14
14
Kelas X SMAMASMKMAK
4. Menalar. Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah
proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan
menarik simpulan dari fenomena atau atribut khusus untuk hal- hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah
proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang berisifat nyata secara individual atau spesiik menjadi simpulan yang bersifat
umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengamatan empirik. Penalaran
deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal
yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme kategorial, hipotesis dan alternatif.
5. Komunikasi yaitu: mengkomunikasikan hasil percobaan.
Khusus dalam pelajaran PJOK, tahapan di atas tentu tidak dapat dan tidak selalu harus dilaksanakan secara hirarkis berurutan. Hal
itu tergantung pada materi ajar dan episode pembelajaran apa yang sedang dilakukan. Bahkan, dalam pandangan para ahli Penjas, jika
pendekatan ilmiah ini dilaksanakan secara kaku dengan mengikuti urutan kegiatan sebagai tahapannya, dikhawatirkan bahwa pelajaran
Penjas akan kehilangan ciri uniknya, yaitu kekayaan aktivitas geraknya yang bermanfaat langsung pada pengembangan keterampilan motorik
dan kebugaran jasmani.
Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa scientiic approach bukanlah sebuah model pembelajaran yang karenanya tidak dapat diartikan
sebagai model yang harus diikuti sesuai tahapannya. Arti “pendekatan” hanyalah menunjuk pada misi dan tujuan akhir dari sebuah kegiatan
yang bermakna kepada produk apa yang harus dicapai. Misalnya, istilah “pendekatan ilmiah” bagi kita bukan merupakan sebuah urutan kegiatan
belajar, tetapi lebih bermakna semacam “sifat” bahwa pelajaran Penjas atau pelajaran apapun harus mampu mengembangkan kemampuan
mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan informasi, menalar
15
Buku Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dengan pendekatan ilmiah tadi, para guru dapat memilih model pembelajaran yang dipandang
mampu mengusung pencapaiannya seperti model problem-based learning, model project-based learning, contextual learning, guided
discovery learning, sampai model problem based learning.
Khusus dalam pembelajaran Penjas, model pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh para ahli justru lebih banyak dan bahkan lebih
kontekstual. Beberapa di antaranya ada model movement education, model pengembangan tanggung jawab Hellison’s model, model
petualangan adventure education model, model kebugaran itness education model, model perkembangan developmental model,
bahkan termasuk model Teaching Games for Understanding TGfU model serta model kooperatif Cooperative model. Sedangkan dalam
wilayah pendekatan pembelajarannya, penjas pun mengenal berbagai pendekatan seperti pendekatan pola gerak dominan, pendekatan
taktis, pendekatan konsep.
4. Penyiapan Sarana dan Prasana
Pembelajaran PJOK memerlukan sarana dan prasana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tercapai tujuan pembelajaran PJOK
secara aman, efektif dan eisien. Penyediaan sumber data isik yang memadai termasuk fasilitas, peralatan dan pemeliharaan dapat
membantu dalam mempengaruhi sikap dan menunjang keberhasilan program. Dalam pembelajaran PJOK, fasilitas yang harus tersedia bagi
peserta didik yang terlibat dalam aktivitas otot besar yang melibatkan memanjat, melompat, melompat-lompat, menendang, melempar,
melompat dan menangkap, dan mereka juga terlibat dalam kegiatan keterampilan motorik dan permainan lainnya.
Guru sebagai salah satu sumber pembelajaran juga dapat menggunakan berbagai sumber pembelajaran lain untuk menambah wawasan siswa
dalam pembelajaran. Buku terutama buku panduan guru dan siswa penjasorkes SMA kelas XI. Selain itu, guru juga dapat menggunakan
sumber pembelajaran dari video, media cetak, media elektronik, atau internet.
Secara ideal, aktivitas pembelajaran menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai. Akan tetapi, jika sekolah tidak memiliki dan menyediakan
sarana dan prasarana, kreativitas guru sangat diperlukan untuk memodiikasi sarana dan prasarana pembelajaran PJOK. Demikian