Pencegahan tindak korupsi Investasi Strategi

104

5.2.3 Investasi Strategi

Efisiensi merupakan pendorong utama penggunaan ICT di bidang pemerintahan. Pemanfaatan ICT sering didorong oleh kebutuhan untuk mengurangi sumber daya, baik untuk mengurangi pengeluaran atau untuk mengalokasikan dana ke daerah. 105 Selain untuk mempermudah proses pengaduan, transformasi layanan pengaduan yang sebelumnya tradisional menjadi berbasis ICT ditujukan agar pemerintah dan masyarakat bisa meminimalisir waktu dan biaya yang dibutuhkan serta mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam melayani publik. Untuk itu, dalam aspek investasi strategi program LAPOR, maka pemerintah harus mencapai 1 Pencegahan tindak korupsi, 2 Pengurangan waktu dan biaya pemerintah, dan 3 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengawasi pembangunan dan pelayanan publik.

5.2.3.1 Pencegahan tindak korupsi

ICT memiliki potensi untuk meningkatkan transparansi dan menumbuhkan budaya keterbukaan untuk mengurangi korupsi melalui pemantauan kegiatan pemerintah. 106 Layanan yang berbasis ICT menawarkan jalan baru untuk keterbukaan dengan menyediakan akses media sosial dan interaksi yang 105 The OECD E-Government Task Force, The Case for E-Government: Excerpts from the OECD Report “The E-Government Imperative”, France: OECD Journal on Budgeting, 2003 Hlm. 67 106 John Carlo Bertot, Paul T. Jaeger and Justin M. Grimes, Promoting transparency and acoountability through ICTs, social media, and collaborative e-government, USA: Emerald, 2012, Hlm. 86. 105 diciptakan melalui interaksi sosial dari pengguna melalui teknologi berbasis web yang mudah diakses. 107 Program LAPOR dijadikan sebagai alat pemerintah untuk meminimalisir terjadinya tindak korupsi. Hal ini didukung dengan kemudahan program LAPOR yang menyediakan fitur whistleblower bagi pelapor sehingga masyarakat tidak perlu takut lagi untuk memberikan pengaduan terkait kecurangan yang terjadi di pemerintah. Selain itu, program LAPOR yang bersifat ruang publik yang dapat diakses oleh siapa pun, memungkinkan masyarakat dalam mendapatkan informasi terkait pembayaran suatu layanan. Semakin bertambahnya informasi masyarakat mengenai sebuah layanan, terutama soal biaya, maka semakin kecil peluang masyarakat untuk “ditipu“ oleh oknum tertentu yang berusaha untuk mendapatkan uang dari masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh MK berikut: 108 Saya sebagai admin cukup sering melihat interaksi masyarakat di program LAPOR dalam bertukar informasi mengenai biaya suatu layanan. Misalnya, masyarakat memberitahukan adanya biaya yang harus dikeluarkan di dinas tertentu, padahal di peraturan tidak ada tulisan yang mencantumkan bahwa masyarakat harus membayar biaya tersebut. Sehingga, masyarakat lain yang apabila mereka pergi ke kantor dinas tersebut, bisa terhindar dari kemungkinan adanya pungutan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya tindak korupsi oleh pemerintah dapat diminimalisir dari penggunaan program LAPOR ini. Selain digunakan sebagai media untuk melaporkan tindak kecurangan secara langsung, program LAPOR juga digunakan sebagai media 107 John Carlo Bertot, Paul T. Jaeger and Justin M. Grimes, Government Information Quarterly, USA: Elsevier,2010, Hlm. 266. 108 Hasil wawancara dengan MK sebagai Tim Pengelola LAPOR Bandung pada hari Selasa 20 Oktober 2015 pukul 11.05. 106 bertukar informasi antar masyarakat mengenai informasi suatu layanan sehingga masyarakat lebih banyak memiliki pengetahuan yang dapat menghindari mereka dari pungutan liar oleh oknum tertentu. Selain korupsi, program LAPOR juga menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas yang lebih tinggi dari pemerintah dalam mengelola keluhan masyarakat. Melalui website, masyarakat bisa mengikuti proses penindaklanjutan aduan yang mereka berikan. Dinas yang bersangkutan diminta untuk lebih akuntabel dalam menyampaikan keputusan yang diambil terkait penyelesaian laporan masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ES berikut: 109 Melalui LAPOR pemerintah mampu mewujudkan transpransi dan akuntabilitas secara nyata. Semua laporan dan tindaklanjut yang diambil, diinformasikan kepada pelapor dan semua itu tersedia di website LAPOR. Jadi, aduan tidak hanya dipantau oleh pelapor namun oleh semua masyarakat yang mengakses website tersebut. Kondisi ini tentunya sangat berbeda jika dibandingkan dengan layanan aduan manual. Wujud transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam mengelola laporan pengaduan dapat dilihat dari keterbukaan informasi aduan yang diperlihatkan di website LAPOR. Masyarakat pun bisa mengikuti proses penindaklanjutan aduan bahkan disertai dengan foto terlampir. Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam layanan pengaduan juga dapat meminimalisir pertemuan langsung antara masyarakat dan pemerintah sehingga kesempatan adanya tindak korupsi dapat diperkecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Paul Sturges yang mengatakan bahwa ICT mampu mengintervensi lebih langsung dengan cara mengotomatisasi proses sehingga memungkinkan pengurangan signifikan kesempatan untuk korupsi 109 Hasil wawancara dengan ES sebagai Tim Pengelola LAPOR Bandung pada hari Rabu 21 Oktober 2015 pukul 13.00. 107 dengan menghilangkan agen manusia pada pengumpulan data dan pemberian layanan. 110

5.2.3.2 Penghematan waktu dan biaya pemerintah