Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
39
K. Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia
Telah diketahui bersama bahwa para pendiri Indonesia sejak awal telah menyadari keberagaman budaya sehingga penting untuk
mengembangkan kerangka nilai atau etos budaya sehingga mampu mempersatukan masyarakat Indonesia dalam kerangka kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945, pasal 32 yang berbunyi Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia. Hal ini diperkuat lagi dalam butir penjelasannya yang menyebutkan bahwa:
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama
dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah- daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa perkembangan kebudayaan
bangsa yang hendak dimajukan itu tidak mungkin dibiarkan terselenggara tanpa
memperhatikan keberagaman masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam
proses perkembangan masyarakat bangsa. Kita harus bersedia menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan suku bangsa,
agama, budaya, gender, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan. Adanya kesetaraan
dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur oleh hukum yang adil
dan beradab yang mendorong kemajuan dan menjamin kesejahteraan hidup warganya.
Sumber: Indonesian Heritage 8
Gambar 1.12 Sikap toleransi dan
simpati perlu dikembangkan terhadap keberagaman budaya
supaya tercipta keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Di unduh dari : Bukupaket.com
Antropologi Kontekstual XI SMAMA Program Bahasa
40
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan hanya mungkin terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata sosial, terutama pranata
hukum yang merupakan mekanisme kontrol secara ketat dan adil dalam mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip demokrasi dalam
kehidupan nyata. Masyarakat Indonesia harus memiliki toleransi terhadap perbedaan dalam bentuk apapun. Diskriminasi sosial, politik, budaya,
pendidikan dan ekonomi secara bertahap harus dihilangkan untuk menegakkan demokrasi demi kesejajaran dalam kesederajatan
kemanusiaan sebagai bangsa Indonesia.
Pada banyak komunitas adat yang ketat membedakan antarwarga dengan bukan warga, kehadiran orang asing itu terpaksa dilalui dengan
upacara adopsi untuk mempermudah perlakuan, kecuali kalau yang bersangkutan akan tetap diperlakukan sebagai orang luar atau hendak
diperlakukan sebagai musuh. Hal ini tercermin antara lain dalam upacara penyambutan pejabat dari pusat di daerah Tapanuli di masa lampau. Para
tamu itu biasanya disambut dengan upacara yang memperjelas kedudukannya dalam struktur sosial masyarakat Batak yang terikat dalam
hubungan perkawinan tiga marga dalihan na tolu. Pada komunitas perang Dani di pegunungan Jayawijaya, di luar kelompok kerabat
patrilineal, hubungan periparan antarmereka berasal dari kelompok sosial yang berlainan sangat kuat, karena itu untuk mempermudah perlakuan
terhadap orang asing, upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan terhadap tamu yang dihormati, untuk menentukan pola-pola perlakuan
yang layak dan efektif. Bahkan di masa lampau, untuk membenarkan kewenangan Gubernur Jenderal Van Imhoff, sebagai wakil ratu Belanda,
yang mengundang raja Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram, terpaksa diperlakukan sebagai Kanjeng Eyang Paduka Tuan Gubernur
Jenderal yang menunjukkan senioritas dalam kekerabatan.
Untuk memelihara kesetiakawanan sosial kelompok suku bangsa itu biasanya mengembangkan simbol-simbol yang selain diyakini
kebenarannya, juga mudah dikenal, seperti bahasa, adat istiadat dan agama. Walaupun tidak setiap kelompok suku bangsa mempunyai bahasa
yang berbeda dengan kelompok lain, akan tetapi sesungguhnya lebih mengutamakan simbol-simbol yang membedakan dengan bahasa lainnya
daripada kenyataan yang sesungguhnya dipergunakan oleh segenap anggotanya. Betapapun masing-masing suku bangsa merasa bahwa
mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya, dan berfungsi sebagai media
sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial mereka.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
41
Selain itu banyak di antara suku-suku bangsa dan golongan sosial yang terlibat dalam interaksi lintas budaya secara serasi dan bahkan
melahirkan suku-suku bangsa baru sebagai hasil amalgamasi ataupun asimilasi. Salah satu bentuk amalgamasi yang melahirkan suku bangsa
baru adalah yang terjadi di Batavia. Penduduk setempat yang berdatangan dari berbagai tempat dengan keanekaragaman latar belakang kebudayaan
mereka itu berhasil mempersatukan diri sebagai orang Betawi yang dipimpin oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahun 1923. Masing-
masing kelompok suku bangsa maupun golongan yang ada menanggalkan simbol-simbol kesukubangsaan mereka dan kemudian
mengembangkan simbol-simbol kesukubangsaan baru yaitu agama Islam sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial.
Jepang yang berusaha memenangkan simpati dari rakyat Indonesia, terutama dengan memaksakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi maupun dalam pergaulan sosial sehari-hari. Pengaruh kebijaksanaan tersebut sangat besar artinya dalam pengembangan budaya
yang mencerminkan kesetaraan pada masyarakat Indonesia selanjutnya. Keputusan untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
itu bukan hanya mengukuhkan media sosial yang diperlukan melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial. Jasa lain yang tidak
boleh diabaikan adalah pembentukan organisasi rukun tetangga RT sebagai komunitas lokal yang mempersatukan segenap warganya tanpa
memandang asal usul kesukubangsaan, golongan maupun latar belakang kebudayaannya. Konsep ketetanggaan inilah yang selanjutnya akan
memainkan peranan penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman warganya, bebas dari kecurigaan
dan prasangka kesukubangsaan, golongan maupun perbedaan kebudayaan.
Sementara itu kebebasan berkreasi perlu ditegakkan untuk memberdayakan masyarakat majemuk Indonesia yang mempunyai
keanekaragaman kebudayaan. Dengan kebebasan berkreasi itu bukan hanya masyarakat Indonesia akan meningkat kemampuannya untuk
bersaing dalam era globalisasi, melainkan juga dapat menghindarkan kecenderungan dominasi suku-suku bangsa dan kebudayaan-kebudayaan
Indonesia lainnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan betapa sesungguhnya proyek pencetakan sejuta hektar sawah lahan gambut yang
telah dibatalkan itu sesungguhnya dapat menjurus ke arah dominasi kebudayaan petani sawah dari Jawa yang dipaksakan kepada orang Dayak
dan kebudayaannya yang dianggap kurang sesuai dengan arah pembangunan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Antropologi Kontekstual XI SMAMA Program Bahasa
42
Selain itu pengembangan model pendidikan yang menggunakan wacana multikultural sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai
pluralitas bangsa. Sikap simpati, toleransi dan empati akan tertanam kuat karena melalui pendidikan multikultural ini masyarakat menyadari adanya
perbedaan sekaligus mengantarkan pada penghayatan nilai-nilai kebersamaan sebagai dasar dan pandangan hidup bersama. Pendidikan
multikultural mampu mempertahankan simbol-simbol kebudayaan yang ada di tanah air sehingga masa depan bangsa akan berjalan sesuai karakter
dan jati diri bangsa. Perlunya pengakuan kebudayan Indonesia yang tinggi dibanding kebudayaan asing lainnya merupakan simbol yang seharusnya
dibangun untuk memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa. Seiring dengan perkembangan globalisasi dunia, pendidikan multikultural sangat
penting untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal yang tidak kalah menariknya dengan budaya kapitalisme yang ditawarkan di media-media
massa.
Rangkuman
Di Indonesia terdapat beragam budaya yang berbeda-beda. Melalui sebuah wacana kebudayaan nasional yang mengedepankan
eksistensi budaya lokal merupakan salah satu usaha untuk menghargai perbedaan budaya yang ada. Melalui kebudayaan
nasional inilah budaya lokalitas tetap tumbuh dan berkembang sebagai sebuah ciri khas masyarakat Indonesia. Salah satu solusi yang
mampu memberikan pemahaman keberagaman dan persamaan dalam mengembangan budaya lokal yaitu pendidikan multikultural
yang memandang semua budaya lokal sama tidak adanya kelompok dominan maupun kelompok inferior sehingga terbangun sebuah
jembatan komunikasi yang mampu meredam disintegrasi bangsa.
Hal ini tertuang dalam pasal 32 yang menyebutkan tentang pemerintah Indonesia memajukan kebudayaan nasional. Ini
merupakan sebuah komitmen besar bangsa Indonesia untuk tetap memberikan penghargaan dan eksistensi kebudayaan daerah yang
masih ada. Berbagai kemajemukan ini memerlukan sebuah alternatif penyelesaian agar ke depan tidak akan menimbulkan sebuah
persoalan baru seperti konflik antar suku. Oleh karena itu suatu usulan pengembangan dalam kemajemukan Indonesia adalah
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
43
melalui multikultural yang memandang kesederajatan dan kesamaan terhadap kebudayaan daerah. Prinsip-prinsip penegakan pengakuaan
persamaan kebudayaan menjadi sangat penting untuk mengelola perkembangan budaya daerah untuk tetap menjadi ciri khas
masyarakatnya.
Sebagai negara yang terdiri dari berbagai elemen budaya yang berbeda memunculkan berbagai konflik dan ketegangan karena
adanya berbagai perbedaan dalam segala hal seperti bahasa, kepercayaan, perilaku maupun ras. Ini memang menjadi tantangan
dan tanggungjawab pemerintah Indonesia untuk mengembangkan konsep relativisme budaya yaitu persamaan dalam memandang
kebudayaan sehingga mampu meminimalisir konflik.
1. Salah satu karakteristik kebudayaan adalah kebudayaan yang
didasarkan pada simbol. Di bawah ini yang dimaksud dengan simbol adalah . . . .
a.
sesuatu yang mempunyai makna dan nilai tertentu dari masyarakat
b. sesuatu yang dilambangkan lain daripada benda lambang itu
sendiri c.
sesuatu yang nilai dan maknanya berdasarkan bentuk fisiknya d.
sesuatu hasil karya manusia e.
sesuatu yang bersifat interaksi sosial manusia 2.
Melemahnya fungsi integrasi bangsa akibat kemajemukan budaya yang berkembang di Indonesia perlu kebijakan budaya yang
mengarah pada . . . . a.
etnosentrisme b.
xenosentrisme c.
relativisme Budaya d.
primordialisme e.
pluralisme Budaya
Uji Kompetensi
A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang X pada huruf