Terapi untuk Pasien Stroke dengan Kondisi Spesifik Lainnya

101 b. Antikoagulan oral Penelitian mengenai perbandingan antara warfarin dan aspirin dihentikan lebih cepat karena kekhawatiran terhadap efek samping warfarin. Penelitian ini didesain untuk mengetes effikasi warfarin dengan target INR 2 sampai dengan 3 rata – rata 2,5 dibandingkan dengan aspirin untuk pasien dengan pemeriksaan angiografi menunjukan 50 stenosis intrakranial. Pada saat penghentian, penggunaan warfarin menunjukan rata – rata kejadian efek samping yang lebih tinggi dan menunjukan tidak ada keuntungan melebihi aspirin.

7. Terapi untuk Pasien Stroke dengan Kondisi Spesifik Lainnya

Rekomendasi terapi untuk pasien stroke dengan berbagai kondisi spesifik dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rekomendasi untuk pasien dengan kondisi spesifik lainnya Faktor Resiko Rekomendasi Diseksi Arterial Untuk pasien dengan stroke iskemik atau TIA dan diseksi arterial, terapi dengan warfarin untuk 3 sampai 6 bulan atau dengan agen antiplatelet adalah wajar Setelah 3 sampai 6 bulan terapi, terapi antiplatelet jangka panjang wajar diberikan untuk sebagian besar pasien dengan stroke iskemik atau TIA. Pemberian antikoagulan setelah terapi 3 sampai 6 bulan dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami serangan iskemik ulang. Untuk pasien yang mengalami serangan iskemik ulang yang nyata walau telah mendapat terapi antitrombotik, dapat dipertimbangkan terapi endovaskular stenting Pasien yang gagal atau tidak merupakan kandidat untuk terapi endovaskular dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi Patent Foramen Ovale Untuk pasien dengan stroke iskemik atau TIA dan PFO, pemberian terapi antiplatelet adalah wajar untuk mencegah kejadian ulang Pemberian warfarin wajar untuk pasien dengan resiko tinggi yang memiliki indikasi lain untuk mendapatkan antikoagulan oral misalnya mereka dengan penyakit pokok gangguan hiperkoagulasi atau adanya trombosis vena Belum ada data yang memadai untuk membuat rekomendasi mengenai penutupan PFO pada pasien dengan serangan stroke pertama dan PFO. Penutupan PFO dapat dipertimbangkan untuk pasien dengan stroke kriptogenik berulang disamping terapi medis 102 Tabel 5. Rekomendasi untuk pasien dengan kondisi spesifik lainnya lanjutan Faktor Resiko Rekomendasi Hiperhomosisteinemia Untuk pasien stroke iskemik atau TIA dengan hiperhomosisteinemia level 10 µmolL, pemberian harian multivitamin standar adalah wajar untuk menurunkan level homosistein, memberi keamanan dan biaya yang murah. Namun tidak ada bukti pemberian multivitamin yang akan menurunkan level homosistein akan menurunkan resiko terjadinya stroke. Keadaan hiperkoagulasi Thrombofilia bawaan Sindrom antibodi Antifosfolipid Pasien dengan stroke iskemik atau TIA yang terbukti mengalami thrombofilia bawaan harus dievaluasi terhadap kemungkinan deep vein thrombosis trombosis vena dalam, yang merupakan indikasi untuk terapi antikoagulan jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada keadaan klinik dan hematologik Pasien harus dievaluasi secara keseluruhan terhadap mekanisme alternatif stroke Wajar apabila terapi antiplatelet atau antikoagulan jangka panjang digunakan tanpa adanya thrombosis vena Pasien dengan sejarah kejadian ulang thrombosis, dapat dipertimbangkan pemberian antikoagulan jangka panjang Untuk kasus stroke iskemik kriptogenik atau TIA dengan antibodi antifosfolipid positif, terapi antiplatelet adalah wajar Untuk pasien dengan stroke iskemik atau TIA yang memenuhi kriteria sindrom antibodi antifosfolipid dengan penyakit oklusif vena dan arteri pada beberapa organ, keguguran, dan livedo reticularis, pantas diberikan terapi antikoagulan dengan target INR 2 sampai dengan 3 Penyakit Sel Sabit Untuk pasien dewasa dengan penyakit sel sabit dan stroke iskemik atau TIA, direkomendasikan diberikan terapi umum dengan tujuan untuk mengontrol faktor resiko dan juga terapi antiplatelet Terapi tambahan yang dapat ditambahkan termasuk transfusi darah reguler untuk menurunkan Hb S 30 sampai 50 dari Hb total, hidroksiurea, atau operasi bypass pada kasus penyakit oklusif yang berat. Trombosis serebral sinus vena Untuk pasien dengan trombosis serebral sinus vena, terapi dengan heparin tidak terfraksinasi atau heparin dengan bobot molekul rendah adalah pantas bahkan bila terjadi infark perdarahan Terapi antikoagulan dapat dilanjutkan dengan agen antikoagulan oral untuk 3 sampai 6 bulan, diikuti terapi antiplatelet 103 Tabel 5. Rekomendasi untuk pasien dengan kondisi spesifik lainnya lanjutan Faktor Resiko Rekomendasi Kehamilan Untuk wanita hamil dengan stroke iskemik atau TIA dan resiko tinggi mengalami kondisi tromboembolik misalnya karena koagulopati atau katup jantung mekanik, beberapa terapi pilihan berikut ini dapat dipertimbangkan : Heparin tidak terfraksinasi dengan penyesuaian dosis selama kehamilan misalnya dengan dosis subkutan setiap 12 jam dengan monitor APTT; Heparin dengan bobot molekul rendah dengan monitor faktor Xa selama kehamilan; atau Heparin tidak terfraksinasi atau heparin dengan bobot molekul rendah sampai dengan minggu ke 13, diikuti dengan warfarin sampai pertengahan semester ketiga, pada saat heparin tidak terfraksinasi atau heparin dengan bobot molekul rendah digunakan kembali sampai saat melahirkan Wanita hamil dengan kondisi resiko rendah dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan terapi dengan heparin tidak terfraksinasi atau heparin dengan bobot molekul rendah pada trimester pertama, diikuti dengan aspirin dosis rendah selama sisa kehamilan Terapi penggantian hormon postmenopause Untuk wanita dengan stroke atau TIA, tidak direkomendasikan untuk mendapatkan terapi penggantian hormon postmenopause Perdarahan serebral Untuk pasien yang mengalami perdarahan intrakranial, perdarahan subaraknoid, perdarahan subdural, semua antikoagulan dan antiplatelet harus dihentikan selama periode akut selama paling tidak 1 sampai 2 minggu setelah perdarahan dan efek antikoagulan harus dibalikan secepatnya dengan agen yang tepat misalnya dengan vitamin K, fresh frozen plasma Untuk pasien yang membutuhkan antikoagulan segera setelah perdarahan serebral, heparin intravena dapat lebih aman dibandingkan antikoagulan oral. Antikoagulan oral dapat digunakan kembali setelah 3 sampai 4 minggu, dengan monitoring yang ketat dan pemeliharaan INR pada titik rendah dari range terapi Keadaan khusus : Antikoagulan tidak boleh digunakan kembali pada perdarahan subaraknoid sampai dengan aneurisma yang pecah dijamin telah aman Pasien dengan perdarahan intraserbral lobar atau perdarahan mikro dan kemungkinan angiopati amiloid serebral pada pemeriksaan MRI merupakan pasien dengan resiko tinggi perdarahan intraserebral ulang apabila antikoagulan digunakan kembali Untuk pasien dengan infark perdarahan, penggunaan antikoagulan dapat diteruskan, tergantung pada skenario spesifik klinik dan indikasi dasar untuk terapi antikoagulan 104

E. PENUTUP