Latar belakang Analisis Perilaku dan Kepuasan Konsumen Terhadap Performance Restoran Pastel & Pizza Rijsttafel di Kota Bogor

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Negara Indonesia mengalami proses modernisasi yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Di bidang sosial, terjadi perubahan yaitu bertambahnya penduduk yang bervariasi dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Gambat 1. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya akan membawa dampak pada permintaan terhadap pangan. Gambar 1. Jumlah Pertumbuhan Penduduk Indonesia 2003-2008 Badan Pusat Statistik, 2008 Modernisasi juga terjadi di bidang budaya, banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya asing tersebut mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan pada akhirnya secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Indonesia. Gaya hidup masyarakat Indonesia yang dinamis, mempengaruhi pola konsumsi pangan yang memungkinkan untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah. Oleh sebab itu, agroindustri pangan dituntut untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Agroindustri pangan adalah industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan seperti produk makanan pokok, sayur, buah, makanan olahan segar, minyak goreng, tepung-tepungan, makanan jadi dan sebagainya. Salah satu agroindustri pangan adalah agroindustri makanan jadi. Menurut pendapat Huang dalam Kusumastuti 2006 menyatakan bahwa elastisitas permintaan zat gizi, sangat responsif terhadap perubahan harga pangan dan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah 215,276 216,382 218,869 222,192 225,170 228,523 205,000 210,000 215,000 220,000 225,000 230,000 r ib u pendapatan per kapita yang terjadi saat ini dan mengakibatkan perubahan pola konsumsi makanan pokok secara perlahan Tabel 1. Mereka tidak hanya menggunakan beras sebagai makanan pokok, namun mulai mengkonsumsi makanan pokok pendamping sebagai pengganti nasi. Peningkatan ini dapat dimaklumi seiring adanya perubahan gaya hidup, khususnya di perkotaan yang menuntut tersedianya produk-produk yang serba cepat dan praktis. Tabel 1. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2002, 2005 dan 2007 di Provinsi Jawa Barat Kelompok Barang Pengeluaran Rata-rata Perkotaan + Pedesaan Rp 2002 2005 2007 Makanan Pokok padi- padian 26.504 23.126 35.553 Makanan Protein Tinggi susu dan telur 9.905 12.418 14.405 Makanan dan Minuman Jadi 25.078 42.144 52.248 Makanan Lainnya sayuran dan buah- buahan 17.144 18.873 23.512 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 Peningkatan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan dan minuman jadi ini menunjukkan adanya peluang yang cukup besar untuk pengembangan industri makanan jadi. Mobilitas masyarakat kota yang semakin meningkat menyebabkan terbatasnya waktu untuk mengolah makanan sehingga masyarakat lebih memilih mengkonsumsi makanan yang sudah jadi. Persentase yang besar dalam konsumsi makanan atau minuman jadi tersebut, merupakan peluang yang potensial yaitu berupa industri jasa boga. Peluang yang potensial ini banyak dimanfaatkan oleh pebisnis atau pemilik modal untuk berusaha di industri jasa boga, salah satu bentuknya adalah restoran. Mulai dari tipe lesehan, warung tenda, sampai dengan restoran eksklusif dengan harga yang mahal. Hal ini mendorong peningkatan yang tinggi pertumbuhan bisnis restoran dewasa ini dalam pengertian kualitas dan keragaman tipe restoran. Jumlah restoran semakin meningkat dari tahun ke tahun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pertumbuhan restoran paling tinggi terjadi pada tahun 2002. Pada tahun tersebut berdiri 288 restoran dengan persentase pertumbuhan sebesar 2,77 persen. Sedangkan pertumbuhan paling rendah ditunjukkan pada tahun 2004 dengan jumlah 26 restoran saja dengan persentase pertumbuhan sebesar 0,24 persen. Gambar 2. Jumlah Pertumbuhan di Indonesia 2000-2007 Badan Pusat Statistik, 2008 Restoran merupakan salah satu industri boga yang berkembang di kota Bogor. Dari data pemerintah kota Bogor menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah restoran setiap tahunnya Gambar 3. Pertumbuhan restoran yang sangat pesat terjadi pada tahun 2002 yaitu mencapai 50,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2001 minat untuk membangun usaha restoran di kota Bogor sangat besar. Perkembangan jumlah restoran di kota Bogor yang selalu mengalami peningkatan ini, mengindikasikan maraknya persaingan bisnis sesama restoran di kota Bogor. Setiap restoran berusaha menunjukkan menu-menu dan pelayanan terbaiknya agar mampu bersaing dengan restoran lain. Restoran-restoran yang bersaing dalam industri boga antara lain Bakul-Bakul, Pizza Hut, Saung Kuring, Martabak Air Mancur, Steak Obonk dan sebagainya. Perubahan gaya hidup masyarakat kota Bogor menjadi salah satu penyebab pertumbuhan restoran yang semakin tinggi. Saat ini masyarakat kota Bogor cenderung mengkonsumsi makanan di luar rumah. Hal ini disebabkan oleh semakin terbatasnya waktu dan mengolah makanan sendiri. Selain itu, mengkonsumsi makanan di restoran tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan haus tetapi ada motivasi lain yaitu untuk berkumpul, beristirahat dan bertemu dengan relasi bisnis. 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah 10,135 10,386 10,674 10,927 10,953 11,016 11,090 11,171 9,600 9,800 10,000 10,200 10,400 10,600 10,800 11,000 11,200 11,400 Gambar 3. Jumlah Pertumbuhan Restoran di Kota Bogor 2000-2007 Dinas Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, 2008 Restoran merupakan salah satu unit usaha yang menyumbangkan angka yang paling besar dibandingkan pendapatan dari sektor lain untuk pendapatan asli kota bogor. Pada Tabel 2 terlihat bahwa restoran mempunyai persentase yang paling besar dibandingkan dengan pendapatan dari sektor lain. Hal ini membuktikan bahwa usaha restoran di kota Bogor selalu mengalami peningkatan. Tabel 2. Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor dan Persentasenya terhadap Jumlah Keseluruhan Pendapatan Kota Bogor Tahun Jenis Pendapatan dalam Rupiah Persentase persen Pajak Restoran Pajak Hotel Pajak Hiburan Pajak Restoran Pajak Hotel Pajak Hiburan 2004 7.004.149.235 1.789.618.410 1.416.167.640 68,60 17,53 13,87 2005 9.484.770.846 2.251.554.210 1.459.623.055 71,88 17,06 11,06 2006 8.887.366.360 2.590.971.389 1.013.620.446 71,03 20,71 8,10 2007 11.898.268.356 3.299.162.210 1.738.596.597 70,22 19,47 10,26 Sumber: Dinas Pariwisata Kota Bogor, 2008 Jumlah restoran yang ada di kota Bogor yang setiap tahun mengalami peningkatan juga sebanding dengan jumlah penduduk kota Bogor yang selalu bertambah setiap tahunnya. Kenaikkan jumlah penduduk ini tentunya akan menaikkan jumlah permintaan pangan di kota Bogor yang semakin meningkat. Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2001 jumlah penduduk di kota Bogor mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, yaitu mencapai 6,38 persen. Pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang tajam terjadi pada tahun 2004, yaitu mencapai 1,32 persen. Salah satu restoran yang berada pada persaingan restoran di kota Bogor yaitu restoran pastel pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I1 Bogor yang berada di kawasan Pajajaran. Sebagai restoran yang tergolong 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah 105 107 161 178 192 222 248 268 50 100 150 200 250 300 baru, restoran pastel pizza Rijsttafel harus mampu melihat pasar yang dituju, sehingga manajemen restoran pastel pizza Rijsttafel dituntut untuk menerapkan strategi yang disusun berdasarkan perilaku konsumen, karena konsumen dapat menentukan kesuksesan sebuah restoran. Gambar 4. Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor 2000-2007 Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2008 Kualitas produk dan pelayanan merupakan hal yang utama yang harus menjadi prioritas bagi pengelola restoran, jika restoran itu ingin memenangkan kompetisi. Jika produk dan jasa yang ditawarkan oleh restoran telah sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan memperoleh kepuasan. Setelah konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan pembelian ulang bahkan merekomendasikannya pada pihak lain. Pembelian yang berulang serta rekomendasi tersebut, mengindikasikan bahwa ada kepercayaan terhadap restoran. Hal itu harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan menjaga kualitas produk dan jasanya agar selalu mampu memuaskan para konsumennya. Kerjasama antara pihak manajemen, pramusaji dan seluruh karyawan restoran sangat dibutuhkan demi tercapainya prestasi ini.

1.2. Perumusan masalah