Internalisasi Adaptasi Pewarisan Budaya

Antropologi Kontekstual XI SMAMA Program Bahasa 98

b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

Fungsi ini semakin penting dewasa ini, terutama bagi negara yang menganut paham negara kesejahteraan welfare staat. Untuk mewujudkan fungsi ini, hampir seluruh negara di dunia melaksanakan pembangunan nasional.

c. Pertahanan

Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari luar. Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

d. Menegakkan keadilan

Fungsi ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya badan-badan peradilan. Harapan utama pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsi negara adalah rakyatnya mengetahui dan mematuhi peraturan perundang- undangan serta berpatisipasi dalam kehidupan pemerintahan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kepatuhan warga negara terhadap hukum. Sosialisasi hukum dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah, bekerja sama dengan berbagai lembaga kebudayaan. Berbagai sarana mengekspresikan diri diadakan untuk melibatkan rakyat dalam kehidupan pemerintahan. Kapankah pemerintah melakukan pewarisan budaya terhadap rakyatnya? Pada prinsipnya pemerintah melakukan pewarisan budaya kepada rakyatnya setiap saat dan kesempatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika kalian mendengarkan pidato dan percakapan pejabat-pejabat negara, sesungguhnya saat itu sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kita sedang ditegur polisi karena melanggar peraturan lalu lintas, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang membaca peraturan perundang- undangan, sesungguhnya saat itu sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian harus membayar pajak, sesungguhnya saat itu sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian melihat dan melakukan apa saja yang berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara, sesungguhnya itu semuanya adalah proses pewarisan budaya.

3. Internalisasi

Kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita tidak dengan serta merta menjadi milik kita seutuhnya. Pada setiap proses pewarisan budaya, orang yang menjadi sasaran pewarisan akan menentukan sikap, menerima atau menolak warisan budaya itu. Bila keputusannya adalah Di unduh dari : Bukupaket.com Dinamika dan Pewarisan Budaya 99 menolak maka budaya yang diwariskan itu tidak akan pernah menjadi milik pribadi yang bersangkutan. Bila keputusannya adalah menerima maka budaya yang diwariskan itu akan menjadi miliknya. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk memastikan budaya yang diwariskan itu menjadi miliknya adalah dengan melakukan internalisasi. Internalisasi adalah proses mencerna dan meresapkan nilai-nilai budaya ke dalam hati sanubari anggota masyarakat sehingga alam pikiran, sikap dan perilakunya sesuai dengan kebudayaan masyarakatnya. Keberhasilan sosialisasi sangat tergantung pada kesadaran, keinginan dan tekad yang kuat pada diri setiap individu untuk menerima dan mengikuti budaya masyarakatnya, dan pada akhirnya menjadikan budaya masyarakat itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Seseorang yang sedang melakukan proses internalisasi sangat mungkin mengalami perang batin. Penyebabnya adalah nilai budaya yang ada dinilai sudah usang atau irrasional, tetapi sebagai anggota masyarakat, individu yang bersangkutan diharuskan bersikap konformitas guna mengikuti kelakuan kolektif. Proses internalisasi berlangsung dengan pelan-pelan, penuh kesabaran, hati-hati dan memerlukan momen-momen yang tepat. Jika prosesnya tergesa-gesa, sembrono dan tidak pada moment yang tepat maka internalisasi akan mengalami kegagalan. Proses internalisasi dapat berlangsung dengan keras, berat dan disiplin hanya pada lembaga-lembaga tertentu, seperti lembaga pendidikan militer, kepolisian dan kedinasan lainnya. Ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan maksimal dari sosialisasi.

4. Adaptasi

Setiap manusia yang telah melakukan internalisasi terhadap budaya yang diwarisinya diharapkan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut William A. Haviland 1999 adaptasi mengacu pada proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organisme pada lingkungannya dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan pada organisme. Adaptasi adalah penyesuaian dua arah, yaitu antara organisme dengan lingkungannya. Adaptasi sangat diperlukan agar semua bentuk kehidupan dapat bertahan hidup termasuk manusia. Bagaimana cara manusia beradaptasi? Menurut William A. Haviland 1999, “manusia beradaptasi melalui medium kebudayaan pada waktu mereka mengembangkan cara-cara untuk mengerjakan sesuatu sesuai Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XI SMAMA Program Bahasa 100 dengan sumber daya yang mereka temukan dan juga dalam batas-batas lingkungan tempat mereka hidup. Di daerah-daerah tertentu, orang yang hidup dalam lingkungan yang serupa cenderung saling meniru kebiasaan, yang tampaknya berjalan baik di lingkungan itu”. Keberhasilan beradaptasi akan menjadikan manusia sebagai pribadi yang selaras dengan lingkungan budaya dan sosialnya. Manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya bersama budaya yang dimilikinya. Manusia membuat pakaian dan tempat berlindung seperti gua dan rumah agar dapat bertahan hidup dalam situasi dan kondisi iklim dan cuaca buruk. Manusia membuat senjata seperti tombak, panah, jaring perangkat agar dapat bertahan hidup dari terkaman buaya. Sesuai dengan nalurinya sebagai makhluk berbudaya, manusia mampu mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga taraf hidupnya lebih unggul dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Menurut William A. Haviland 1999, berburu dan meramu adalah tipe adaptasi manusia yang tertua dan mendasar. Koentjaraningrat 1999 menjelaskan; “berburu dan meramu merupakan mata pencaharian manusia yang sangat berhubungan. Suku-suku bangsa pemburu biasanya juga meramu, yaitu mengumpulkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan akar-akar atau umbi yang dapat dimakan, dan bahkan mencari ikan. Dalam Antropologi ketiga jenis mata pencaharian ini disebut dengan ekonomi pengumpulan bahan pangan. Setelah bertahan selama hampir 2 juta tahun, berburu dan meramu mulai ditinggalkan dan hilang dari muka bumi sejak abad ke-19, bersamaan dengan dikenal dan beralihnya manusia ke pertanian. Tipe adaptasi manusia selanjutnya adalah bertani. Menurut ahli sejarah kebudayaan, Verre Gordon Childe yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Antropologi 1999 : 53, penemuan kepandaian bercocok tanam merupakan suatu peristiwa sangat penting dalam proses perkembangan kebudayaan umat manusia, yang disebutnya suatu revolusi kebudayaan. Dari bercocok tanam ladang yang berpindah-pindah ke bercocok tanam yang menetap. Ada beberapa cara bercocok tanam menetap, berawal dari bercocok tanan tanpa menggunakan tanpa bajak hand agriculture hingga bercocok tanam dengan menggunakan bajak plough agriculture. Kemajuan teknik pertanian menyebabkan melimpahruahnya hasil pertanian. Kemakmuran akan diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk, atau bisa juga sebaliknya. Hal ini akan mendorong berubahnya pemukiman petani menjadi kota. Kehadiran kota tentu membawa cara Di unduh dari : Bukupaket.com Dinamika dan Pewarisan Budaya 101 hidup yang sama sekali baru. Perubahan lingkungan alam dan sosial harus diikuti oleh adaptasi manusia terhadap lingkungan itu agar dapat bertahan hidup. Muncul spesialisasi dalam berbagai bidang kehidupan yang melahirkan profesi. Muncul tukang kayu, pandai besi, pemahat, pembuat keranjang, pemecah batu, dokter, guru, pengacara, pengusaha, bankir, montir, juru masak, tentara, dan sebagainya.

N. Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat Tradisional

Ada beberapa saluran untuk pewarisan nilai-nilai budaya pada setiap masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Saluran pertama adalah melalui pengasuhan anak serta segala upaya enkulturasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Saluran kedua adalah sistem pendidikan yang bersifat formal, artinya di dalam sistem tersebut dikenali adanya peranan yang jelas diperbedakan antara guru dan murid. Saluran yang ketiga adalah kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang kurang lebih dapat diikuti oleh umum, seperti pembacaan sastra, pergelaran seni pertunjukan, penyimakan terhadap penggambaran relief pada bangunan candi, upacara-upacara tertentu yang dihadiri oleh umum dan sebagainya. Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional pada umumnya bertujuan untuk menegakkan tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat, yang menetapkan struktur dan peranan-peranan masyarakat. Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung sejak masa anak-anak hingga akhir hayat setiap anggota masyarakat, baik dalam bentuk enkulturasi, sosialisasi, dan internalisasi. Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional sangat jelas tampak pada upacara-upacara ritual kemasyarakatan. Agen perubahan kebudayan yang sangat penting pada masyarakat tradisional adalah keluarga, tokoh masyarakat, dan agama serta lembaga-lembaga masyarakat. Keluarga merupakan sarana pewarisan budaya yang sangat penting dalam masyarakat tradisional. Keluarga terbukti sangat ampuh dalam mewariskan nilai-nilai budaya yang mengedepankan kepatuhan dan kehormatan kepada orang tua, kejujuran, keadilan, nilai-nilai spiritual, perihal hak dan kewajiban dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki keluarga. Pada masyarakat tradisional, akan akan tumbuh menjadi prototipe keluarganya terutama bapak dan ibunya. Bila bapaknya pandai Di unduh dari : Bukupaket.com