Antikonvulsan PROFIL OBAT PASIEN STROKE PERDARAHAN

131

d. Hydralazine, nipride nitroprusside Na dan nitroglycerin

Hydralazine, nitroprusside dan nitroglycerin merupakan golongan vasodilator. Seluruh vasodilator berguna untuk penanganan hipertensi melalui relaksasi otot polos dari arteriola, dengan demikian akan menurunkan tahanan vaskular sistemik. Hydralazine bekerja dengan mendilatasi arteriola namun tidak pada vena. Nitroprusside Na selain mendilatasi arteriola juga merelaksasi vena Katzung, 2003. Nitroprusside merupakan agen yang dianjurkan bila peningkatan tekanan darah lebih tinggi misalnya pada peningkatan tekanan diastolik lebih dari 130 mmHg. Walaupun secara teoritis nitroprusside dapat meningkatkan tekanan intrakranial karena merupakan vasodilator otak, namun efek negatif tersebut belum terbukti dalam penggunaan klinis Broderick, 1996. Nitroglyserin merelaksasi semua tipe dari otot polos terlepas dari penyebab kondisi otot yang sudah ada sebelumnya. Semua bagian dari sistem vaskular dari arteri besar sampai dengan vena besar akan mengalami relaksasi sebagai respon terhadap nitroglyserin. Vena akan memberikan respon pada konsentrasi terendah, arteri pada konsentrasi yang sedikit lebih tinggi Katzung, 2003.

2. Antikonvulsan

Antiseizure yang digunakan pada penanganan kejang pada stroke perdarahan meliputi golongan benzodiazepam lorazepam atau diazepam dan fosfenitoin atau fenitoin. Diazepam sangat berguna untuk mengontrol kejang aktif dan harus ditambahkan dengan antikonvulsan dengan kerja yang lebih panjang, seperti fenitoin atau fenobarbital. Lorazepam juga merupakan golongan benzodiazepam dengan aksi cepat dengan waktu paruh yang agak panjang, dan juga menjadi pilihan pada berbagai tempat untuk menterapi kejang aktif. Mekanisme kerja golongan benzodiazepam adalah dengan memodulasi efek postsinaptik dari transmisi GABA-A, sehingga terjadi peningkatan inhibisi presinaptik. Efeknya muncul pada bagian sistem limbik, thalamus dan hipotalamus, untuk mendorong efek menenangkan. Fenitoin bekerja dengan 132 menstabilisasi membran neuronal dan menurunkan aktivitas kejang. Fenitoin memiliki target aksi pada motor korteks dengan demikian menghambat penyebaran aktivitas kejang. Aktivitasnya pada pusat batang otak yang bertanggung jawab pada fase tonik kejang grand mal juga dihambat oleh fenitoin. Fosfenitoin merupakan garam ester difosfonat dari fenitoin yang merupakan prodrug yang larut air dari fenitoin Nasissi, 2010. Tabel 3. Dosis antikonvulsan pada penanganan kejang pasien stroke perdarahan Obat Dosis Diazepam 5 mg IV q5-10menit; dosis total tidak lebih dari 20 mg Lorazepam 1-4 mg IV selama 2-10 menit; dapat diulang q10-15min Fenitoin Loading dose: 15-20 mgkg POIV dalam dosis tunggal atau dosis bagi diikuti dengan 100-150 mgdosis setelah interval 30 menit Initial dose: 100 mg 125-mg susp IVPO tid Dosis pemeliharaan: 300-400 mghari POIV dibagi tid, atau qdbid bila menggunakan sediaan extended release; Tingkatkan menjadi 600 mghari 625 mghari susp jika diperlukan; jangan lebih dari 1500 mg24 jam Kecepatan infus tidak boleh lebih dari 50 mgmenit untuk menghindari hipotensi dan aritmia Fosfenitoin Loading dose: 15-20 mg PEkg IVIM dengan 100-150 mg PEmenit Dosis pemeliharaan: 4-6 mg PEkgd IVIM dengan 150 mg PEmenit untuk meminimalkan resiko hipotensi Keterangan : PE = phenytoin sodium equivalents

3. Antifibrinolitik