Refleksi Penerapan Metode Penelitian di Lapangan

63 a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara dan studi dokumen. b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara, peneliti bisa menggunakan dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan insights yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

3.9 Refleksi Penerapan Metode Penelitian di Lapangan

Pada saat peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan, peneliti menghadapi beberapa kendala yang cukup menyulitkan proses penyelesaian riset. Beberapa kendala yang dirasakan peneliti yaitu: 64 • Kesulitan dalam menemui Tim Pengelola LAPOR dalam rangka wawancara terkait program LAPOR. Kesulitan ini sangat dirasakan ketika pada fase awal penelitian. Peneliti diharuskan untuk menyerahkan surat keterangan dari universitas kemudian dibutuhkan waktu yang lama dalam mendisposisikan surat tersebut ke Tim Pengelola LAPOR. Selanjutnya, ketika peneliti ingin wawancara dengan Tim Pengelola LAPOR, sulit menemukan waktu yang pas karena mereka sibuk dengan berbagai kegiatan yang mereka punya. • Ketika wawancara dengan Tim LAPOR, peneliti menghadapi kesulitan dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Karena, sebagian pegawai agak merasa terburu – buru dengan kehadiran peneliti dalam mewawancara. Sehingga, informasi yang didapatkan tidak bisa maksimal. Selain itu, beberapa pegawai juga minim dalam menjelaskan informasi yang dibutuhkan. • Untuk mendapatkan informasi dari pengguna LAPOR, peneliti harus mendatangi Kantor Staf Presiden yang berlokasi di Jakarta. Hal ini dikarenakan Tim Pengelola LAPOR Bandung tidak bersedia untuk memberikan data pelapor Kota Bandung. Setelah peneliti menghubungi Kantor Staf Presiden terkait penelitian ini, mereka pun bersedia untuk memfasilitasi peneliti dalam mewawancara pelapor. Dalam hal ini mereka tidak bisa memberikan data kepada peneliti dengan alasan untuk menjaga kerahasiaan data pelapor. Upaya untuk menjaga kerahasiaan ini juga merupakan salah satu bagian dari faktor kesuksesan program e- 65 government yang akan memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan penggunaan program tersebut. Untuk itu mereka mengharuskan peneliti untuk mendatangi Kantor Staf Presiden secara langsung dalam rangka mewawancarai pelapor Kota Bandung via telepon. Dari 50 nomor yang peneliti hubungi, hanya 11 orang yang mengangkat dan menjawab pertanyaan dengan maksimal. Selebihnya, nomor – nomor tersebut tidak tersambung, kemudian ada yang tidak diangkat dan ada pula yang diangkat namun mereka menutup telepon tersebut karena mungkin mereka tidak berkenan atau merasa terganggu dengan wawancara yang peneliti adakan. Walaupun peneliti hanya mendapatkan 11 orang responden pelapor, hal ini tidak memengaruhi data yang telah ada karena secara keseluruhan jawaban kesebelas responden hampir sama. 66

BAB IV Profil Penelitian

4.1 Penerapan ICT Dalam Organisasi Publik Di Kota Bandung

Smart city merupakan sebuah konsep dimana kota yang seluruh penduduknya bisa saling terhubung, sedangkan pemerintah memiliki kemampuan untuk membantu mengendalikan dan mengatur kehidupan warganya dengan bantuan teknologi. Melalui konsep ini, Ridwan Kamil merancang berbagai program dan kebijakan pemerintah terkait pemanfaatan ICT di bidang administrasi publik, diantaranya ialah: 1 Kebijakan Ridwan Kamil dalam mewajibkan berbagai elemen pemerintahan Kota Bandung untuk memiiki akun media sosial, utamanya media sosial Twitter. Harapannya, dengan menghadirkan berbagai instansi pemerintahan tersebut ke ranah media sosial, publik akan mudah untuk menyampaikan berbagai aspirasi dan keluhan. 2 Diresmikannya website Suara Bandung yang berfungsi untuk melakukan monitoring terhadap akun – akun media sosial pemerintahan Kota Bandung. Website ini merupakan bentuk tindaklanjut dari arahan Ridwan Kamil yang menghimbau setiap instansinya membuat sebuah akun Twitter resmi. Pada website ini, tiap-tiap akun dinas dinilai performanya berdasarkan parameter “response rate”. Parameter ini diukur dari jumlah tanggapan akun dinas berbanding dengan keluhan yang masuk ke akun