Antropologi Kontekstual XI SMAMA Program Bahasa
30
Gambar 1.11. Terbentuknya masyarakat multikultural dapat memperkaya khasanah
budaya bangsa dan menjadi potensi terbentuknya integrasi nasional
Sumber: Indonesia Heritage
bhinneka tunggal ika. Pasal 32 UUD 1945 dan semboyan bhinneka tunggal ika adalah ideologi multikulturalisme masyarakat Indonesia yang melandasi
corak struktur budaya masyarakat Indonesia di tingkat nasional dan lokal.
Konsep multikultural tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikultural menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Akar kata dari
multikultural adalah kebudayaan.
Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan suku bangsa, agama, budaya,
gender, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan. Multikultural memberi penegasan, segala perbedaan itu adalah sama di dalam ruang publik.
Dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab yang terpenting komunitas itu diperlakukan sama oleh negara. Adanya
kesetaraan dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur oleh hukum yang adil dan beradab yang mendorong kemajuan dan
menjamin kesejahteraan hidup warganya.
G. Relativitas Budaya
Menurut Clifford Geertz, meskipun masyarakat Indonesia telah terbentuk sejak 1945 tetapi penduduk multi etnis, multi agama, multi
bahasa, dan multi rasial cenderung menelusuri identitasnya pada hal-hal yang asli seperti dari mana mereka berasal dan dibesarkan. Dalam rangka
hidup berkelompok, penduduk akan mencari, membentuk atau memasuki
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
31
organisasi yang anggota-anggotanya berasal dari agama, bahasa, etnik, dan ras yang dianggap sama. Hal yang demikian itu oleh Geertz dilihat
sebagai pengelompokan yang keanggotaannya didasari ikatan primordial. Dalam konteks lokal keindonesiaan, di mana pola perikehidupan beragama
sangat beragam dan plural, relativisme budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk menuju sikap arif dan bijak dalam melihat perbedaan-
perbedaan kebudayaan.
Tetapi hal terpenting bahwa dalam keberagaman budaya yang ada di Indonesia ini adalah kita tidak boleh memahami perilaku kelompok lain
hanya dengan membandingkan kebiasaan dan perilaku budaya sendiri. Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang
keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsur
kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang. Misalnya suku Eskimo yang selalu menggunakan baju tebal karena hidup
di kutub yang sangat dingin. Konsep relativisme kebudayaan tidak berarti bahwa semua adat istiadat mempunyai nilai yang sama juga tidak
mengetahui bahwa kebiasaan tertentu pasti merugikan. Di beberapa tempat beberapa pola perilaku mungkin merugikan tetapi di tempat
tertentu pola semacam itu mungkin mempunyai tujuan dalam kebudayaannya dan masyarakat itu akan menderita tanpa pola semacam
itu kecuali ada penggantinya.
Pengertian relativisme budaya adalah tidak ada kriteria untuk menentukan tinggi dan rendahnya, maju dan mundurnya suatu budaya.
Berdasarkan konsep relativisme budaya, semua budaya sama baik dan luhurnya, sama hebat dan sama agungnya. Pada dasarnya penilaian
budaya harus dilakukan berdasarkan cara pandang budaya itu sendiri. Budaya sebaiknya jangan dinilai dengan menggunakan tolak ukur budaya
lain, karena tidak akan ada kesesuaian antara yang dinilai dengan alat penilaiannya. Sebagai contoh, tolak ukur kedewasaan bagi suku bangsa
Nias adalah keberhasilan seorang laki-laki melakukan lompat batu. Hal itu hanya dapat dinilai dari sudut pandang budaya suku bangsa Nias,
tidak oleh budaya suku bangsa lain.
Setiap kebudayaan memiliki peradaban. Peradaban memiliki beberapa makna, yaitu hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa
dan kebudayaan suatu suku bangsa serta kemajuan lahir batin Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 6. Peradaban sama dengan kebudayaan,
apabila peradaban dimaknai sebagai budaya. Dalam hal ini berlaku prinsip relativisme budaya. Peradaban adalah bagian dari kebudayaan, apabila
peradaban dimaknai sebagai sopan santun dan budi bahasa. Dalam hal
Di unduh dari : Bukupaket.com
Antropologi Kontekstual XI SMAMA Program Bahasa
32
ini juga berlaku prinsip relativisme budaya. Peradaban adalah bagian dari kebudayaan, apabila peradaban dimaknai sebagai kemajuan yang
berhubungan dengan teknologi suatu budaya. Dalam hal ini tidak berlaku prinsip relativisme budaya. Bangsa-bangsa di dunia memiliki peradaban
yang berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang maju dan ada yang belum maju, tergantung pada perkembangan teknologi
budayanya.
Fokus sentral dalam relativisme budaya adalah bahwa dalam suatu lingkungan budaya tertentu, beberapa unsur kebudayaan adalah benar
karena unsur-unsur itu sesuai dengan lingkungan tersebut, sedangkan unsur-unsur lain salah karena unsur tersebut mungkin sangat bertentangan
dengan bagian-bagian kebudayaan lain. Dengan kata lain, suatu kebudayaan adalah perpaduan dan berbagai unsur dari kebudayaan
haruslah benar-benar serasi apabila unsur-unsur itu diharapkan berfungsi secara efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia.
H. Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia