh dari orang lain untuk memperoleh hubungan yang memuaskan dengan organisasi
OReilly, 1989. Karyawan merasa bangga menjadi bagian dari organisasi, karyawan mungkin menganggap peran mereka dalam organisasi sebagai bagian
dari identitas diri. Komitmen karyawan pada tahap ini didasarkan pada dimensi normatif Meyer Allen, 1997. Individu bertahan dalam organisasi karena ia
harus dan dituntun oleh kewajiban terhadap tugas dan loyalitas terhadap organisasi.
c. Tahap Internalisasi Dalam tahap terakhir, terjadi internalisasi ketika karyawan menemukan nilai-
nilai organisasi secara intrinsik bermanfaat dan selaras dengan nilai-nilai pribadinya OReilly, 1989. Komitmen karyawan pada tingkat ini didasarkan
pada dimensi afektif Meyer Allen, 1997. Pada tahapan ini tidak hanya rasa memiliki yang berkembang dalam diri karyawan tapi juga keinginan untuk
menjadi bagian dari organisasi sehingga komitmen lebih didasarkan pada keinginan karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Oleh karena itu,
dalam tahapan ini nilai-nilai individu kongruen dengan nilai dari kelompok dan organisasi Suliman Iles, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan pada organisasi berkembang dalam 3 tahapan yaitu tahap kepatuhan, tahap
identifikasi dan tahap internalisasi.
5. Level Komitmen Karyawan pada Organisasi