Bangunan di dekat kebun binatang itu sudah kuno. Isi surat di atas adalah . . . .

Ayo Belajar Bahasa Indonesia Kelas VI 194 194 194 194 194 di permukaan ranting. Begitu pula Doma, ia menusuk guci dengan ranting. Begitu dicabut tampaklah lumpur lengket yang menempel pada ranting. Kedua penipu itu sama-sama sadar. Mereka telah saling menipu dan ditipu. Babak II Kedua penipu itu bergegas membalikkan badan dan berlari ke pasar untuk menjual guci tadi. Hasilnya, mereka bertemu di bawah pohon besar dekat pasar. Doma : Hei, penipu memaki Raga. Raga : Engkau juga penipu Balik memaki Doma. Doma : Hei, kamulah penipunya Raga : Bukan, kamulah penipunya Doma : Kamu……... Raga : Kamu…….. Keduanya kemudian tertawa bersama. Doma : Ah kita ternyata sama-sama penipu. Begini saja kita jadi sahabat saja, bagaimana? Raga : Ya, ide bagus. Aku setuju. Doma : Kawan, aku ingin sekali jadi pedagang. Besok aku akan berdagang di kota . Kamu mau ikut? Raga : Wah, ternyata cita-cita kita sama. Bagaimana kalau besok kita berangkat bersama-sama. Doma : Kita bawa bekal sendiri-sendiri, ya? Raga : Baik. Aku setuju. Mereka pun pulang untuk menyiapkan bekal perjalanan besok pagi. Diam-diam, kedua penipu ini sama-sama punya rencana licik. Raga dan Doma sama-sama menyuruh istrinya untuk mengisi bekal mereka dengan kapur, bukan dengan gandum. Mereka sama-sama ingin makan dengan bekal temannya. Babak III Kedua penipu itu pun berangkat. Mereka berjalan sepanjang hari tanpa makan. Akhirnya, karena lelah, mereka beristirahat. Doma : Ah, kamu juga beruntung kawan. Kamu mendapat mentega terbaik buatanku ekspresi sangat puas. Akhirnya, mereka saling menukar barang mereka. Mereka pulang dengan gembira karena merasa berhasil menipu. Namun, di tengah perjalanan mereka sama-sama berpikir, jangan-jangan pedagang tadi juga penipu seperti aku. Kemudian, Raga mengambil sepotong ranting dan menusuk isi guci. Begitu dicabut, tampaklah tanah liat yang menempel ini mentegaku ini maduku Arti Persahabatan 195 195 195 195 195 Doma : Tas bekalmu kelihatannya berat sekali. Supaya bebanmu ringan, hari ini kita bikin roti pakai tepung gandummu saja dulu. Besok, baru pakai tepungku. Raga : Tidak Tidak berat kok Raga menolak halus Kelihatannya, malah kamu yang tampak kelelahan lebih baik hari ini pakai tepung gandummu saja dulu. Doma : Ah, kamu bercanda. Tasku ini terlalu ringan. Raga : Kalau begitu, kita lanjutkan perjalanan saja. Akhirnya, hari itu mereka tidak makan sama sekali. Mereka berjalan sehari penuh tanpa makan. Di hari kedua, kejadian yang sama terulang. Keduanya berdebat soal tepung gandum. Babak IV Di malam hari akhirnya mereka beristirahat. Mereka ingin membuat makan malam. Doma : Mari kita makan malam. Raga : Mari, kita sudah lapar hingga tidak bisa berjalan terengah-engah Doma : Pakai bekalmu dulu saja ya…… Raga : Jangan Pakai bekalmu saja dulu. Baru besok bekalku. Setelah berdebat lama, akhirnya Doma pun mengalah. Doma : membuka tas perbekalan Apa ini? pura-pura kaget. Tas perbekalanku berisi kapur, bukan gandum. Istriku pasti mempermainkanku. Bagaimana denganmu kawan? Kau pasti tidak akan membuatku kelaparan. Kita gunakan tepung gandummu saja, setelah pulang, pasti akan kubayar dua kali lipat. Raga : Baiklah kawan. membuka tas perbekalan Celaka pura-pura terkejut. Coba, lihat isi tasku juga kapur Rupanya, istriku dan istrimu telah sepakat mempermainkan kita. Kedua penipu itu saling pandang. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tidak lama kemudian, mereka sama-sama tertawa terbahak- bahak. Mereka saling mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Akibat kecurangan itu, mereka kelaparan selama tiga hari tiga malam. Disadur dari cerita rakyat Afrika isi bekalku juga kapur