Data Pretest Uji Hipotesis
72, dan nilai terendah 40. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 51.60, nilai tertinggi 70, dan nilai terendah 36. Setelah diberikan perlakuan, nilai rata-rata
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh melalui posttest,kelas eksperimen dengan rata-rata 77.88,
nilai tertinggi 92, dan nilai terendah 50. Sedangkan, kelas kontrol dengan rata- rata 66.22, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 40.
Data nilai N-gain yang diperoleh pada kelas eksperimen termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,51. Siswa yang mempunyai nilai dengan
kategori tinggi sebanyak 14 orang, sedang sebanyak siswa 12, dan rendah sebanyak 9 siswa. Begitu pula N-gain pada kelas kontrol termasuk dalam
kategori sedang yaitu sebesar 0,33. Siswa yang mempunyai nilai dengan kategori tinggi tidak terdapat satu
siswa, sedang sebanyak 21 siswa, dan rendah sebanyak 14 siswa. Dengan demikian, siswa kelas eksperimen mempunyai hasil rata-rata dan kategori N-
gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil analisis keempat aspek KPS pada kelompok eksperimen yang telah
dilakukan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen praktikum, rata-rata memiliki peningkatan KPS yang lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol. Dilihat dari segi hasil tes pada kelas eksperimen memiliki rata-rata peningkatan N-gain sebesar 0.53 dengan kriteria sedang,sedangkan kelas kontrol
sebesar 0.49 dengan kriteria sedang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perolehan nilai KPS kelas eksperimen
yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran POE berbeda signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Model pembelajaran
POE memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan KPS siswa. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran POE memiliki keunggulan yaitu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas fisik dan mental secara optimal seperti melakukan prediksi, diskusi untuk
menjelaskan hasil pengamatan , lalu kegiatan akhir siswa diminta untuk membuat refleksi dalam bentuk tulisan tentang pengalaman belajar yang telah
dilakukan. Kegiatan tersebut membuat peserta didik akan lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar.
2
Pembelajaran dengan model pembelajaran POE dalam desain metode eksperimen memiliki prinsip konstruktivisme yang kuat sehingga diperlukan
adanya dukungan keterampilan metakognitif untuk mengontrol proses kognitif dalam kegiatan belajar siswa.
Kemampuan keterampilan proses sains yang optimal akan mampu diperoleh peserta didik apabila kemampuan mengontrol proses kognitif pada peserta didik
tersebut telah berkembang dengan baik.
3
KPS dapat membantu peserta didik memiliki pengalaman belajar yang bermakna untuk mengembangkan
kemampuan mental yang lebih tinggi, seperti berpikir kritis dan keputusan pemecahan masalah.
4
Keterampilan-keterampilan proses biasa terlihat dalam kegiatan yang memusatkan pembelajaran pada peserta didik seperti melakukan eksperimen.
Untuk melihat rincian kegiatan yang memuat keterampilan proses sains siswa antara model pembelajaran POE dengan kegiatan pembelajaran eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, disajikan pada Tabel 4.11 berikut.
2
Puji Rahayu, Arif Widyatmoko, dan Hartono, “Penerapan Strategi POE Predict- Observe-Explain dengan Metode Learning Journals dalam Pembelajaran IPA untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains”, Unnes Science Education Journal, Vol 4 3, 2015, h. 1019.
3
Herni Budiati, Sugiyarto Sarwanto, “Pengaruh Model Pembelajaran POE Prediction, Observation, Explanation Menggunakan Eksperimen Sederhana dan Eksperimen Terkontrol
Ditinjau dari Keterampilan Metakognitif dan Gaya Belajar Terhadap Keterampilan Proses Sains . h. 156.
4
Dwi Untari Ningsih, Slamet Santosa Bowo Sugiharto, “Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa Kelas X-8 SMA Negeri Sukoharjo Tah un Pelajaran 20102011”, Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol. 3 No. 2, h. 55-64.